Sebanyak 2.217 rumah warga yang bermukim di pinggiran Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, hingga Senin (25/3/2019), masih tergenang air.
Oleh
Fabio Costa
·3 menit baca
SENTANI, KOMPAS - Sebanyak 2.217 rumah warga yang berada di pinggiran Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, hingga Senin (25/3/2019), masih tergenang air. Sebanyak 2.746 keluarga terkena dampak akibat meningkatnya tinggi permukaan air danau tersebut.
Air dari Danau Sentani menggenangi ribuan rumah warga di 25 kampung setelah banjir bandang melanda daerah itu pada 16 Maret lalu. Kondisi itu dipicu tingginya volume air yang mengalir ke danau saat itu.
Dari pantauan Kompas, Senin, tinggi air yang menggenangi rumah warga mencapai 60 sentimeter hingga 80 sentimeter. Warga terpaksa bermukim di tenda-tenda di sekitar rumah yang bebas dari genangan air.
Baco Kaigere, warga yang ditemui di lokasi banjir di Sentani, mengatakan, fenomena meluapnya air danau baru pertama kali terjadi di Sentani. "Selama ini air danau tak pernah menggenangi rumah warga walaupun terjadi hujan deras. Pemda harus memikirkan solusi untuk mengatasi masalah ini," tutur Baco yang juga selaku Ketua RT II, Kampung Asei Kecil.
Ia menuturkan, warga yang bermukim di sekitar lokasi banjir selama dua pekan terakhir tak memiliki air bersih untuk memasak, mencuci pakaian, dan mandi. "Banyak warga yang mengalami penyakit gatal-gatal karena terpaksa menggunakan air danau yang telah tercampur limbah untuk mandi. Sementara, untuk konsumsi sehari-hari, kami menggunakan air minum dalam kemasan," ujarnya.
Hal senada disampaikan para korban banjir bandang di Posko Pengungsian Toware yang dihuni sekitar 800 jiwa. Air bersih menjadi salah satu kebutuhan korban yang ketersediaannya masih minim.
"Di tempat pengungsian hanya terdapat tiga tempat penampungan air dan enam kamar mandi. Kondisi ini menyebabkan banyak warga tidak mendapatkan jatah air secara merata," kata Kine Kogoya, pengungsi di Posko Toware.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jayapura, total warga yang mengungsi dalam bencana banjir bandang pada 16 Maret lalu mencapai 8.008 jiwa. Sebagian besar korban telah kembali ke rumah masing-masing setelah air surut.
Bupati Jayapura Matius Awoitauw mengatakan, ketersediaan air bersih bagi para pengungsi menjadi fokus utama tim penanggulangan bencana. "Kami terus meningkatkan jumlah pasokan air bersih ke lima posko pengungsian secara bertahap," katanya.
Ia pun menyatakan Pemkab Jayapura bersama pemerintah pusat dan sejumlah pihak lain akan mendata jumlah rumah warga dan fasilitas publik yang mengalami kerusakan akibat banjir bandang. "Dengan data yang valid, tim penanggulangan bencana akan membangun hunian sementara bagi korban yang benar-benar membutuhkannya," ucap Matius.
Sementara itu, tim SAR gabungan yang dibantu anjing pelacak kembali menemukan satu jenazah korban banjir bandang pada Senin pukul 11.35 WIT. Korban berjenis kelamin laki-laki itu ditemukan di Kampung Sereh, Sentani.
Petugas kemudian mengevakuasi jenazah ke Puskesmas Sentani. Sebelumnya, pada Minggu kemarin, jumlah korban yang ditemukan dalam kondisi meninggal mencapai 105 orang.