Hingga Selasa (26/3/2019), tercatat sekitar 6.000 warga telah meninggalkan sejumlah posko pengungsian pascabencana banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Oleh
Fabio Costa
·3 menit baca
SENTANI, KOMPAS — Hingga Selasa (26/3/2019), tercatat sekitar 6.000 warga telah meninggalkan sejumlah posko pengungsian pascabencana banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, pada 16 Maret lalu. Warga memilih kembali ke rumahnya masing-masing.
Kepala Polres Jayapura Ajun Komisaris Besar Viktor Mackbon, selaku Ketua Tim Penanggulangan Banjir Bandang Kabupaten Jayapura, ketika dikonfirmasi, Selasa, mengatakan, sekitar 6.000 warga yang pulang itu karena rumahnya tidak mengalami kerusakan berat akibat banjir.
”Saat ini hanya tersisa 5.000 warga yang berada di lima posko pengungsian di Kabupaten Jayapura. Menurut rencana, kami akan mendata jumlah warga yang rumahnya mengalami kerusakan saat masa tanggap darurat selama 14 hari selesai,” kata Viktor.
Ia mengatakan, jika hujan dengan intensitas tinggi kembali melanda Kabupaten Jayapura, warga yang telah kembali ke rumah akan dievakuasi lagi ke pengungsian. Sekitar 90 personel kepolisian disiagakan untuk membantu proses evakuasi tersebut.
Sementara itu, hingga Selasa, sebanyak 2.217 unit rumah warga yang bermukim di pinggiran Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, masih tergenang air dengan ketinggian sekitar 60 sentimeter. Sebanyak 2.746 keluarga terkena dampak banjir tersebut. Warga pun mendirikan tenda di sekitar rumah yang tidak terendam air.
Air dari Danau Sentani menggenangi ribuan rumah warga di 25 kampung pascabanjir bandang pada 16 Maret lalu. Kondisi itu dipicu tingginya volume air yang mengalir ke danau dari wilayah hulu saat itu.
”Menurut rencana, tim bersama warga akan membersihkan muara Danau Sentani di wilayah Jaifuri yang terindikasi mengalami penyumbatan. Kami menerjunkan sebanyak 20 personel ke Jaifuri,” tutur Viktor.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili mengimbau warga yang telah kembali ke rumah agar tidak menurunkan kewaspadaan terhadap potensi banjir dan longsor. ”Dari hasil analisis BMKG, curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih melanda Kabupaten Jayapura hingga akhir Maret,” katanya.
Dimakamkan secara massal
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Papua Komisaris Besar Ramon Amimam mengatakan, sebanyak 20 jenazah korban banjir bandang di Kabupaten Jayapura akan dimakamkan secara massal. Hal itu disebabkan tim identifikasi korban bencana (DVI) Polda Papua tidak dapat menemukan data yang cukup untuk mengidentifikasi para korban.
Perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Jayapura dan tim Penanggulangan Banjir Bandang akan memakamkan 20 jenazah secara massal di Kampung Harapan, Sentani, pada Rabu (27/3), sekitar pukul 12.00 WIT.
”Kondisi jenazah tak memungkinkan lagi untuk dikenali secara visual. Satu-satunya cara untuk mengidentifikasi korban adalah melalui tes DNA yang memakan waktu hingga dua minggu,” ujar Ramon.
Berdasarkan data terakhir dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua, jumlah korban yang meninggal mencapai 105 orang. Selain itu, sebanyak 808 orang mengalami luka ringan, 107 orang luka berat, dan 82 orang belum diketahui keberadaannya hingga kini.
Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Jayapura pada 16 Maret lalu berlangsung pukul 18.00 hingga pukul 01.00 WIT. Kondisi itu mengakibatkan banjir bandang di 12 distrik (setingkat kecamatan) di kabupaten tersebut.