Halo Legenda, Apa Kabar?
Inggris telah lama diakui sebagai salah satu kiblat musik dunia. Keberadaannya memiliki jasa besar sebagai rahim tempat tumbuhnya sejumlah musisi legendaris ternama yang mengukir patron bagi industri musik hingga saat ini.
Sejumlah nama grup musik yang seketika mengemuka ketika menyebut kata Inggris, antara lain Queen dan The Beatles. Beberapa peninggalan kedua grup musik itu masih dapat ditemui dalam keadaan terawat baik.
Beberapa waktu lalu, saya bersama seorang rekan yang juga dari Kompas diundang AirNav Indonesia mengunjungi Inggris sebagai salah satu bentuk hadiah lomba jurnalistik yang mereka selenggarakan.
Di sela-sela agenda yang telah dipersiapkan sebelumnya, satu misi penting kami adalah melakukan perjalanan ”ziarah” musik: napak tilas ke situs peninggalan kedua grup tersebut.
Hawa dingin dengan suhu mendekati nol derajat celsius dan dersik yang terasa hingga ke tulang serta-merta menyergap saat kami tiba di tempat penginapan di Edgware Road, Paddington, London, Selasa (29/1/2019) malam.
Rasa lelah dan pegal setelah menempuh penerbangan sekitar 15 jam dari Jakarta ke London segera sirna tatkala mengetahui tempat penginapan kami hanya berjarak 4,1 kilometer dari rumah tempat tinggal almarhum Freddie Mercury, sang vokalis Queen.
Rencana perjalanan ke rumah yang dikenal dengan sebutan Garden Lodge itu pun dibuat dengan berbekal aplikasi Google Map pada gawai. Misi ”ziarah” itu baru terlaksana tiga hari kemudian.
Pukul 05.15, saat langit masih gelap, perjalanan napak tilas dengan berjalan kaki dimulai. Tutup kepala, syal, jaket tebal rangkap dua, kaus kaki, dan sarung tangan selalu digunakan untuk menghalau hawa dingin. Pelembab bibir dan badan juga wajib dioleskan agar kulit tidak terasa sakit akibat keringnya udara dingin.
Trotoar di sepanjang jalan menuju rumah Freddie di kawasan Kensington terasa nyaman dilewati karena tertara dan terawat baik. Sepanjang jalan mata dimanjakan oleh deretan rumah yang berjajar sangat rapi dan seragam dalam gaya arsitektur klasik.
Rute ”potong kompas” melewati tengah Taman Kensington memungkinkan untuk dilakukan dengan berjalan kaki. Setelah melewati lebih dari empat lampu pengatur lalu lintas dan berjalan kaki sekitar lebih 53 menit, terlihatlah ujung jalan tempat rumah mendiang vokalis legendaris itu berada.
Jalan beraspal yang masih basah dan langit berwarna biru tua menemani langkah kaki menuju rumah berpagar bata yang tampak sepi itu. Tidak ada papan penanda apa pun yang memberi petunjuk bahwa rumah itu merupakan tempat tinggal juga tempat Freddie Mercury meninggal pada 24 November 1991.
Lagu Queen yang berjudul ”Who Wants to Live Forever” seketika terlintas di benak ketika atap segitiga rumah itu tertangkap dari balik pagar. Suasana sunyi dan hawa dingin memunculkan rasa haru bercampur kesan muram.
Rumah Freddie
Ketika meninggal dalam usia 45 tahun, jenazah Freddie dikremasi sehingga praktis hanya rumah itu yang tersisa untuk jadi tujuan para penggemarnya menapak tilas. Mengutip laman www.dailystar.co.uk, tembok pagar yang seakan-akan menjadi ”tembok suci” bagi penggemar berat Freddie tersebut pada tahun 2017 telah dibersihkan dari berbagai tempelan dan coretan yang ditorehkan oleh para pemuja.
