Nardi (29) pemuda Banyumas yang lumpuh akibat terjatuh dari pohon kelapa saat kelas 5 SD, tidak kehilangan kreativitas. Ia tumbuh menjadi pelukis dan pembuat wayang. Cita-citanya ingin bertemu Presiden Joko Widodo dan punya KTP elektronik.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
Nardi (29) terbaring miring di kasur tipis berwarna biru. Badannya bertumpu pada sikut kiri yang bersandar pada bantal kumal. Tubuhnya diselimuti kain selendang batik dari kaki hingga dada. Tangan dan jemarinya lincah memainkan kuas, melukis wayang.
Meski lumpuh sejak kelas 5 SD akibat jatuh dari pohon kelapa, Nardi tetap berkarya. Keterbatasan tidak menghalangi tekadnya mengisi kehidupan dengan harapan.
"Yang penting bisa melakukan hal-hal yang berguna saja. Sebisanya daripada kosong hari-harinya, kadang melamun kan tidak berguna," kata Nardi saat ditemui di rumah orangtuanya di RT 04/RW 05, Desa Papringan, Kecamatan Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (26/3/2019).
Keterbatasan tidak menghalangi tekadnya mengisi kehidupan dengan harapan.
Nardi terjatuh dari pohon kelapa setinggi 9 meter saat bermain bersama teman-temannya. Sebagai anak kecil, kala itu, Nardi ingin memetik kelapa muda untuk diminum airnya. Namun kemudian terjatuh dan sempat tidak sadarkan diri. "Rasanya seperti mimpi. Tahu-tahu sudah di rumah. Kaki saya tidak terasa apa-apa dan saya sempat bertanya: kakiku di mana," tutur Nardi yang saat itu langsung lumpuh seketika.
Nardi pun dibawa ke rumah sakit. Tulang belakangnya patah dan kaki kanannya retak. Tidak hanya itu, usus dan paru-parunya juga terluka. Dia pun harus menjalani operasi. Selanjutnya, Nardi harus putus sekolah dan menjalani hari-harinya dengan terbaring di kamar. "Kadang merasa sedih. Ingin seperti anak-anak yang lainnya bisa bermain di luar, tapi mau bagaimana lagi," katanya.
Hobinya menggambar pun menjadi pelampiasan dan ekspresi jiwanya. Sekitar 2002, Nardi mulai menggambar pemandangan dan binatang. Kemudian Nardi tertarik menggambar tokoh wayang yang ada di buku-buku sekolahnya dulu. "Dulu belum ada internet saya melihat gambar wayang di buku sekolah," kata Nardi yang belajar menggambar secara otodidak.
Selanjutnya dari hobi menggambar wayang, Nardi lalu membuat wayang berbahan dasar kertas karton. "Tokoh yang dibuat adalah tokoh wayang ksatria seperti tokoh Pandawa, Gatotkaca, Antasena, Wisanggeni, juga Anoman," papar Nardi.
Untuk menggunting karton, dulu Nardi menggunakan paku pada bagian detail. Tapi sekarang Nardi menggunakan 25 tatah wayang yang dipesannya secara online dari Solo. "Proses membuatnya butuh waktu sekitar 2 minggu sampai sebulan. Tergantung ukuran dan kerumitannya," katanya.
Melalui akun media sosial facebook Nardi Kwoock, Nardi mengunggah aktivitas proses pembuatan wayang dan juga sejumlah wayang hasil karyanya. Dari sana sejumlah pesanan mengalir. Setidaknya, selain pesanan dari sekitar Banyumas, Nardi pernah melayani pesanan dari Kediri, Balikpapan, dan Lampung. Harga wayang karya Nardi bervariasi ada yang Rp 80.000 dan ada pula yang Rp 300.000.
"Kadang sebulan ada pesanan, kadang juga tidak ada. Uangnya buat biaya transportasi dan makan saat berobat mengganti selang ke rumah sakit. Sebulan sekali ke rumah sakit perlu uang sekitar Rp 400.000," ujarnya.
Sejak November 2018, Nardi menggunakan kateter sebagai alat bantu berkemih setelah terkena infeksi saluran kencing yang parah dan harus operasi. Sebulan sekali ia mengganti kateter ke RS Margono, Purwokerto.
Penggantian kateter dan pengobatan gratis karena ditanggung BPJS Kesehatan. Hanya saja untuk sampai ke rumah sakit ia harus menyewa mobil dan kebutuhan lainnya senilai Rp 400.000.
Kendati sempat terbesit keinginan untuk mengemis di pasar, niat itu diurungkan. Selain melukis dan membuat wayang, Nardi juga menyewakan Playstation 2 kepada anak-anak sekitar rumah dan menjual pulsa telepon seluler.
Nardi merupakan anak ketiga dari Narpen (50). Sang ayah telah lama pergi setelah bercerai dengan ibunya. Nardi tinggal bersama ibu dan juga neneknya, Napen (80).
Narpen sempat menjadi pembantu rumah tangga di Jakarta dan Balikpapan, tetapi kemudian pulang ke Banyumas untuk mengurus Nardi terutama sejak Nardi mengalami infeksi saluran kemih dan harus dioperasi November lalu.
Narpen membuka warung aneka jajanan di rumahnya dan membelikan keperluan bahan kertas dan cat untuk Nardi. "Ini catnya mau yang kuning tua atau muda," kata Narpen terdengar di sambungan telepon pada Nardi.
Napen, sang nenek, merasa nelangsa dengan kondisi Nardi. Namun dengan keterampilan membuat wayang, Napen merasa bangga dan bersyukur. Demikian juga dengan Karsiwen (55) bibi dari Nardi. "Nardi kreatif dan punya keterampilan. Mentalnya kuat, mau berusaha sekuat tenaga," kata Karsiwen.
Ingin bertemu presiden
Di tengah keterbatasannya, Nardi memiliki keinginan untuk bertemu Presiden Joko Widodo dan ingin memiliki KTP elektronik. "Dulu pernah foto di balai desa, tapi sampai sekarang KTP tidak jadi karena fotonya hilang. Kalau mau mengurus harus di kecamatan," tutur Nardi yang kesulitan bergerak dan masih menunggu bantuan kursi roda dari dinas sosial.
Nardi ingin bertemu presiden untuk bersilahturahmi dan merasa kagum dengan sosoknya. "Pak Jokowi itu yang paling sangat merakyat saya rasa. Saya suka," katanya.
Di bilik kamar 3x2 meter, Nardi terus berkarya. Melukis wayang sekaligus menuangkan harapan pada kehidupan yang lebih baik.