JAKARTA, KOMPAS - Cabang olahraga berharap ada tambahan anggaran dari Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk meloloskan atlet ke Olimpiade Tokyo 2020. Anggaran uji coba kejuaraan dari Kemenpora dinilai terlalu kecil untuk mengikuti berbagai kejuaraan kualifikasi Olimpiade 2020.
Manajer tim balap sepeda Budi Saputro mengatakan, anggaran Rp 10 miliar, dari usulan sekitar Rp 60 miliar, yang disetujui Kemenpora terlalu kecil. ”Sementara ini kami menyetujui anggaran dari pemerintah. Namun, nanti kalau memang ada arahan boleh mengajukan kejuaraan tambahan untuk road to Olympics, pasti kami mengajukan,” ujar Budi di Jakarta, Senin (25/3/2019).
Tim balap sepeda mendapat jatah mengikuti uji coba kejuaraan 7-10 kali untuk empat disiplin lomba, yaitu sepeda gunung, BMX, jalan raya, dan trek. ”Artinya, setiap disiplin lomba hanya mempunyai kesempatan maksimal dua kali uji coba ke luar negeri. Pasti kurang,” ujar Budi.
Untuk meloloskan atlet trek ke Olimpiade, misalnya, dibutuhkan minimal 10 kejuaraan internasional, yang terdiri atas seri kejuaraan kelas 1 dan seri piala dunia. ”Semakin banyak atlet mengikuti kejuaraan dan semakin banyak mendapatkan poin, peluang (lolos) semakin besar. Sekarang kami sedang menuju level dunia sehingga butuh anggaran besar,” kata Budi menegaskan.
Disiplin trek mengandalkan pebalap putri Crismonita Dwi Putri yang akan bersaing di nomor andalannya, yaitu 200 meter sprint putri. Sebanyak 26 atlet balap sepeda disiapkan untuk bersaing di SEA Games 2019 dan Olimpiade 2020.
Pelaksana Tugas Harian Pejabat Pembuat Komitmen Asisten Deputi Olahraga Prestasi Deputi IV Muhammad Gajah Nata Surya mengatakan, alokasi anggaran cabang olahraga sudah disesuaikan dengan kluster prestasi. Cabang sepeda, misalnya, termasuk dalam kluster kedua karena belum pernah meraih medali Olimpiade. Hal ini berbeda dengan cabang bulu tangkis dan angkat besi yang menempati kluster pertama.
”Selain itu, tidak semua cabang atlet sepeda berpotensi ke Olimpiade. Dukungan anggaran diprioritaskan ke atlet-atlet potensi Olimpiade. Kalau memang membutuhkan tambahan anggaran, silakan beraudiensi dengan Menpora,” kata Gajah.
Gajah menjelaskan, cabang punya kebebasan untuk mengajukan tambahan anggaran. ”(Tambahan) memungkinkan. Bisa saja anggaran ditambahkan kalau memang mendesak untuk Olimpiade. Namun, dapat atau tidaknya, saya enggak tahu,” ujarnya.
Adapun tim dayung Indonesia belum mencapai kesepakatan dengan Kemenpora terkait besaran anggaran yang diajukan. Wakil Ketua PB PODSI Budiman Setiawan menuturkan, penetapan anggaran dari Kemenpora jauh di bawah jumlah yang diajukan. ”Kami tidak bisa menyebutkan jumlah anggarannya. Yang jelas, kami akan menghadap ke Menpora Imam Nahrawi untuk meminta penambahan anggaran. Di samping itu, kami juga akan merevisi jumlah anggaran yang kami ajukan. Ada beberapa item anggaran yang akan kami kurangi,” ujarnya.
Budiman menjelaskan, dayung Indonesia mengajukan anggaran untuk pelatnas jangka panjang. Atlet disiapkan tidak hanya menyambut SEA Games 2019, tetapi juga Olimpiade 2020 dan Asian Games 2022.