Jalan Panjang Kelahiran MRT Jakarta
MRT Jakarta yang direncanakan sejak hampir 40 tahun silam akhirnya terwujud meski baru fase 1. Kehadirannya diharapkan membawa perubahan berarti bagi Ibu Kota kini dan nanti.
Irfan (40), warga Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, cukup kaget dengan infrastruktur MRT Jakarta. Ia menilai infrastruktur MRT Jakarta modern dan sangat bagus. ”Tidak kalah dari Singapura. Keren,” kata Irfan, Selasa (12/3/2019), di Stasiun MRT Lebak Bulus saat hendak ikut uji coba gratis MRT.
Uji coba operasi penuh dengan melibatkan publik itu menjadi bagian dari persiapan operasi komersial yang dijadwalkan dimulai resmi pada pekan terakhir Maret 2019 ini.
Dalam catatan PT MRT Jakarta, di fase 1 koridor selatan-utara Lebak Bulus menuju Bundaran Hotel Indonesia (HI) sepanjang 16 km ada 13 stasiun untuk titik keberangkatan dan titik keluar penumpang. Namun, selama uji coba, warga cenderung naik dari Stasiun Bundaran HI dan Stasiun Lebak Bulus.
”Warga ingin merasakan sensasi lengkap naik kereta MRT,” ujar Muhamad Kamaluddin, Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta, Minggu (10/3/2019).
Sejak 1980
Mundur ke belakang, MRT atau mass rapid transit yang lantas diterjemahkan menjadi moda raya terpadu sudah diidamkan sejak lama.
Dari catatan berita Kompas, belajar dari negara tetangga yang memilih menata kota dan lingkungan dengan memfokuskan pada penyediaan angkutan umum nyaman, aman, dan cepat, ide pembangunan MRT muncul di sekitar tahun 1980.
Departemen Perhubungan (kini Kementerian Perhubungan) memprediksi pada tahun 2000 kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya, akan sangat macet.
Prediksi itu berdasarkan perbandingan jumlah penduduk, pertambahan jalan, dan jumlah kendaraan per tahun. Solusi penataan angkutan umum di Ibu Kota mendesak dilakukan. Dalam pemberitaan Kompas, 17 Oktober 1987, salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan pembangunan MRT.
Pada April 1992, di Jakarta dimulai pengujicobaan kawasan pembatasan penumpang (KPP) di jalan protokol untuk atasi macet. Aturan itu cikal bakal 3 in 1 ataupun ganjil genap kini. Evaluasi Departemen Pekerjaan Umum (kini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) atas KPP, lagi-lagi MRT sebagai angkutan perkotaan mendesak diwujudkan. Utamanya untuk membantu mobilitas warga dari pinggiran ke tengah kota.
Dalam evaluasi itu disebutkan, jalur MRT bisa dibangun bertahap. Tahap awal bisa dimulai dari Blok M-Kota. Juga disebutkan perlu ada integrasi angkutan umum.
Iskandar Abubakar, Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) saat ini, yang pada awal 2000 adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat Departemen Perhubungan, menjelaskan, realisasi MRT berlarut-larut.
Mulai dari pembentukan tim untuk membahas teknologi yang akan dipakai yang anggotanya antara lain terdiri dari para ahli Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Departemen Perhubungan, Bappenas, serta Departemen PU, hingga pembahasan pendanaan.
Titik pentingnya adalah pada 10 Agustus 1994 saat Sekretaris Jenderal Departemen PU Ruslan Diwiryo mengumumkan MRT akan dibangun selambatnya akhir 1995. Untuk mematangkan kajian, Departemen PU melakukan studi kelayakan ulang dibantu Badan KerjasSama Internasional Jepang (JICA). Sejumlah akademisi dan pengamat memberikan kritiknya, tetapi secara umum mendukung MRT.
Saat semangat memuncak, pada 1997-1998 kerusuhan dan krisis ekonomi mengacaukan negeri. MRT tertunda lagi. Baru pada 1999, Indonesia memulai proses pinjaman kepada Pemerintah Jepang. Pada 3 Oktober 2002, dipastikan Jepang membantu pendanaan MRT.
Pada 2007, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian resmi berlaku dan mendasari berdirinya PT MRT Jakarta pada 17 Juni 2008. Pada 2009, Gubernur DKI Fauzi Bowo menandatangani naskah perjanjian penerusan hibah proyek MRT.
Akhirnya pada 2 Mei 2013 Gubernur DKI Jakarta kala itu, Joko Widodo, meluncurkan proyek MRT Jakarta, diikuti peletakan batu pertama pada Oktober 2013. Megaproyek yang dikerjakan kontraktor Jepang-Indonesia senilai Rp 16,9 triliun itu ditargetkan dinikmati warga Jakarta pada 2017. Kenyataannya, baru tahun ini MRT jadi. Itu pun fase 1 dari tahap 1 MRT jalur Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia.
Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, menjelaskan, PT MRT Jakarta menyiapkan kereta yang memberikan kenyamanan, keamanan, dan keandalan. Untuk fase 1 ini ada 16 rangkaian kereta atau 96 kereta produksi Nippon Sharyo dioperasikan.
Kereta MRT Jakarta didesain berkapasitas angkut maksimum 332 orang per kereta. Dengan 16 rangkaian kereta (satu rangkaian terdiri atas enam kereta), kapasitas angkut satu rangkaian 1.950 orang. Ditargetkan daya angkut harian MRT lebih dari 173.000 orang dengan rentang waktu antarkereta 5 menit pada jam sibuk dan 10 menit di luar itu.
Silvia menambahkan, MRT menggunakan communication-based train control (CBTC) untuk mengoperasikan kereta. Dengan teknologi itu, tidak terdengar berisik gesekan roda kereta dengan rel saat naik MRT. Waktu buka tutup pintu kereta 30 detik, perjalanan 16 km cukup 30 menit.
Baru awal
Meski demikian, di tengah sambutan publik yang gegap gempita terselip tanya. Apakah proyek MRT akan terus berlanjut? Bagaimana menata dan mengelola integrasi antarangkutan umum agar efektif dan mampu menarik minat warga menggunakannya?
Untungnya, fase 2 Bundaran HI-Kota telah resmi dicanangkan proyek pembangunannya pada Minggu (24/3/2019) kemarin. Tahap 1 MRT koridor selatan-utara Lebak Bulus-Kota pun nyaris pasti diharapkan dapat terwujud. Tahap 2 koridor barat-timur dari arah Tangerang-Bekasi masih menunggu kepastian.
Sementara integrasi dengan angkutan lain kini terus digodok, masih ada pekerjaan rumah Pemprov DKI Jakarta untuk menghidupkan dan mengembangkan kawasan yang dilewati jalur MRT. Kawasan itu disebut sebagai kawasan berorientasi transit (TOD).
Pekerjaan rumah lainnya adalah bagaimana MRT mengubah gaya hidup dan perilaku warga dalam menggunakan angkutan umum. Di antaranya tentu saja mau antre, tidak meludah ataupun buang sampah sembarangan, serta tidak merusak peralatan publik.
Jalan MRT untuk mengubah Jakarta masih panjang. Ya, fase 1 ini langkah awal pemacu semangat untuk mengejar serta menuntaskan rangkaian pekerjaan besar selanjutnya.
Selamat datang MRT!