MRT hingga ke BSD? Masih Studi Kelayakan
Hingga saat ini, rencana perpanjangan jalur moda raya terpadu (MRT) dari Lebak Bulus, Jakarta Selatan, ke wilayah Tangerang Selatan, Banten, masih belum memiliki kepastian. Belum jelas apakah jalur tersebut jadi diperpanjang ke Tangsel atau tidak. Juga belum ada kepastian apakah nantinya rute angkutan publik tersebut jadi dilanjutkan ke Terminal Pondok Cabe, Pamulang, atau ke Bumi Serpong Damai (BSD), Serpong. Rencana yang sudah pernah dibahas tahun 2018 tersebut masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study).
Belum adanya kepastian tersebut dikatakan Direktur Utama PT Mass Rapid Transit (MRT) William P Sabandar saat uji coba MRT, Senin (18/3/2019) malam.
”Sampai saat ini masih dalam pembahasan. Kami masih menunggu hasil dari studi kelayakan. Apakah ini (MRT) akan diteruskan ke Tangsel, apakah sampai Terminal Pondok Cabe atau ke BSD (Bumi Serpong Damai), kita menunggu studi kelayakan dulu,” kata William.
Menurut dia, rencana lanjutan MRT ke Tangsel akan dilakukan melalui kerja sama antara pemerintah dan badan usaha (KPBU). Hal ini terutama dalam penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh menteri/ kepala lembaga/kepala daerah/ BUMN/BUMD, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya badan usaha.
Adanya KPBU ini merupakan alternatif pola pembiayaan yang dapat dipilih dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur di daerah. Pembangunan dapat dilakukan secara berkesinambungan dengan pembagian dan mitigasi risiko yang jelas. Selain itu, aspek hukum, aspek komersial, risiko, dan lingkungan sudah dikaji sejak awal secara mendalam.
Dalam rencana, PT MRT memilih lanjutan rute MRT di Terminal Pondok Cabe. Pemilihan jalur tersebut mengingat kebutuhan lalu lintas ke daerah tersebut, baik di Lebak Bulus menuju Ciputat maupun sebaliknya, sangatlah tinggi. Kemacetan arus lalu lintas di kawasan tersebut sangat tinggi.
”Di kawasan itu (Ciputat) macetnya luar biasa,” kata William.
Akan tetapi, Pemerintah Tangsel berinisiatif agar perpanjangan jalur MRT bisa sampai ke BSD. ”Kami setuju saja jika perpanjangan MRT ini sampai ke BSD. Kami siap saja meneruskannya sampai ke BSD,” lanjutnya.
William menjelaskan, potensi bisnis di kawasan mandiri dan terpadu BSD cukup tinggi dan terus berkembang. ”Kalau dilihat dari potensi bisnisnya, di BSD itu ada, hidup, dan berkembang. Pertumbuhan ekonomi kawasan ini hidup dan berkembang. Dari sisi penumpang, ada manfaat yang dapat dirasakan. Begitu juga bagi pengembang,” tuturnya.
Hal senada dikatakan Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany. Menurut Airin, saat ini perkembangan terakhir dari rencana perpanjangan jalur MRT ke Tangsel masih dalam proses studi kelayakan.
”Dalam waktu dekat akan ada paparan. Jadi, kita tunggu saja kajiannya seperti apa dan transitnya ke mana,” ujar Airin saat memberikan keterangan pers seusai menjajal bus pengumpan Royal Trans, Transjakarta, dan MRT dari Stasiun Lebak Bulus, Rabu (13/3/2019).
Airin berharap MRT tersebut dapat dilanjutkan hingga ke Tangsel. ”MRT jangan berhenti sampai di Lebak Bulus saja karena (Lebak Bulus dan Ciputat, Tangsel) itu hanya sungai yang memisahkan, yaitu Kali Angke. Makanya, harapan saya (MRT) dapat diteruskan sampai ke Tangsel (Tangsel),” ujarnya.
Angkutan publik tersebut dapat melayani hingga ke wilayah ini untuk mengurangi kemacetan di kawasan Ciputat yang sudah sangat parah meski telah dibangun jembatan layang.
PT MRT Jakarta sedang melakukan studi kelayakan perpanjangan rute transportasi tersebut berdasarkan surat dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). Dari hasil studi itu nantinya akan terlihat potensi penumpang, pendapatan, hingga pengembangan integrasi.
Dalam Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ) ada rencana perpanjangan MRT Bundaran HI-Lebak Bulus hingga ke Pondok Cabe, Tangsel. Rutenya adalah dari Lebak Bulus, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Pasar Ciputat, Pustekkom, dan Terminal Pondok Cabe.
