Maraknya konflik horizontal, terutama di media sosial, karena perbedaan pandangan antara lain disebabkan berbagai ujaran hate speech atau ujaran kebencian yang terlontar. Ujaran negatif itu perlu dilawan dengan ujaran kasih sayang.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Maraknya konflik horizontal, terutama di media sosial, akibat perbedaan pandangan, antara lain, disebabkan berbagai hate speech atau ujaran kebencian yang terlontar. Ujaran negatif itu perlu dilawan dengan ujaran kasih sayang.
Hal itu dikatakan pengasuh Pondok Pesantren Dar Al Tauhid, Arjawinangun, KH Husein Muhammad (65), di sela-sela penganugerahannya sebagai doktor kehormatan (doctor honoris causa) oleh Universitas Islam Negeri Walisongo di Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/3/2019).
Menurut Husein, negara Indonesia belakangan seakan dipenuhi permusuhan di tengah-tengah masyarakat. ”Mereka satu bangsa, bahkan satu agama, tetapi saling caci dan fitnah. Ini bertentangan dengan etika kemanusiaan apa pun, agama apa pun,” ujarnya.
Kalau mereka melontarkan hate speech, kita lawan dengan love speech (ujaran kasih sayang).
Husein menambahkan, hal-hal seperti itu perlu diatasi bersama, tetapi bukan dengan cara yang sama. Sebaliknya, masyarakat harus terus menyebarkan kebaikan dan ketenteraman.
”Kalau mereka melontarkan hate speech, kita lawan dengan love speech (ujaran kasih sayang). Saat mereka melakukan hal-hal negatif tersebut, kita jangan sampai melakukan hal sama. Sebaliknya, harus memberikan pencerahan kepada mereka,” katanya.
Husein menuturkan, segala hal anti-kemanusiaan yang berkembang harus terus dilawan dan ditangkal. Sebab, itu akan menghancurkan Indonesia sebagai bangsa. ”Tidak ada yang untung dari permusuhan tersebut,” ucapnya.
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Mukhsin Jamil mengatakan, KH Husein Muhammad merupakan sosok dengan latar pemikiran Islam tradisional, tetapi juga memiliki kecakapan untuk reinterpretasi dan rekontekstualisasi bagaimana Islam menghadapi tantangan dan isu-isu kekinian.
”Dengan pendekatan tafsir maqosidhi, saya pikir ada relevansi Islam terhadap tantangan perubahan zaman yang semakin kompleks sehingga berbagai tantangan itu dapat terjawab,” katanya.
Adapun Husein membacakan pidato berjudul ”Gender dalam Pendekatan Tafsir Maqashidi”. Menurut pandangannya, perempuan, seperti laki-laki, juga merupakan makhluk yang memiliki kehormatan dan perlu diperlakukan adil.
Rektor UIN Walisongo Muhibbin berharap, dengan gelar doktor kehormatan itu, akan banyak bermunculan pikiran, baik dari KH Husein Muhammad maupun pihak lain, yang intinya untuk mendudukkan makhluk Tuhan sebagaimana mestinya, tanpa harus dibatasi sekat jender dan lainnya.