Mary Austin, kekasih dan sahabat Freddie semasa hidup, memasang kamera pemantau (CCTV) di kedua ujung pagar dan meletakkan selembar kaca akrilik di depan pintu berwarna hijau yang bertuliskan Garden Lodge dengan huruf berwarna putih.
Penggemar vokalis kharismatik bernama asli Farrokh Bulsara itu hanya bisa mendatangi dan memandangi rumah itu agar tidak berurusan dengan pihak berwajib akibat tindakan mencoret-coret atau memasang tempelan pada pagar rumah. Sekadar menempelkan tangan di tembok Garden Lodge sepertinya sudah cukup memuaskan rasa penasaran.
Jejak Freddie Mercury bersama gitaris Brian May, drumer Roger Taylor, dan pemain bas John Deacon yang tergabung dalam grup Queen juga dapat ditemui di Stadion Wembley.
Seruan ”eeeeooooo” khas Freddie yang memandu koor dari penonton sempat beberapa kali terdengar pada sejumlah konser besar grup itu di stadion tersebut. Salah satu perhelatan akbar yang makin mengibarkan nama Queen adalah konser Live Aid pada 13 Juli 1985. Konser fenomenal itu dihadiri oleh sedikitnya 100.000 penonton.
”Saya pernah dua kali menonton konser Queen di stadion ini,” kenang Usya Soeharjono (55) dengan tatapan mata mengarah ke pucuk atap Stadion Wembley saat WNI yang telah bermukim di London sejak pertengahan tahun 1980-an itu memandu rombongan kami singgah ke tempat tersebut. Baginya, konser yang ia tonton saat dirinya berusia muda itu menjadi kenangan yang tidak akan terhapus dari ingatan.
The Beatles
Setelah menziarahi rumah Freddie, kini The Beatles. Kenangan akan grup The Beatles juga masih tersimpan rapi di kota Liverpool. Kota tempat grup ini tumbuh hingga merajai tangga lagu dunia era 1960-an itu dapat dicapai melalui perjalanan dengan selama sekitar empat jam dari London.
Jejak peninggalan kuartet John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr di Liverpool salah satunya adalah Museum The Beatles Story di kawasan Albert Dock. Beberapa memorabilia, seperti kertas tempat lirik dan notasi lagu ”Yesterday” ditulis, stik drum milik Ringo Starr, dan berbagai barang peninggalan The Beatles lainnya dipajang rapi di sejumlah etalase bertutup kaca.
Pengunjung juga dihibur dengan bermacam lagu grup tersebut sepanjang perjalanan menyusuri labirin museum. Peranti headset disediakan agar pengunjung memperoleh aliran informasi lengkap selama tur itu. Sungguh sayang rombongan kami tiba pukul 17.50 waktu setempat atau sepuluh menit sebelum museum itu tutup. Akibatnya, kami harus menempuh tur kilat dengan setengah berlari.
Jika kunjungan ke Inggris hanya di seputaran London, penggemar berat The Beatles tentu tidak akan melewatkan kesempatan berfoto dalam pose berjalan menyeberangi Abbey Road di pusat kota London.
Hilir mudik kendaraan yang melintasi jalan itu seakan tidak dihiraukan oleh para pemuja citra demi mendapatkan foto menyerupai sampul album ke-11 The Beatles yang berjudul Abbey Road. Beruntung pengemudi mobil di London relatif sabar dan tidak ringan tangan memencet klakson untuk mengusir para penggila swafoto di jalan itu.
Beberapa puluh meter dari tempat penyeberangan itu juga terdapat Abbey Road Studios. Hingga kini, studio rekaman itu masih menjadi tempat berkarya sejumlah grup band papan atas dari berbagai negara. Tentu ada kebanggaan tersendiri bagi mereka yang berhasil menelurkan album dari studio itu.
Inggris masih memiliki sejumlah legenda musik lain dengan berbagai peninggalan yang masih terjaga. Mengunjungi situs peninggalan para musisi yang telah melegenda itu seakan menjadi panasea bagi jiwa yang rindu....