UE Berikan Ultimatum
Meskipun Uni Eropa menyetujui memberikan penangguhan tenggat Brexit kepada Inggris, Inggris diwajibkan menentukan sikap pada 12 April 2019.
BRUSSELS, Jumat —Uni Eropa akhirnya mengabulkan permintaan PM Inggris Theresa May untuk memperpanjang tenggat Brexit. Meski demikian, UE memberikan ultimatum.
Jika parlemen Inggris menyetujui kesepakatan Brexit, perpanjangan akan diberikan sampai 22 Mei untuk memberikan waktu bagi kedua pihak menyelesaikan masalah teknis. Namun, jika parlemen untuk ketiga kalinya menolak kesepakatan itu, perpanjangan hanya diberikan sampai 12 April. ”Pada tanggal itu, Inggris harus menyatakan mau ke mana?” kata Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Konfirmasi dari Brussels itu diberikan setelah para pemimpin Uni Eropa berdiskusi sejak Kamis (21/3/2019) malam. PM May menyatakan, keputusan UE itu menunjukkan pentingnya parlemen Inggris menyetujui kesepakatan Brexit untuk mengakhiri ketidakpastian.
Kesepakatan Brexit yang ditandatangani Inggris dan Uni Eropa pada November 2018 ditolak secara masif oleh parlemen Inggris pertama kali pada 15 Januari 2019 dengan suara 432 berbanding 202. Penolakan kedua terjadi pekan lalu dengan suara 391 berbanding 242. Menurut rencana, pekan depan parlemen akan melakukan voting yang ketiga kali.
Perpanjangan itu melegakan kecemasan warga Inggris karena tenggat Brexit (29 Maret 2019) hanya tinggal sepekan lagi. Militer Inggris bahkan telah mempersiapkan pos komando seandainya Inggris keluar dari blok tanpa kesepakatan. Komando itu berada di bawah menteri pertahanan dengan nama ”Operasi Redfold”. Sebanyak 3.500 tentara disiagakan untuk membantu proses Brexit seandainya terjadi disrupsi.
Kekhawatiran juga disampaikan Konfederasi Industri Inggris dan Kongres Serikat Pekerja yang membuat pernyataan bersama bahwa Inggris saat ini mengalami darurat nasional. ”Jika Inggris keluar dari UE tanpa kesepakatan, ekonomi kita akan terguncang dan dampaknya akan dirasakan generasi mendatang.”
Parlemen berang
Persoalan menjadi makin rumit karena sebelum bertemu dengan para pemimpin UE, May menyampaikan pidato di Downing Street yang berisi menyalahkan parlemen sebagai biang keladi gagalnya Brexit.
”Jangan salahkan saya. Salahkan parlemen. Dua tahun berlalu, parlemen tidak mampu menyetujui kesepakatan untuk keluar dari UE. Akibatnya, kita tidak bisa keluar pada 29 Maret ini. Sejauh ini mereka melakukan segala cara untuk menghindari pilihan,” kata May, yang kemudian langsung membalikkan badannya,
Pernyataan itu membuat anggota parlemen dari kubu Konservatif ataupun Buruh berang, dan menyebut pernyataan May sebagai ”beracun”, tidak jujur dan memecah belah. Para pengamat memperkirakan situasi ini akan membuat May semakin sulit memperoleh dukungan dari parlemen.
Kemarin May ”melunakkan” kalimatnya dan mengatakan bahwa dirinya saat berpidato sedang frustrasi. ”Semalam saya mengekspresikan rasa frustrasi. Saya tahu para anggota parlemen juga frustrasi. Mereka memiliki pekerjaan sulit,” kata May.(AP/AFP/MYR)