MIAMI, SENIN — Petra Kvitova dua kali menjadi juara Wimbledon, pada 2011 dan 2014, tetapi selalu menyia-nyiakan kesempatan menjadi petenis nomor satu dunia setelah momen itu. Kini, petenis putri Ceko itu mendapatkan kembali kesempatan tersebut, justru pada saat kekuatan tangan kiri yang dipakainya untuk bermain tenis berkurang.
Ibu jari dan telunjuk tangan kirinya tak berfungsi lagi setelah dia diserang perampok yang memasuki apartemennya, Desember 2016. Kvitova menjalani operasi untuk menyembuhkan luka karena tusukan pisau perampok.
Dia pun memulai penampilan pada 2017, lebih lambat daripada petenis lain, yaitu pada Mei, saat tampil di Perancis Terbuka. Berada pada peringkat ke-11 dunia di awal musim, dia mengakhirinya pada urutan ke-27. Kini, petenis yang mengidolakan Martina Navratilova itu berada pada peringkat kedua dunia.
Tanpa kekuatan penuh tangan kirinya, yang tak akan pernah didapat lagi, petenis berusia 29 tahun itu mendapat kesempatan ke puncak peringkat dunia saat tampil di WTA Miami, AS, pekan ini. Dua kemenangan harus diraih untuk lolos ke final, syarat minimal untuk menggantikan Naomi Osaka (Jepang) di puncak peringkat dunia.
Salah satu kemenangan harus diraih pada perempat final melawan Ashley Barty (Australia), Selasa (26/3/2019) malam waktu setempat atau Rabu pagi waktu Indonesia. Pada babak keempat, Senin, Kvitova menghentikan Caroline Garcia (Perancis), 6-3, 6-3.
Kvitova memiliki peluang menang atas Barty jika merujuk pada empat pertemuan lain yang selalu dimenanginya. Dua pertemuan terjadi pada tahun ini, final WTA Sydney dan perempat final Australia Terbuka.
Setelah itu, dia akan bertemu pemenang perempat final lain, Hsieh Su Wei (Taiwan) melawan Anett Kontaveit (Estonia). Hsieh melanjutkan kejutan yang dibuatnya di Miami dengan mengalahkan unggulan ke-13, Caroline Wozniacki, 6-3, 6-7 (0), 6-2. Pada babak ketiga, Hsieh menghentikan laju Osaka.
Kvitova pun gembira dengan peluangnya menjadi petenis nomor satu dunia. ”Saya pernah memiliki kesempatan menjadi nomor satu, tetapi gagal mewujudkannya. Saat ini, saya masih di sini dan berjuang lagi untuk itu. Kita lihat saat ini akan seperti apa. Namun, apa pun hasilnya, saya tetap puas dengan semua yang telah didapat,” kata petenis yang menjuarai WTA Sydney serta menjadi finalis Australia Terbuka dan WTA Dubai tersebut di laman WTA.
Petenis yang telah mengantarkan Ceko menjuarai Piala Fed enam kali ini pernah mendapat kesempatan ke puncak peringkat pada awal 2012 berkat gelar juara Wimbledon dan Final WTA pada tahun sebelumnya. Saat tampil di Sydney pada Januari 2012, dia tinggal membutuhkan dua kemenangan lagi untuk menggeser Wozniacki, tetapi peluang itu tak terwujud karena Kvitova dikalahkan Li Na (China) pada semifinal.
Persaingan anak muda
Persaingan tunggal putra diwarnai persaingan petenis-petenis muda yang diharapkan meneruskan generasi Roger Federer, Novak Djokovic, dan Rafael Nadal. Salah satu pertandingan yang akan ditunggu penggemar tenis adalah pertemuan Stefanos Tsitsipas (Yunani) dan Denis Shapovalov (Kanada) pada babak keempat.
Tsitsipas (20 tahun), yang berada pada peringkat ke-10 dunia, dan Shapovalov (19) di peringkat ke-23 adalah dua petenis termuda pada jajaran 30 besar dunia. Keduanya pernah membuat kejutan di ajang Grand Slam ataupun ATP Masters 1000.
Tsitsipas mencapai semifinal Australia Terbuka, Januari, salah satunya dengan mengalahkan Roger Federer pada babak keempat. Dia juga menjadi finalis Toronto Masters 2018. Dalam persaingan tertinggi untuk petenis-petenis berusia 21 tahun ke bawah, Tsitsipas menjuarai Final ATP Next Gen 2018.
Shapovalov masih tertinggal dari Tsitsipas. Hasil terbaiknya adalah semifinal Toronto Masters 2017 dan Madrid 2018.
Namun, statistik pertemuan 1-1 dengan Tsitsipas memperlihatkan perimbangan kekuatan mereka. Shapovalov menang atas Tsitsipas pada babak pertama Australia Terbuka 2018, sebelum dibalas pada tahun yang sama saat bertemu pada babak pertama Monte Carlo Masters.