Baru 9 Persen yang "Go Online", UMKM Didorong Masuk Pasar Digital
Sebanyak 59,4 juta pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia didorong untuk manfaatkan layanan pasar digital. Saat ini baru 9 persen diantaranya yang sudah masuk kategori go online,
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS – Sebanyak 59,4 juta pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia didorong memanfaatkan layanan pasar digital. Pemanfaatan pasar digital diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para pelaku usaha.
“Dari 57,4 juta UMKM di Indonesia, baru 9 persen diantaranya yang sudah masuk kategori go online atau memanfaatkan jejaring sosial terintegrasi dan memiliki kemampuan untuk masuk ke pasar digital,” Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Kemaritiman Kementerian Komunikasi dan Informatika Septriana Tangary di Banyuwangi, Rabu (27/3/2019).
Adapun 18 persen lainnya hanya menggunakan jejaring sosial media dalam penjualan produk. Selain itu terdapat 36 persen UMKM yang memiliki akses internet tetapi tidak menggunakannya untuk menjual produk dan 37 persen lainnya justru tidak memiliki akses internet.
Selain itu terdapat 36 persen UMKM yang memiliki akses internet tetapi tidak menggunakannya untuk menjual produk dan 37 persen lainnya justru tidak memiliki akses internet. (Septriana Tangary)
Septriana mengatakan, pihak terus mendorong para pelaku UMKM memanfaatkan layanan internet untuk mengembangkan usahanya. Pasalnya di era industri 4.0 peluang industri berbasis digital semakin terbuka lebar seiring dengan tantangan yang semakin berat.
“Pasar digital memudahkan para pelaku usaha karena tidak membutuhkan sewa tempat, tidak perlu penjaga toko sehingga bisa mengurangi pengeluaran. Selain itu, barang yang ditawarkan juga lebih bisa diakses oleh banyak orang sehingga peluang keterjualan semakin tinggi,” tutur dia.
Data Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memperkirakan terdapat 96.000 pelaku UMKM di Banyuwangi. Namun hanya 120 yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM Banyuwangi. Namun Pemerintah Banyuwangi belum mendata jumlah UMKM yang memanfaatkan pasar digital.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kabupaten Banyuwangi Budi Santoso mengatakan, dari 189 desa di Banyuwangi sudah terdapat 175 desa yang tersambung serat optik. Budi berharap layanan infrastruktur digital yang ada di Banyuwangi tersebut dapat dimanfaatkan oleh para wirausahawan muda dan pemilik usaha rintisan di Banyuwangi untuk dapat mengembangkan usahanya.
Dari 189 desa di Banyuwangi sudah terdapat 175 desa yang tersambung serat optik. (Budi Santoso)
“Hampir seluruh kantor-kantor desa sudah menyediakan jaringan wi-fi (nir kabel). Layanan tersebut jangan hanya untuk bermain gim daring, tetapi jadikan fasilitas untuk mempromosikan produk dan usaha anak-anak muda Banyuwangi,” tutur dia.
Budi mengatakan, pengembangan wirausahawan muda di Banyuwangi juga menjadi bagian dari upaya untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran di Banyuwangi. Para wirausahawan muda itu diharapkan menjadi jawaban permasalahan pengangguran terbuka di Banyuwangi.
Data Pemerintah Banyuwangi menyebut jumlah pengangguran terbuka di Banyuwangi di tahun 2018 tersisa 3,07 persen menurun drastis bila dibanding tahun 2010 yang mencapai 6 persen. Sementara angka kemiskinan di tahun 2018 sekitar 8,64 persen turun dari 20,09 persen pada tahun 2010.