Indonesia Rintis Peluang Pencak Silat Tampil di Asian Games 2022
Oleh
Andy Riza Hidayat
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia mulai merintis peluang olahraga pencak silat dipertandingkan kembali di Asian Games 2022 Hangzhou, China. Langkah pertama yang ditempuh adalah memperkenalkan pencak silat ke Kedutaan Besar Republik Rakyat China, di Jakarta, Senin (25/3/2019) sore.
Direktur Sekolah Staf dan Pimpinan Luar Negeri (Sesparlu) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) June Kuncoro Hadiningrat mengatakan, diplomasi olahraga ini merupakan inisiatif dari empat diplomat senior peserta program diklat Sesparlu, yaitu Murdi, Armin, Paulus, dan Gorie. Mereka menjadikan promosi pencak silat ke RRC sebagai proyek tugas akhir program diklat Sesparlu.
”Ini bagian dari tugas diplomasi Indonesia. Inisiatif diambil oleh teman-teman peserta diklat Sesparlu untuk mempromosikan ke China,” kata June di sela-sela kegiatan. Pada kesempatan itu, sebelas atlet pencak silat Indonesia memperagakan aksi silat di hadapan Duta Besar RRC untuk Indonesia Xiao Qian dan jajarannya serta beberapa warga China.
Acara disaksikan pula oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Luar Negeri Mayerfas, Staf Ahli Bidang Politik Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Yuni Purwanti, Sekjen Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) Teddy Suratmadji, anggota Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) Sunarno, dan lainnya.
June menilai, langkah mendekati China akan efektif karena Asian Games 2022 bakal dihelat di China. Sebagai tuan rumah, China memiliki hak prerogatif dalam menentukan cabang olahraga yang akan dipertandingkan, selain cabang olahraga Olimpiade. Dipertandingkan di Asian Games juga menjadi prasyarat dalam memperjuangkan pencak silat agar bisa tampil di Olimpiade.
”Untuk tampil di Olimpiade ada mekanismenya (minimal 50 federasi silat tiap-tiap negara terdaftar di National Olympic Committee/NOC). Jadi, ini tidak hanya soal budaya, tetapi juga politis. Maka, Kemlu merasa wajib untuk menopang dengan diplomasi, sedangkan jalur formal tetap melalui Kemenpora,” ujar June.
June mengharapkan selanjutnya Kemenpora bisa menata langkah di internal, yakni dengan merancang program dan menganggarkannya. Kemlu siap membantu dengan melakukan pendekatan kepada Kemenpora China ataupun tokoh-tokoh olahraga Negeri Panda itu.
Yuni dalam sambutannya mengatakan, olahraga silat sudah sangat berkembang. Dukungan yang terus tumbuh dari negara lain membuat Kemenpora sangat bersemangat untuk meloloskan pencak silat pada ajang Olimpiade.
”Suksesnya pencak silat di Asian Games Jakarta-Palembang menambah keyakinan kami bahwa pencak silat layak tampil di ajang yang lebih tinggi, Olimpiade,” kata Yuni.
Pencak silat pertama kali dipertandingkan di tingkat Asian Games saat Jakarta dan Palembang menjadi tuan rumah pada 2018. Dalam kesempatan pertama, pencak silat menjadi penyumbang medali emas terbanyak bagi Indonesia dengan 14 medali emas dari total 31 medali emas.
Yuni, melanjutkan, selain di Kedubes China untuk Indonesia, dia berharap ke depan pencak silat juga bisa diperkenalkan di China. Pemerintah Indonesia siap memberikan pelatihan terhadap atlet-atlet silat di negara lain.
Xiao Qian mengatakan, pencak silat merupakan konsep baru bagi masyarakat China. Meskipun demikian, dia berjanji akan membantu untuk mempromosikannya ke masyarakat China.
”Kita harus bekerja sama, Kemenpora dan Kemlu Luar Negeri, untuk mempromosikan pencak silat ke Asian Games serta Olimpiade pada masa depan. Mari kita bekerja sama untuk mewujudkannya,” kata Xiao Qian.
Prasyarat Olimpiade
Teddy menjelaskan, keberhasilan pencak silat pada Asian Games 2018 tidak boleh terputus sebab itu menjadi salah satu syarat agar pencak silat bisa tampil di Olimpiade. Adapun syarat lainnya, yaitu terdaftarnya 50 federasi pencak silat negara di NOC masing-masing dan mewakili lima benua.
Menurut Teddy, sejauh ini, pencak silat sudah ada di 74 negara. Sementara itu, negara yang sudah memiliki federasi pencak silat sekitar 50-an negara. Adapun federasi yang sudah terdaftar di NOC mencapai 25 negara. Artinya, dibutuhkan sekitar separuh lagi federasi yang terdaftar di NOC negara masing-masing agar pencak silat dipertandingkan pada Olimpiade.
”Kami berupaya membantu federasi itu bisa terdaftar di NOC (termasuk China). Di China sudah ada China Pencak Silat Federation (CPSF),” kata Teddy.
Sunarno menambahkan, pencak silat berpeluang besar diterima masyarakat China karena mereka juga memiliki olahraga yang mirip pencak silat, seperti wushu. Oleh sebab itu, atlet di China tidak akan kesulitan dalam mempelajari silat. (YOLA SASTRA)