Setelah Menarik Diri, Beberapa Pejabat Korea Utara Kembali Bekerja
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SEOUL, SENIN — Korea Selatan menyatakan, sejumlah pejabat kantor penghubung inter-Korea yang berasal dari Korea Utara telah kembali bekerja pada Senin (25/3/2019) setelah tiga hari ”otoritas tingkat tinggi” Pyongyang menarik semua stafnya tanpa instruksi yang jelas.
Alasan mengapa ada sebagian staf dan pejabat dari Korea Utara yang kembali bekerja pun tidak jelas.
Keputusan Korea Utara menarik semua stafnya pada Jumat (22/3/2019) terjadi seminggu setelah Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara yang mengancam akan menarik diri dari negosiasi denuklirisasi dengan Amerika Serikat.
Dalam pernyataan tertulisnya, Kementerian Unifikasi Korea Selatan yang mengurusi inter-Korea menyebutkan, empat sampai lima pejabat Korea Utara kembali bekerja di kantor penghubung di Kota Kaesong, Korea Utara. Mereka menyampaikan bahwa mereka kembali bekerja seperti biasa.
Kementerian juga menyatakan, Korea Utara tidak memberikan penjelasan mengapa menarik pejabat dan stafnya dari kantor penghubung. Meski demikian, bekerjanya kembali beberapa pejabat Korea Utara di kantor penghubung memberikan harapan kantor itu untuk ”berfungsi secara esensial”.
Langkah rekonsiliasi
Korea Utara mengirimkan sekitar 10 pegawai setiap hari di kantor penghubung itu sejak dibuka pada September 2018 sebagai bagian dari langkah rekonsiliasi yang disepakati Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
”Kami berencana melanjutkan operasional kantor penghubung inter-Korea seperti biasa,” kata Baik Tae-hyun, juru bicara kantor penghubung itu.
Sejumlah analis menyebutkan, penarikan pegawai Korea Utara itu merupakan usaha mereka untuk menekan Korea Selatan agar memperkuat posisinya dengan AS menyusul kegagalan pertemuan antara Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump di Hanoi, Vietnam, akhir Februari lalu.
Media milik Pemerintah Korea Utara baru-baru ini menghendaki agar Korea Selatan menjaga jarak dari AS dan melanjutkan proyek ekonomi bersama yang terhambat karena sanksi dari AS.
Dalam beberapa bulan terakhir, kedua Korea telah mengurangi setiap prajurit jaga di perbatasan, menghentikan latihan militer lintas perbatasan, dan berjanji untuk melanjutkan proyek ekonomi bersama. Keduanya optimistis bahwa sanksi internasional bisa berakhir dan proyek ekonomi pun bisa berjalan.
Moon mengatakan, rekonsiliasi kedua Korea krusial untuk mencapai negosiasi denuklirisasi. Namun, pertemuan Trump-Kim yang tidak menghasilkan apa pun telah membuat Korea Selatan kesulitan mendekati Korea Utara.
Washington dan Pyongyang telah berjuang membahas tahapan denuklirisasi dan pencabutan sanksi, tetapi berujung pada saling menyalahkan atas gagalnya pertemuan Trump-Kim bulan lalu di Hanoi.
Kantor penghubung kedua Korea dibuka pertama kali tahun lalu, tiga bulan setelah Trump bertemu dengan Kim pertama kali di Singapura.
Kaesong merupakan lokasi kompleks pabrik tertutup yang dikelola bersama oleh kedua Korea yang mengombinasikan modal dan teknologi Korea Selatan dengan buruh murah dari Korea Utara. Kedua Korea menghendaki agar AS memberikan pengecualian pembukaan kompleks pabrik itu dari sanksi internasional
Namun, kritik muncul karena proyek di Kaesong dan proyek ekonomi inter-Korea lainnya akan membantu Korea Utara membiayai program senjata nuklir Pyongyang. (AP/AFP/REUTERS)