Konjen AS Jaring Wirausahawan Lingkungan Muda se-Asia Tenggara
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·3 menit baca
GIANYAR, KOMPAS - Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Jawa Timur, mengumpulkan 55 wirausahawan sosial dan lingkungan muda dari seluruh negara ASEAN dan Timor Leste di Ubud, Gianyar, Bali. Mereka bergabung dalam program The Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI).
Konsul Jenderal Amerika Serikat (AS) Mark McGovern mengatakan, pemerintah AS mendukung pengembangan kapasitas dan kinerja pengusaha rintisan serta pemuda pegiat lingkungan dengan memadukannya dalam praktik bisnis modern. Skema pengembangan melalui kerja sama kolaborasi dan berjejaring.
“Melalui kegiatan YSEALI ini, kami mencoba mendukung inisiatif pemuda tentang isu sosial, ekonomi, dan lingkungan di kawasan Asia Tenggara dengan saling berbagi ide dan pengalaman di antara mereka, sehingga bisa terus berkembang di negaranya masing-masing,” kata McGovern dalam pembukaan lokakarya regional itu di Ubud.
Kepala Humas Konjen AS di Surabaya Christine Getzler-Vaughan mengatakan, program YSEALI diluncurkan Pemerintah AS sejak 2013. Lewat program ini, pemerintah AS bekerja sama dengan organisasi pendidikan dan penelitian The East West Center berupaya memotivasi dan mengembangkan kemampuan calon-calon pemimpin muda di kawasan Asia Tenggara.
“Kami mengumpulkan 55 pengusaha muda dan pegiat lingkungan muda dari 11 negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Timor Leste,” kata Christine.
YSEALI mendukung inisiatif pemuda tentang isu sosial, ekonomi, dan lingkungan di kawasan Asia Tenggara dengan saling berbagi ide dan pengalaman di antara mereka
Shwe Yamin Oo, peserta dari Myanmar, yang juga Co-Founder RecyGlo Myanmar mengaku sangat bersemangat dapat bergabung YSEALI dan mengikuti lokakarya selama lima hari di Bali itu. Shwe mengatakan, mereka sedang menjalankan usaha rintisan pengelolaan sampah dengan konsep daur ulang dan sekaligus menjalankan program edukasi lingkungan dalam jaringan (daring) di Yangon, Myanmar.
“Saya senang dapat berkumpul dengan kawan-kawan muda dari Asia Tenggara yang memiliki keinginan dan impian yang sama. Saya membutuhkan pengalaman dari kawan-kawan di negara lain karena kami sedang membangun usaha rintisan dan komunitas di Myanmar,” kata Shwe.
Adapun pegiat lingkungan muda dari Kota Bau-bau, Buton, Sulawesi Tenggara Muhammad Yunan menyatakan, berharap memeroleh ide untuk mengembangkan komunitas dan kegiatan usaha mereka di Sukarelawan Hijau Baubau. Dia mengaku sedang menjalankan program edukasi dan lingkungan kepada anak-anak di Desa Palabusa, Baubau, melalui cara menukar ecobrick, atau bata ramah lingkungan, dengan buku.
Lebih lanjut McGovern mengatakan, program lokakarya regional itu bertujuan memberdayakan kalangan muda yang bergerak di sektor wirausaha dan lingkungan. Dia menambahkan, pemerintah AS berkomitmen membangun kemitraan dan memperkuat kerja sama dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
“Tugas saya sebagai konsulat jenderal di Surabaya adalah memperkuat kemitraan dengan Indonesia dalam memeringati 70 tahun hubungan antara AS dan Indonesia,” kata McGovern.
Mereka diarahkan mampu menyelesaikan persoalan ekonomi dan lingkungan melalui pendekatan bisnis
Senior Manager The East West Center untuk Program Pengembangan Kepemimpinan Christina Monroe menyatakan, lokakarya regional itu untuk menyiapkan kalangan muda di Asia Tenggara menjadi calon pemimpin global. Mereka diarahkan mampu menyelesaikan persoalan ekonomi dan lingkungan melalui pendekatan bisnis.
YSEALI berusaha membangun wirausahawan yang peduli lingkungan (ecopreneur) di kawasan Asia Tenggara, termasuk Timor Leste. Peserta lokakarya diharapkan berkembang menjadi profesional dan memiliki target dari usaha yang dirintis dan dijalankan.