Memerdekakan Anjing
Rasa kemanusiaan dia salurkan dengan membantu warga kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan dan hal-hak sipil lainnya. Ia juga tak tega melihat anjing dijadikan santapan manusia. Bersama mamanya, Putri Indonesia 2019 Frederika Alexis Cull ”bergerilya” ke warung-warung untuk membebaskan anjing. Sebab, anjing juga berhak hidup merdeka.
Tingkah laku dan caranya bertutur begitu hangat dan akrab. Ucapan serta pilihan katanya tertata rapi walau sesekali berdialek atau berbicara dalam bahasa Inggris.
Pembawaan Frederika Alexis Cull membuat cerita tentang pengalaman dan pandangan hidupnya menarik disimak. Awal Maret lalu, beberapa hari setelah dinobatkan sebagai Putri Indonesia 2019, putri tunggal pasangan Yulia dan Simon Perrs itu menceritakan sebagian kisahnya.
Menjadi Putri Indonesia adalah cita-cita kecilnya. Kedua orangtua, terutama sang mama, kerap memotivasinya agar kelak mengikuti dan memenangi ajang kontes beauty peagant terutama ajang Putri Indonesia. Jika berhasil, dia berkesempatan mengikuti ajang kelas dunia, Miss Universe.
”Bersama mama aku sering ikut menonton ajang pemilihan Putri Indonesia di televisi. Saat itu usiaku masih delapan tahun. Waktu kecil aku kepingin sekali bisa ikut karena merasa ingin punya crown dan pakai gaun bagus-bagus sendiri seperti princess. Senang sekali membayangkannya,” ujar Frederika.
Saat beranjak dewasa, Frederika juga kerap terlibat dalam sejumlah kegiatan sosial bersama sang mama.
Dia terpanggil untuk bisa menyuarakan mereka yang tak memiliki kemampuan untuk bersuara. Beberapa kegiatan sosial dia ikuti terfokus pada pemberdayaan dan pendidikan untuk anak-anak dari keluarga miskin.
Anak kurang mampu
Sejak tiga tahun terakhir, Frederika aktif terlibat dalam sejumlah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pemberdayaan anak-anak dari keluarga kurang mampu. Ada setidaknya dua LSM tempat Frederika aktif di dalamnya, Sekolah Bisa dan Cyber Shanty.
LSM yang pertama bergerak di bidang pembelajaran dan pendidikan gratis untuk anak-anak miskin. Organisasi ini juga fokus pada layanan kesehatan dan mengasah bakat anak-anak.
Sementara organisasi Cyber Shanty berfokus pada pemberian pendidikan dan pengetahuan tentang teknologi terutama komputer dan dunia digital. Para siswa diajari cara menggunakan komputer dan internet.
”Saat pertama kali datang ke salah satu kawasan tempat kegiatan kami di Bintaro, saya lihat kondisi menyedihkan, banyak anak tidak bersekolah karena orangtuanya miskin, keadaan mereka juga kurang gizi, berpenyakit, tidak punya pakaian dan sepatu untuk bersekolah. Padahal, mereka sebenarnya antusias ingin sekolah,” ujar Frederika.
Awalnya, anak-anak itu tidak punya rasa percaya diri dan tidak tahu ingin menjadi apa saat dewasa. Setelah rutin belajar di Sekolah Bisa, perlahan rasa percaya diri mereka muncul. Banyak dari mereka akhirnya memiliki tujuan hidup dan cita-cita.
Sejak 2016 Frederika ikut mengajar bahasa Inggris dan Matematika di Sekolah Bisa. Sementara di Cyber Shanty anak-anak tersebut juga dibantu, terutama mereka yang tidak memiliki akta lahir.
Tanpa akta lahir, mereka tak mendapat akses terhadap hak-hak dasar sebagai warga negara, seperti pendidikan, kesehatan, dan tempat tinggal yang layak. Untuk membantu mereka, Frederika bersama Cyber Shanty juga bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat.
Frederika mempunyai kepedulian khusus pada anjing. Ia bergerilya mendatangi sejumlah restoran makanan tradisional yang menjual menu daging anjing. Awalnya datang dengan berpura-pura sebagai pembeli. Begitu memastikan ada menu daging anjing dijual di sana, Frederika dan sang mama langsung masuk ke area dapur restoran untuk membebaskan hewan-hewan malang itu.
Aksi berani itu dilakukan juga dengan mengajak aparat pemerintah daerah dan keamanan. Sejak setidaknya dua tahun terakhir Frederika mengaku berhasil memaksa tiga restoran makanan tradisional tertentu untuk menghentikan praktik yang menurut dia tidak beradab itu. Anjing, menurut mahasiswa Lancaster University Jurusan Bisnis Internasional ini, adalah sosok hewan pintar dan loyal, yang tak seharusnya dikonsumsi manusia sebagai makanan.
Salah satu anjing yang dia selamatkan dibawa pulang untuk dipelihara. Anjing yang lantas dinamai Bowie itu kini lebih sehat dan bersih dibandingkan ketika pertama kali dia baru diselamatkan. Saat akan diselamatkan, Bowie sangat takut berada dekat dengan manusia.
Lucunya, tambah Frederika, anjing kampung yang dia adopsi itu terbilang sangat protektif terhadap dirinya dibandingkan dua anjing peliharaannya yang lain. Walau masih kecil, berusia sekitar enam bulan, Bowie sangat galak setiap kali melihat ada orang asing mendekati majikannya itu.
Beberapa anjing yang berhasil diselamatkan lainnya ditempatkan di beberapa selter di Bintaro dan Tangerang. Dari sana anjing-anjing itu dirawat untuk kemudian ditawarkan ke siapa saja yang tertarik untuk mengadopsi dan menjadikan mereka hewan peliharaan di rumah.
Olahraga keras
Walau sekarang berpredikat Putri Indonesia yang identik dengan kecantikan, inteligensia, dan hal-hal feminim, Frederika sendiri menggemari beberapa jenis olahraga keras dan luar ruang. Sebutlah menyelam dengan sertifikasi Dive Master, olahraga rugby, dan menembak. Ia kerap menyelam bersama sang ayah yang warga negara Inggris. Sementara olahraga menembak rutin dia jalani untuk nomor air riffle. Namanya juga tercatat di organisasi menembak, Perbakin.
Adapun rugby sudah dikenalnya sejak bersekolah di sekolah dasar di Gold Coast, Queensland, Australia, serta berlanjut saat bersekolah di Indonesia. Frederika bahkan pernah memperkuat tim sekolahnya bertanding hingga ke luar negeri.
Rajin berolahraga keras seperti rugby menjadikan postur Frederika agak kekar. Dia juga terbiasa cedera atau terkilir. Salah satunya, di tengah proses seleksi kompetisi Putri Indonesia, kakinya tertusuk anting yang masuk dalam sepatu. Meski begitu, ia tidak merasakannya dan aktivitas pun berlanjut.
Frederika Alexis Cull
Lahir: Jakarta, 5 Oktober 1999
Orang tua: Psymon Peers dan Yulia Peers
Pendidikan: Mahasiswa Lancaster University, Inggris, Jurusan Bisnis Internasional
Prestasi: Putri Indonesia 2019
Aktivitas: Pencinta Hewan dan Pegiat Pendidikan untuk warga miskin
Hobi: Menyelam, Rugby, Travelling, Menembak