Selanjutnya, menuju Stasiun Pamulang Barat, Pondok Benda, Babakan, Puspitek, Rawa Buntu, dan Tangerang kota. Karena usulan tersebut, saat ini PT MRT Jakarta ditugaskan untuk melakukan studi kelayakan dan menurut rencana diselesaikan pada akhir 2018. Akan tetapi, hingga Maret, studi kelayakan masih dalam proses.
Airin menambahkan, rencana perpanjangan MRT sampai ke Tangsel merupakan kesepakatan Pemerintah Kota Tangsel dan DKI Jakarta tentang adanya transportasi yang terintegrasi dengan moda MRT. Maka dari itu, diperlukan langkah-langkah lain supaya proyek ini terlaksana, yaitu dari segi regulasi dan lain-lain. PT MRT Jakarta sudah disepakati akan bertindak sebagai pemrakarsa.
Untuk rencana itu, Airin sudah pernah bertemu dengan Wakil Gubernur DKI saat itu, Sandiaga Uno, pada awal Januari 2018.
Terkait dengan rencana ini, Kepala BPTJ Bambang Prihartono bersama dengan Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie serta perwakilan PT MRT dan Global Transportation and Logistics Leader PWC membahas skema metode pembiayaan perpanjangan jalur MRT dari Lebak Bulus ke Tangsel.
Skema pembayaran tersebut dibahas dalam diskusi grup terfokus (FGD) skema pengelolaan dan pembiayaan perpanjangan MRT Lebak Bulus ke Tangsel.
Saat itu, Kepala BPTJ Bambang Prihartono menyatakan, BPTJ ingin proyek ini menemukan mode pembiayaan baru terkait perpanjangan MRT ke Tangsel karena porsi pemerintah bersama DKI Jakarta ialah pendanaan dari utara ke selatan, MRT Lebak Bulus-Kampung Bandar. Untuk itu, dirinya berharap pihak swasta tertarik untuk membiayai proyek lanjutan Lebak Bulus-Tangsel ini.
BPTJ mengajak untuk sama-sama memikirkan percepatan angkutan massal ke depan. Untuk saat ini, perpindahan masyarakat ke angkutan umum sudah mencapai 35-40 persen. Dengan adanya mode share diharapkan bisa tercapai target masyarakat beralih ke angkutan umum sebesar 85 persen.
Sementara itu, Pemerintah Tangsel membuat dan mengusulkan skema perpanjangan jalur Lebak Bulus ke Tangsel, yakni dari Lebak Bulus ke UMJ, UIN Syarif Hidayatullah, Pasar Ciputat, Pustekkom, Pondok Cabe, Pamulang Barat, Pondok Benda, Babakan, Puspitek, Rawa Buntu, dan Tangerang Kota.
Pemerintah Kota Tangsel mencatat, pertumbuhan penduduk di Tangsel pada tahun 2017 mencapai 3,21 persen atau yang paling tinggi di Banten. Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang sebesar 1,34 persen dan DKI Jakarta yang di bawah 1 persen (0,94 persen).
Hasil studi komuter pada tahun 2011 mencatat, 40 persen angka kerja melaju dari Tangsel ke daerah lain, sebagian besar ke DKI. Data ini menunjukkan, penduduk lebih memilih untuk tinggal di sekitar DKI Jakarta meski mereka bekerja di Jakarta.
Untuk itu, kebutuhan akan jasa transportasi massal sangat besar. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, tingkat kemacetan akan semakin tinggi akibat bertambah jumlah kendaraan. Pemerintah Kota Tangsel dituntut untuk menyediakan mode transportasi massal yang aman dan nyaman serta terjangkau. Moda transportasi berbasis rel pun menjadi pilihan.
Sejauh ini, infrastruktur yang sudah terbangun adalah jalur KRL komuter yang berada di tengah-tengah Kota Tangsel sejajar dengan jalur tol. Transportasi massal berbasis rel direncanakan dibangun juga di bagian utara dan selatan kota.
Jalur MRT dari DKI Jakarta telah terbangun dan terus dikembangkan jaringannya. Hal ini merupakan kesempatan yang baik bagi Kota Tangsel untuk mengembangkan jalur angkutan massal berbasis rel antarkota berupa perpanjangan layanan MRT dari Lebak Bulus ke Kota Tangsel bagian selatan yang terhubung dengan jalur kereta komuter di bagian tengah.
Pemerintah Kota memperoleh pengalaman pengelolaan investasi bersama badan usaha sehingga meningkatkan kapasitas Pemkot. Adapun skema pengembalian yang sudah jelas dari awal dan adanya penjaminan oleh pemerintah memberikan jaminan profit kepada badan usaha.