Kekhawatiran Resesi AS Masih Menghantui Pasar Asia
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, SELASA — Saham Asia bergerak bervariasi di awal perdagangan pada Selasa (26/3/2019) setelah imbal hasil surat utang Amerika Serikat merosot ke level terendah sejak akhir 2017, lebih jauh di bawah suku bunga jangka pendek. Kondisi itu menambah spekulasi dan kekhawatiran resesi akan menimpa AS.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang bergerak datar pada awal perdagangan setelah dua hari mengalami kerugian cukup dalam. Indeks Nikkei Jepang menanjak sekitar 1,1 persen setelah jatuh 3,0 persen pada hari Senin.
Saham di Wall Street sedikit berubah pada hari awal pekan ini dengan Indeks S&P 500 berakhir dengan pelemahan tipis 0,08 persen.
Investor telah dihantui oleh penurunan tajam dalam imbal hasil surat utang AS --US Treasury--dan inversi kurva imbal hasilnya. Hal itu secara luas dipandang sebagai indikator resesi ekonomi. Imbal hasil Treasury AS 10-tahun turun menjadi 2,405 persen setelah kehilangan 5 basis poin pada hari Senin.
Imbal hasil itu telah jatuh lebih dari 20 basis poin sejak Fed pekan lalu menutup proyeksi untuk menaikkan suku bunga tahun ini dan mengumumkan akhir dari pengurangan neraca. The Fed juga menyatakan, hingga saat-saat ini tidak melihat adanya tanda-tanda perlambatan ekonomi. Imbal hasil surat utang AS 10 tahun turun di bawah imbal hasil untuk tagihan tiga bulan pada Jumat pekan lalu untuk pertama kalinya sejak 2007.
Para peneliti The San Francisco mengatakan, perbedaan dalam dua jatuh tempo adalah yang paling berguna untuk memperkirakan resesi. "Saya pikir pasar telah bereaksi berlebihan terhadap inversi kurva imbal hasil karena The Fed San Francisco mengatakan hal itu adalah indikator yang paling dapat diandalkan," kata Hiroshi Nakamura, Manajer Senior Perencanaan Investasi di Mitsui Life.
"Saya mengharapkan beberapa koreksi pada reli terbaru dalam surat utang. Untuk saat ini kita harus melihat lelang pada pekan ini,” lanjut Nakamura.
Departemen Keuangan AS akan menjual surat utang senilai 113 miliar dollar AS pada pekan ini. Hal itu termasuk 40 miliar dollar AS pada surat utang dengan tenor dua tahun pada Selasa, surat utang bertenor lima tahun senilai 41 miliar dollar AS pada Rabu, serta surat utang dengan tenor tujuh tahun senilai 32 miliar dollar AS pada Kamis pekan ini.
Departemen Keuangan AS akan menjual surat utang senilai 113 miliar dollar AS pada pekan ini.
Investor juga akan memperhatikan langkah pembuat kebijakan Fed yang dijadwalkan berbicara pada hari ini waktu AS. Suku bunga Fed berjangka sekarang sepenuhnya diperhitungkan dalam penurunan suku bunga akhir tahun ini, dengan sekitar 80 persen peluang pergerakan ditentukan pada bulan September.
Di pasar mata uang, penurunan imbal hasil AS menggerus daya tarik nilai tukar dollar AS. Euro diperdagangkan di level 1,1316 per dollar AS setelah naik sedikit pada hari Senin. Ini setelah IFO Institute Jerman mengatakan, indeks iklim bisnis naik menjadi 99,6 atau mengalahkan perkiraan konsensus 98,5 dan mengakhiri penurunan enam bulan berturut-turut.
Dollar AS sedikit berubah posisinya atas yen, yakni di level 110,04 yen setelah mencapai level terendah dalam 1,5 bulan dengan berada di level 109,70 yen pada hari Senin.
Poundsterling berada di level 1,3211 per dollar AS, menghapus kenaikan setelah anggota parlemen memilih untuk merebut kendali proses Brexit dari pemerintahan Perdana Menteri Theresa May selama sehari. May mengatakan pada hari Senin bahwa belum ada dukungan yang cukup untuk menempatkan kesepakatan Brexit ke pemungutan suara ketiga di parlemen.