WONOSOBO, KOMPAS - Demi meningkatkan tingkat partisipasi pemilih dan menekan angka golongan putih atau golput, Gerakan Pemuda Ansor akan mengerahkan 4,7 juta kadernya di seluruh Indonesia untuk mengadakan gerakan \'Rabu Putih\' di sekitar tempat pemungutan suara. Selain mengawal kondisi keamanan di sekitar TPS, gerakan ini juga akan menjemput pemilih dari rumahnya masing-masing untuk menggunakan hak pilih pada 17 April 2019.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas saat mendampingi Calon Wakil Presiden Nomor Urut 01 Ma\'ruf Amin berkampanye ke Jawa Tengah, mengatakan, gerakan \'Rabu Putih\' itu digencarkan karena ancaman terbesar terhadap capaian suara Jokowi-Amin adalah golput.
"Ancaman terbesar dari Kiai Ma\'ruf ini apa? Apakah pasangan 02 (Prabowo Subianto-Sandiaga Uno)? Tidak. Ancaman terbesar itu adalah golput. Makanya kami tidak mau ada golput," kata Yaqut, Rabu (27/3/2019).
Gerakan Rabu Putih pada intinya adalah ikhtiar untuk mengajak warga masyarakat ke TPS pada hari pencoblosan. GP Ansor mengerahkan 4,7 juta kadernya di seluruh Indonesia ke sejumlah wilayah yang dianggap rawan serta tingkat partisipasi pemilihnya berpotensi rendah
Yaqut menjelaskan, gerakan Rabu Putih pada intinya adalah ikhtiar untuk mengajak warga masyarakat ke TPS pada hari pencoblosan. GP Ansor mengerahkan 4,7 juta kadernya di seluruh Indonesia ke sejumlah wilayah yang dianggap rawan serta tingkat partisipasi pemilihnya berpotensi rendah.
"Namun, ini bukan milik Ansor. Kami lempar ini ke masyarakat agar seluruh komponen masyarakat terlibat dalam gerakan Rabu Putih," ujar Yaqut.
Sebagian kader Ansor akan diarahkan untuk membantu TNI dan Polri menjaga situasi kondusif di sekitar TPS. Sisanya, ditugaskan menggerakkan pemilih. Yaqut mengatakan, banyak pemilih Jokowi-Amin yang malas berangkat ke TPS atau berhalangan mencoblos pada hari-H.
Tingkat golput diprediksi semakin tinggi pada Pemilu 2019 dibandingkan lima tahun lalu. Saat Pemilu 2014, golput sebesar 30,42 persen.
"Kami akan ajak mereka yang ada keterbatasan dan kendala tertentu untuk datang ke TPS," kata Yaqut.
Gerakan Rabu Putih dinamakan demikian karena para kader Ansor dan pendukung Jokowi-Amin akan berpakaian putih seperti kemeja yang dikenakan Jokowi-Amin di foto resmi kertas suara.
Gerakan itu dimunculkan karena kekhawatiran banyak orang yang termakan hoaks dan hasutan sehingga memilih tidak berangkat ke TPS.
Menurut Yaqut, gerakan itu dimunculkan karena kekhawatiran banyak orang yang termakan hoaks dan hasutan sehingga memilih tidak berangkat ke TPS.
"Hoaks itu selain mengakibatkan tingkat partisipasi yang turun, juga bisa mendorong golput. Orang jadi khawatir dan takut, tidak mau ke TPS," ujarnya.
Yaqut menjamin gerakan ini tidak akan mengintimidasi dan memprovokasi massa. Meskipun kubu Prabowo-Sandi juga mengadakan gerakan serupa berupa berjaga-jaga di TPS dengan mengenakan baju putih-putih, ia menjamin tidak akan ada gesekan atau konflik di lapangan.
Wilayah yang dipetakan berpotensi rawan dan tingkat partisipasi pemilihnya rendah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
"Kami akan jamin gerakan kami lebih santun, tidak akan ada provokasi. Kami ingin mengajak masyarakat riang gembira menghadapi pemilu Jadi tidak ada yang perlu didramatisir, ditakuti," katanya.
Wilayah yang dipetakan berpotensi rawan dan tingkat partisipasi pemilihnya rendah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten
Sementara itu, Ma\'ruf Amin mengatakan, saat ini ada isu yang marak menyebar untuk memengaruhi masyarakat agar tidak ke TPS. Ia pun mengajak masyarakat untuk tetap datang ke TPS dan mencoblos dirinya dan Jokowi, yang di kertas suara mengenakan pakaian putih.
"Warga didorong golput, bisa dengan cara biasa yang halus, bisa juga dengan cara intimidasi. Karena itu, masyarakat jangan takut, berikan juga hak suara dengan penuh kesadaran dan keberanian," ujar Amin.