Kampanye Etika Pengguna Angkutan Umum Digencarkan
Kampanye perubahan perilaku dan kebiasaan saat menggunakan transportasi massal terus dilakukan oleh organisasi masyarakat sipil, seperti Transport for Jakarta. Melalui gerakan bertajuk #BerubahBareng, TfJakarta mengajak masyarakat untuk menyambut transportasi modern baru dengan perubahan perilaku dan etika saat berada di angkutan umum.
Melalui akun Twitter @TfJakarta, masyarakat bisa melihat beberapa poster kampanye perubahan perilaku di angkutan umum bertajuk #BerubahBareng ini.
Gerakan tersebut dibuat sekaligus untuk menyambut operasi komersial transportasi modern berbasis rel moda raya terpadu (MRT). Gerakan tersebut menjadi semacam pengingat bahwa pengguna transportasi massal harus mengubah perilaku dan kebiasaan buruknya.
Perubahan itu diharapkan tidak hanya pada saat naik MRT, tetapi juga bus rapid transit, seperti Transjakarta, kereta rel listrik (KRL) komuter, dan moda transportasi umum lain. Perilaku yang sesuai ini dibutuhkan lantaran transportasi massal itu adalah milik bersama.
Masyarakat diharapkan memberikan contoh kepada pengguna lain yang kurang tertib. Caranya adalah mengingatkan langsung dengan cara yang baik. Jika masih ada kesulitan, pengguna dapat meminta bantuan kepada petugas.
Co-founder Transport for Jakarta Andriansyah Yasin Sulaiman, Selasa (26/3/2019), menuturkan, saat uji coba publik MRT, TfJakarta juga mengamati perilaku buruk warga saat menggunakan transportasi massal tersebut.
Sejumlah foto tentang perilaku buruk pengguna MRT menjadi viral dan pelakunya mendapatkan banyak hujatan dari warganet.
Namun, apakah hujatan dan ejekan dari masyarakat itu akan berdampak pada perilaku masyarakat saat berada di angkutan umum? Tentu saja tidak.
TfJakarta kemudian menggagas kampanye #BerubahBareng untuk menyentil dan menyadarkan warga. ”MRT itu, kan, hal yang baru bagi warga Jakarta. Pasti banyak yang belum pernah mencoba, masih bingung. Jadi, kami harus memberikan informasi,” ujar Yasin.
TfJakarta sudah ada sejak 2017. Gerakan ini merupakan turunan dari Forum Diskusi Transportasi Jakarta yang sudah aktif sejak 2015. Beberapa program yang sudah mereka jalankan adalah membagikan peta transportasi publik yang berisi informasi rute Transjakarta dan rute kereta rel listrik kepada warga Jakarta. Upaya itu dilakukan guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.
Gerakan bersama
TfJakarta juga mempersilakan masyarakat untuk membantu membuat desain poster kampanye yang bisa disosialisasikan di stasiun dan halte untuk gerakan #BerubahBareng. Desain poster kampanye itu bisa berisi anjuran dan larangan serta etika saat menjadi pengguna angkutan umum.
Masyarakat yang ingin berkontribusi dalam program itu dapat mengumpulkan desainnya mulai April 2019. Nantinya desain tersebut akan digunakan untuk kampanye daring dan luring TfJakarta.
Kampanye daring dilakukan di berbagai kanal media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Adapun kampanye luring dilakukan dengan terjun ke kerumunan orang, seperti di kawasan Kota Tua dan arena hari bebas kendaraan bermotor.
”Kampanye ini akan kami lakukan secara kontinu karena mau seberapa pun canggihnya infrastruktur, kalau budaya masyarakat belum berubah, ya, sama saja. Keduanya harus berjalan secara simultan,” ujar Yasin.
TfJakarta juga tidak menutup kemungkinan untuk menggandeng operator angkutan umum seperti MRT, Transjakarta, dan kereta komuter untuk mengampanyekan program tersebut. Semakin luas cakupan kampanyenya diharapkan dapat menyadarkan dan mengubah perilaku masyarakat.
Mulai berubah
Perubahan perilaku pengguna angkutan umum ini sebenarnya sudah mulai terlihat, misalnya di stasiun KRL. Di Stasiun Tanah Abang, misalnya, rata-rata penumpang sehari mencapai 55.000 orang. Stasiun transit ini termasuk tersibuk di Jakarta. Jika ada perilaku tidak tertib sedikit saja, hal itu bisa menyebabkan kekacauan.
Namun, beberapa tahun terakhir, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku operator KRL mulai menerapkan aturan ketat, misalnya saat menggunakan eskalator. Di eskalator dipasang tanda peringatan untuk berdiri di sisi kiri eskalator bagi mereka yang diam. Adapun mereka yang terburu-buru diarahkan berjalan di sebelah kanan.
Pada saat awal diterapkan, petugas stasiun berdiri di samping eskalator sembari membawa pengeras suara. Petugas tak lelah mengingatkan warga untuk menggunakan eskalator sesuai aturan.
Kini, setelah masa sosialisasi berakhir, kesadaran warga mulai tumbuh. Warga mulai sadar bahwa sisi kiri eskalator digunakan untuk diam, sedangkan sisi kanan untuk berjalan. Warga sadar untuk berempati kepada orang lain dan memudahkan orang lain saat berada di stasiun.
”Kalau semua warga tertib dan berempati kepada orang lain, masyarakat pun semakin nyaman menggunakan transportasi umum. Akhirnya, pengguna KRL pun meningkat,” kata Vice President Komunikasi Perusahaan PT KCI Anne Purba, Selasa.
Anne mengatakan, sosialisasi terus dilakukan oleh PT KCI, baik melalui media sosial maupun layar iklan di dalam kereta KRL. Peringatan tersebut penting terutama bagi pengguna musiman. Pengguna musiman masih banyak melanggar aturan, misalnya makan di dalam kereta serta tidak mengantre di jalur yang sudah dibuat PT KCI.