KARAWANG, KOMPAS — Kandungan lokal merupakan salah satu kunci daya saing industri otomotif. Daya saing diperlukan pelaku industri otomotif di Tanah Air untuk meningkatkan ekspor ke pasar global.
”Begitu kendaraan diproduksi di Indonesia dan sukses mendapatkan volume penjualan di pasar Indonesia, terbuka peluang untuk ekspor,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Karawang, Jawa Barat, Selasa (26/3/2019).
Airlangga menyampaikan hal itu dalam seremoni produksi perdana All New Honda Brio untuk pasar ekspor dan perayaan ulang tahun ke-20 PT Honda Prospect Motor (HPM). Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii serta President and CEO Asian Honda Motor Ltd Masayuki Igarashi hadir dalam acara itu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan nonmigas Indonesia pada 2018 surplus. Surplus terjadi karena ekspor nonmigas yang sebesar 162,81 miliar dollar AS lebih besar dari impor nonmigas yang mencapai 158,842 miliar dollar AS.
Airlangga mengatakan, dirinya memperoleh informasi dari Masayuki Igarashi bahwa fasilitas pabrik di Karawang merupakan pabrik Honda terbesar keempat di dunia. ”Produksi di Indonesia terbesar setelah Amerika Serikat, China, dan Jepang,” ujar Airlangga.
Data HPM menyebutkan, ekspor komponen mobil pertama dilakukan pada 1992 melalui PT Prospect Motor sebagai distributor Honda. Negara tujuan ekspor adalah Jepang, Thailand, Malaysia, India, Pakistan, Filipina, Vietnam, Brasil, Argentina, Meksiko, dan Taiwan.
Volume dan nilai ekspor komponen mobil dari HPM terus meningkat hingga 10.000 kontainer pada 2018, senilai lebih dari Rp 3 triliun.
Menurut data Kementerian Perindustrian, sejak 2013 PT HPM telah mengekspor 11 model kendaraan bermotor roda empat dalam bentuk terurai (CKD/completely knock down) ke 12 negara di Asia dan Amerika.
Adapun pada 2011-2014, HPM mengekspor kendaraan bermotor dalam bentuk utuh (CBU/completely built-up unit) ke Thailand dan Malaysia.
”Pada 2019, HPM berencana mengekspor All New Honda Brio ke Filipina dan Vietnam. Nilai ekspor sekitar Rp 1 triliun dengan tingkat kandungan dalam negeri sebesar 89 persen,” kata Airlangga.
Bersaing
Menurut Airlangga, kandungan lokal yang lebih tinggi dan nilai tukar rupiah yang bersaing akan menopang daya saing ekspor.
”HPM terus meningkatkan kinerja ekspornya,” ujarnya.
Airlangga menambahkan, HPM terus berinvestasi dan mengalokasikan belanja modal agar produksinya mampu bersaing di pasar ekspor. Investasi HPM di Indonesia sampai dengan 2019 sebesar Rp 4 triliun.
Presiden Direktur HPM Takehiro Watanabe menyebutkan, Indonesia merupakan contoh baik atas kebijakan produksi Honda. Kebijakan itu adalah menggenjot produksi dengan mengoptimalkan sumber daya lokal.
Dia menambahkan, pabrik di Karawang mulai berproduksi pada 2003 dengan kapasitas 30.000 unit per tahun. Kapasitas produksi bertambah menjadi 80.000 unit per tahun pada 2013.
Adapun pabrik kedua dibuka pada 2014 dengan nilai investasi lebih dari Rp 3 triliun.
”Saat ini pabrik kami memiliki kapasitas hingga 200.000 unit per tahun. Pada Februari 2017, HPM mencatatkan produksinya yang ke satu juta unit,” kata Takehiro Watanabe. (CAS)