MAPUTO, SENIN -- Korban topan Idai yang melanda Mozambik, Malawi, dan Zimbabwe, hingga Minggu (24/3/2019), dilaporkan menewaskan sedikitnya 761 orang, dan masih banyak orang yang dilaporkan hilang. Sedikitnya dua juta orang dikhawatirkan terimbas topan itu.
Menteri Lahan dan Lingkungan Mozambik, Celso Correia, mengatakan bahwa jumlah korban tewas di negaranya mencapai 446 orang. Selain itu, hampir 110.000 orang masih berada di pengungsian. "Kami juga punya masalah kolera," ujarnya.
Sementara di Zimbabwe, korban tewas dilaporkan 259 orang, sedangkan di Malawi 56 orang tewas. Topan Idai menerjang tiga negara itu pada 14 Maret 2019. Angin berkecepatan hingga 200 kilometer per jam diikuti hujan deras menyebabkan banyak kerusakan di tiga negara itu.
“Kami sedang mengalami bencana alam yang belum pernah terjadi. Bencana yang hanya bisa disandingkan dengan musibah besar,” kata Correia.
Di Zimbabwe, Sungai Zambesi meluap dan mengakibatkan banjir. Banyak rumah dan aneka bangunan lain diterjang topan Idai. Ada desa yang masih tergenang sampai sekarang. “Tidak ada pemerintahan bisa mengatasi kondisi ini sendiri,” kata Wakil Direktur Operasi pada Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) Sebastian Rhodes Stampa.
Bahkan, banjir susulan masih mungkin terjadi. Sebab, hujan masih terus turun di daerah alisan sungai (DAS) Zambesi. “Sungai Zambesi sedang banjir, sangat tinggi. Ada banyak hujan di dataran tinggi. Semakin banyak yang mengalir ke Zambesi, semakin tinggi kemungkinan mengalir ke DAS dan akan ada darurat banjir kedua,” tutur Stampa.
Ia menyebut kerusakan akibat topan itu amat luar biasa. Kerusakan bukan hanya karena topan dan banjir semata. Sebelum Idai menerjang, daerah terdampak sudah diguyur hujan deras.
Correia mengatakan, di Mozambik ada 531.000 orang terdampak bencana itu. Hingga kini, upaya penyelamatan korban masih berlanjut. Para penyelamat menggali reruntuhan bangunan dan pepohonan yang roboh akibat topan. Selain untuk bersih-bersih, penggalian juga untuk mencari korban yang mungkin masih tertimbun.
Hingga kini, masih banyak pengungsi belum tertangani sepenuhnya. Banyak pengungsi masih tidur di atap. Korban selamat membutuhkan pasokan pangan. Banyak sekolah dan fasilitas layanan kesehatan rusak akibat topan.
Kondisi di Mozambik, Malawi, dan Zimbabwe yang terdampak Idai tidak jauh berbeda dengan Yaman, Suriah, atau Sudan Selatan.
Program Pangan Dunia (WFP), badan PBB untuk urusan pangan, menyebut kondisi di tiga negara yang terdampak Idai tidak jauh berbeda dengan Yaman, Suriah, atau Sudan Selatan. WFP mengumumkan kondisi di Mozambik, Malawi, dan Zimbabwe dalam kondisi darurat tiga.
"Penetapan ini akan mempercepat penambahan pertolongan yang sekarang sedang menuju kemari. Sekarang dunia mulai menghitung skala kerusakan dan kehilangan,” kata juru bicara WFP Herve Verhoosel.
Upaya pertolongan berpacu dengan waktu. Sebab, sebagian korban belum makan selama berhari-hari.
Penyakit
Maputo juga mulai bersiap menghadapi wabah kolera atau penyakit lain yang mungkin timbul akibat air kotor dan sanitasi buruk. Topan membuat banyak sumber air menjadi tercemar, dan tidak tersedia sanitasi memadai. “Keadaan memburuk. Organisasi penolong belum lagi memulai penilaian dampak kerusakan,” kata Direktur Eksekutif Unicef, Henrietta Fore.
“Sudah ada laporan kolera di Beira bersama peningkatan infeksi malaria di antara orang-orang yang terjebak banjir,” demikian pernyataan Federasi Palang Merah Internasional.
Korban di pengungsian juga berisiko karena tempat penampungan terlalu penuh dan tidak higienis. Penyakit pernafasan juga dikhawatirkan merebak di antara pengungsi. Di salah satu daerah terdampak di Mozambik, Buzi, banyak korban tinggal di tempat terbuka. Sebagian dari mereka mulai terserang batuk.