CIREBON, KOMPAS — Harga gabah petani di sejumlah sentra padi di Jawa Barat dan Jawa Tengah anjlok di bawah harga pembelian pemerintah. Selain kualitas gabah yang turun karena hujan dan banjir, turunnya harga gabah juga didorong oleh peningkatan pasokan seiring meluasnya area panen.
Harga gabah di sejumlah lokasi di Cirebon, Jawa Barat, pada Senin (25/3/2019), misalnya, berkisar Rp 3.500-3.700 per kilogram gabah kering panen (GKP). Angka itu sama atau lebih rendah dari harga pembelian pemerintah (HPP) yang Rp 3.700 per kg GKP di tingkat petani. Kusna (65), petani di Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat, menyatakan, kualitas gabah turun karena curah hujan tinggi. Angin kencang juga membuat padi ambruk dan terendam air.
Menurut Ketua Himpunan Kelompok Tani Indonesia Kabupaten Cirebon Tasrip Abubakar, penurunan harga berpotensi bakal berlanjut karena panen raya di Cirebon diperkirakan terjadi April-Mei 2019 mendatang. Apalagi sejumlah sentra padi di Pulau Jawa juga memasuki musim panen.
Khairul Anam (33), petani di Karangasem, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, mengatakan, intensitas hujan yang tinggi membuat lahan garapannya terendam. Padi tak sampai tenggelam, tetapi genangan membuat kualitas padi turun. Harga jual gabah pun turun dari Rp 5.000 per kg pada panen tahun lalu menjadi Rp 4.500 per kg pada panen awal tahun ini.
Adapun di Desa Curug, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, harga gabah berkisar Rp 4.700 per kg GKP. Menurut Abdul Chayyi (67), petani di Desa Curug, harganya lebih rendah dari tahun lalu, yakni Rp 5.000 per kg.
Di atas HPP
Menurut Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir, harga gabah memang turun, tetapi kebanyakan masih di atas HPP dengan fleksibilitas 10 persen. Pada Januari-Februari 2019, harga GKP masih sekitar Rp 5.000 per kg, tetapi kini Rp 4.100-4.200 per kg. Angka itu masih lebih tinggi dibandingkan dengan HPP plus fleksibilitas 10 persen yang berarti Rp 4.070 per kg GKP di tingkat petani.
Dengan kondisi itu, Bulog kesulitan menyerap gabah petani. Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso melihat adanya gejala kelebihan suplai gabah di tingkat petani. ”Pemerintah mesti menyerap suplai yang berlebih tersebut untuk menjaga kesejahteraan petani,” ujarnya.
Apabila tidak diserap pemerintah, harga dikhawatirkan akan semakin anjlok, jauh di bawah ongkos produksi yang dikeluarkan petani. Menurut Sutarto, penyerapan pemerintah menjadi solusi utama menjaga harga di tingkat petani. Saat ini, penggilingan-penggilingan swasta besar yang memiliki kapasitas penyerapan dan akses pasar antarkota, antarkabupaten, ataupun antarpulau tak mampu lagi menyerap gabah karena kapasitasnya sudah penuh.
Kepala Bagian Humas dan Kelembagaan Perum Bulog Firmansyah mengatakan, dari pantauan Bulog, harga GKP saat ini umumnya masih di atas HPP. ”Jika ada harga gabah di bawah HPP, Bulog tentu wajib menyerapnya sesuai standar kualitas yang ditetapkan oleh pemerintah,” kata Firmansyah.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, saat ini Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Lampung sudah mulai panen raya. Sebelumnya, menurut Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, produksi beras secara nasional selama Januari-Maret 2019 diperkirakan 14,1 juta ton.