JAKARTA, KOMPAS — Sesaat setelah peresmian operasional moda raya terpadu atau MRT oleh Presiden Joko Widodo, Minggu (24/3/2019) pagi, warga antusias untuk mencobanya. Mereka menyerbu Stasiun Bundaran Hotel Indonesia untuk merasakan pengalaman naik MRT. Sebagian dari mereka mengeluhkan sistem tiket belum baik sehingga menimbulkan kebingungan pada calon penumpang.
Di depan Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia (HI), ratusan warga antre dan menanti pintu stasiun yang dibuka pukul 11.00. Seorang petugas yang sedang berjaga di depan pintu stasiun dikerumuni warga yang kebingungan cara mengakses tiket masuk, seperti yang dialami M Nurdin Alam (42).
Nurdin kesulitan mengakses tiket masuk meskipun ia sudah membeli kartu Jak Lingko. Namun, kartu tersebut tidak bisa ia gunakan karena belum diberlakukan. Akhirnya, Nurdin harus meminta bantuan kepada salah satu calon penumpang untuk mendapat barcode tiket masuk melalui situs ayocobaMRTJ.com.
Momen(car free day) menjadi kesempatan Nurdin mengajak anaknya yang sejak seminggu lalu meminta untuk naik MRT. ”Anak saya dari kemarin sudah rewel minta diajak naik MRT. Setelah olahraga pagi, sekitar pukul 08.00 langsung ke sini. Padahal baru dibuka pukul 11.00. Ketika sampai sini justru bingung cara mengakses tiket. Untung ada yang membantu,” kata Nurdin.
Nurdin merasa belum banyak mendapatkan informasi untuk mengakses tiket karena minimnya sosialisasi. Di depan lokasi pintu masuk Stasiun MRT Bundaran HI, hanya ada satu petugas yang berjaga dan harus meladeni ratusan warga yang bingung mengakses tiket masuk.
Pengalaman serupa dialami Tony Suyoko (52). Ia merasa informasi untuk mengakses situs ayocobaMRTJ.com sangat kurang. Selain itu, petugas yang berjaga sangat minim. Ia mengira, sistem tiket MRT melalui kartu JakLingko sudah bisa digunakan.
”Seharusnya ada banyak petugas yang berjaga untuk memberikan sosialisasi karena tidak semua warga mengerti cara mengakses tiket masuk,” kata Tony yang sudah menunggu lebih kurang dua jam.
Menurut Aji Sumaji (50), penetapan tarif MRT yang tidak kunjung ketuk palu membuat warga bingung dengan sistem tiket yang harus digunakan. Meski menyambut antusias, ia merasa peresmian MRT tidak dibarengi dengan persiapan yang matang.
Ia berharap permasalahan tiket dan tarif segera diberlakukan karena jika menggunakan tiket online melalui situs ayocobaMRTJ.com, sangat repot dan menyita waktu.
Meski sebagian warga masih bingung, tidak halnya dengan Vidya Evita (21). Ia justru dikerumuni calon penumpang yang meminta bantuannya untuk mengakses tiket masuk. Ia mengatakan, tidak merasa kesulitan untuk mengakses tiket masuk.
”Tidak ada kesulitan, hanya sedikit repot. Ya, semoga sistem tiket melalui kartu bisa segera digunakan,” kata Vidya yang datang bersama ibunya.
Melalui situs ayocobaMRTJ.com penumpang langsung diarahkan untuk melakukan pendaftaran. Setelah itu, penumpang langsung masuk ke akun Bukalapak dan diminta untuk login serta memasukkan informasi identitas, seperti alamat e-mail, dan kartu tanda penduduk (KTP). Sistem tiket online ini akan berlangsung hingga akhir Maret hingga penetapan tarif MRT disetujui.
Ketertiban
Wajah Syifa dan Alifa yang sudah bosan menunggu hampir tiga jam sontak ceria, melompat, dan menggandeng ayahnya ketika pintu stasiun terbuka. Wajah gembira ini juga terpancar dari sejumlah warga yang sudah menanti cukup lama yang harus berpanas di bawah terik matahari.
Warga perlahan masuk dan menuruni anak tangga. Sejumlah petugas dengan ramah dan tersenyum menuntun dan mengarahkan warga yang ingin merasakan pengalaman naik MRT.
Meski Stasiun Bundaran HI dipadati penumpang, kondisi tetap tertib dan kondusif. Beberapa kali terdengar suara petugas yang mengimbau penumpang untuk tidak duduk di lantai, makan, membuang sampah sembarangan, serta mengikuti peraturan yang berlaku
Seperti yang dilakukan Bagas, salah satu petugas stasiun MRT, yang selalu mengarahkan penumpang untuk tidak melewati garis kuning dan mengimbau untuk mendahului penumpang yang turun.
”Kemarin banyak penumpang yang tidak mengindahkan peraturan seperti makan dan duduk di lantai. Selain itu, batas kuning sering dilanggar,” katanya.
Tidak ingin kejadian serupa terulang, Bagas bersama petugas lainnya tidak sungkan menegur penumpang yang melanggar aturan.
”Kami berusaha mengedukasi penumpang agar tertib mengikuti aturan sehingga terbit dan menimbulkan kenyamanan terhadap sesama penumpang,” lanjutnya.
Untung Wibowo (41) mengatakan, meski sempat dibuat repot oleh sistem tiket online saat masuk, ia tidak menutupi rasa kagum oleh hasil pembangunan MRT di Jakarta dan pelayanan yang diberikan oleh petugas. Selain itu, ia merasa fasilitas penunjang, seperti papan penunjuk arah, toilet, dan tempat ibadah, mendukung mobilitas dan akses penumpang.
Ia percaya, kehadiran MRT akan mengurai kemacetan dan mampu menarik warga untuk naik transportasi massal. ”Ini merupakan kemajuan besar untuk Indonesia. Budaya naik transportasi massal akan tumbuh. Dan yang penting adalah kita jaga bersama ketertiban dan kebersihan,” katanya. (AGUIDO ADRI)