Namanya makin melambung ketika perannya sebagai Jamal dalam film Intan Berduri (1972) mengantarnya meraih penghargaan Piala Citra sebagai aktor terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1973 di Jakarta. Banyak orang tidak menyangka, Benyamin yang lebih dikenal tampil sebagai penyanyi bisa terpilih sebagai aktor terbaik.
Ketua Dewan Juri FFI ’7 Gayus Siagiaan mengatakan, pemeran tokoh Jamal dalam Intan Berduri ini memang mendapat angka tertinggi sebagai aktor pemegang peran utama. Hal itu juga dikatakan oleh anggota juri yang lain, DA Peransi, yang menyebutkan bahwa permainan Benyamin bagus. Benyamin mengalahkan calon-calon pemenang yang lain, seperti Sophan Sophiaan (aktor terbaik kedua dalam film Perkawinan) dan Sukarno M Noor (film Mama).
Di film produksi ke-28 Sarinande Film, Benyamin berduet dengan Rima Melati yang memerankan Saleha, istri Jamal dan juga mendapat penghargaan sebagai aktris terbaik di film itu. Film yang disutradarai oleh Turino Junaidi ini mengisahkan kehidupan keluarga biasa di sebuah kampung miskin.
Proses kematangannya berakting di depan kamera telah dijalani dalam beberapa film sebelumnya, seperti Honey, Money and Djakarta Fair (1970) yang merupakan film pertamanya. Disusul Dunia Belum Kiamat, Hostess Anita, Brandal-brandal Metropolitan, Banteng Betawi, Bing Slamet Setan Jalanan, dan Angkara Murka. Peran yang dimainkan pun beragam, ada yang sebagai penyanyi, tukang becak, pamannya si Pitung, jagoan silat, sampai pemuda nakal (cross boy).
Aktor kelahiran Jakarta, 5 Maret 1939, dari pasangan Suaeb-Siti Aisyah ini sejak kecil sudah kelihatan bakat seninya. Waktu SMA sempat membentuk grup band musik, Melodyan Boys, tahun 1957. Band ini berganti nama menjadi Melodi Ria karena saat itu Bung Karno melarang hal-hal yang berbau kebarat-baratan, alias musik ngak-ngik-ngok. Benyamin pun sempat main bersama Jack Lesmana, salah satu tokoh musik jazz Indonesia, di Hotel Des Indes, Jakarta.
Bakatnya dibidang tarik suara membuat Benyamin menciptakan dan menyanyikan ratusan lagu dengan genre musik yang beragam. Setidaknya 13 piringan hitam dibuatnya sejak yang pertama tahun 1964, lagu ”Kancil Kesasar”. Karena itu, film-film yang dibintanginya kerap diisi dengan lagu-lagu yang dibawakan sendiri oleh Benyamin ataupun berduet. Pasangan duetnya dalam bernyanyi yang populer pada zaman itu adalah Ida Royani.
Perannya sebagai Doel dalam film Si Doel Anak Modern (1976) karya sutradara (almarhum) Sjumandjaja membawanya meraih piala Citra kedua pada FFI tahun 1977 di Jakarta. Selain menjadi pemain, Bang Ben (panggilan akrab Benyamin) juga membikin skenario untuk filmnya, antara lain Betty Bencong Slebor (1978), Koboi Insyaf (1984), dan Benyamin Slonong Boy. Dua puluh empat tahun sudah, 5 September 1995, seniman serba bisa ini meninggalkan penggemarnya. Sebagai penghargaan atas karya-karyanya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadikan nama Benyamin Sueb sebagai nama jalan di kawasan Kemayoran.
Sumber: Kompas, Rabu, 10 Januari 1973, halaman 2; Kompas, Senin, 2 April 1973, halaman 1; Kompas, Selasa, 10 April 1973, halaman 5; Kompas, Kamis, 3 Maret 1977, halaman 1; Kompas, Minggu, 7 Oktober 1990, halaman 2; Kompas, Rabu, 4 Oktober 1995, halaman 8.