JAKARTA, KOMPAS — Perundungan terhadap guru oleh siswa kembali terjadi, kali ini di SMP Maha Prajna, Cilincing, Jakarta Utara. Pada rentang setahun belakangan, setidaknya empat peristiwa serupa viral di media sosial. Efektivitas pendidikan karakter di sekolah perlu dievaluasi agar martabat guru di mata siswa tidak semakin merosot.
Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara Momon Sulaeman, Selasa (26/3/2019), mengatakan, perundungan itu dialami oleh guru yang masa kerjanya masih di bawah lima tahun. Pelakunya adalah 11 siswa kelas IX SMP yang rata-rata berusia 15 tahun.
Peristiwa itu terjadi saat para siswa telat memasuki kelas seusai mengikuti pelajaran Olahraga, Jumat (22/3/2019). Mereka kemudian berganti baju sambil berjoget mengitari seorang perempuan guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Kebudayaan Jakarta.
”Pada Senin (25/3/2019), semua pihak yang terlibat dalam peristiwa itu sudah bertemu. Mereka sepakat menyelesaikan masalah dengan musyawarah. Orangtua dan guru selanjutnya akan bekerja sama menanamkan nilai-nilai keutamaan melalui pendidikan karakter,” kata Momon.
Ia menegaskan, tidak ada siswa yang dikeluarkan sebagai buntut peristiwa tersebut. Guru yang menjadi korban pun tidak mau membebankan kesalahan terhadap para siswa. Pihak yayasan dan sekolah menjadikan peristiwa itu sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki mutu pendidikan di instansi tersebut.
Sebelumnya, pada Februari 2018, guru Kesenian SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, Jawa Timur, Budi Cahyono, meninggal setelah dipukul siswa bernama HI. Siswa itu memukul Budi karena tidak terima pipinya dicoret setelah ditegur karena tidur saat pelajaran berlangsung.
Di SMK NU 03 Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, seorang guru Teknik Otomotif, pada November 2018 dikeroyok empat siswa saat sedang mengajar di kelas. Lalu, pada Februari 2019, seorang siswa SMP PGRI Wringianom, Gresik, Jawa Timur, mencekik seorang guru karena ditegur saat merokok di dalam kelas.
Pendidikan karakter
Pendidikan karakter atau ajaran nilai-nilai keutamaan yang secara umum mempunyai sifat layak dipercaya, saling menghormati, bertanggung jawab, bersikap adil, merasa senasib dan peduli, serta menjadi warga negara yang baik perlu dicontohkan di lingkungan yang membentuk siswa, yaitu sekolah dan rumah tinggal.
Pengamat pendidikan Doni Koesoema menyesalkan peristiwa perundungan yang terjadi terhadap guru SMP Maha Prajna itu. Peristiwa itu harus menjadi evaluasi bagi guru sekaligus orangtua agar semakin serius berusaha mengembangkan karakter anak sesuai dengan nilai moralitas yang dijunjung.
”Perundungan terhadap guru biasanya merupakan muara sikap tidak hormat siswa yang dibiarkan. Akibatnya, guru perlahan kehilangan integritas di mata siswa. Hal seperti ini tidak perlu terjadi seandainya peraturan kelas ditegaskan oleh guru yang bersangkutan,” kata Doni.
Menurut dia, kerja sama antara guru dan orangtua untuk saling mengevaluasi proses pembelajaran menjadi solusi dalam mengatasi masalah semacam ini. Persoalan ini seharusnya dapat diselesaikan jika guru dan orangtua mau bersama-sama membahas hambatan mengajar yang dialami di kelas secara terbuka. (PANDU WIYOGA)