Kekayaan ragam kuliner yang ada di Solo, Jawa Tengah menjadi salah satu daya tarik unggulan untuk menarik kunjungan wisatawan. Untuk itu, Pemerintah Kota Solo terus mendorong pengembangan wisata kuliner, di antaranya menggelar Solo Indonesia Culinary Festival.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS — Kekayaan ragam kuliner yang ada di Solo, Jawa Tengah, menjadi salah satu daya tarik unggulan untuk menarik kunjungan wisatawan. Untuk itu, Pemerintah Kota Solo terus mendorong pengembangan wisata kuliner, di antaranya menggelar Solo Indonesia Culinary Festival.
”Tren wisata kuliner sekarang ini sedang meningkat. Orang ingin datang ke suatu destinasi wisata untuk menikmati langsung sajian kuliner setempat,” kata Daryono, mantan Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Solo yang juga Ketua Panitia Solo Indonesia Culinary Festival (SICF) 2019 di Solo, Jawa Tengah, Rabu, (27/3/2019).
Tren wisata kuliner sekarang ini sedang meningkat. Orang ingin datang ke suatu destinasi wisata untuk menikmati langsung sajian kuliner setempat.
Daryono mengatakan, Solo memiliki ragam kekayaan kuliner unggulan yang tidak dimiliki daerah lain, di antaranya tengkleng, timlo Solo, dan sosis Solo. Pada 2015, Kementerian Pariwisata bahkan telah menetapkan Solo sebagai destinasi wisata kuliner nomor satu tingkat nasional. Karena itu, perlu ada upaya-upaya berkelanjutan untuk memperkuat pengembangan wisata kuliner di Solo.
”Penetapan Solo sebagai destinasi wisata kuliner nomor 1 nasional oleh Kementerian Pariwisata pada 2015 perlu ditindaklanjuti melalui langkah-langkah riil, strategis, dan berkesimbangan dengan berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi, konservasi, dan promosi kuliner,” katanya.
Menurut Daryono, kuliner merupakan salah satu magnet atau daya tarik orang untuk melakukan perjalanan ke suatu destinasi. Wisatawan rela membelanjakan tak sedikit uangnya untuk menikmati kuliner khas suatu destinasi. Diperkirakan sekitar 40 persen pengeluaran seorang wisatawan adalah untuk makan, baik di hotel maupun di tempat-tempat makan di luar hotel. Dengan demikian, kuliner memberi kontribusi besar pada perputaran ekonomi daerah serta penerimaan pajak daerah.
Daryono menambahkan, keberadaan Jalan Tol Trans-Jawa yang menghubungkan Semarang-Solo-Surabaya dapat menjadi faktor pendukung pengembangan wisata kuliner di Solo. Wisatawan domestik dari kota-kota yang terhubung tol itu, seperti Semarang dan Surabaya, menjadi target potensial untuk dibidik.
Kepala Dinas Pariwisata Solo Hasta Gunawan mengatakan, Pemerintah Kota Solo terus mendorong pengembangan wisata kuliner, di antaranya menggelar acara tahunan SICF sejak 2015. Gelaran SICF 2019 akan diadakan di Benteng Vastenburg, 4-7 April 2019. SICF menampung usaha mikro, kecil, dan menengah bidang kuliner.
”Tahun ini, kuliner yang diangkat timlo dan sosis Solo karena kami ingin mengangkat kuliner unggulan selain tengkleng. Timlo dan sosis Solo itu, kan, hanya ada di Solo. Adapun tengkleng tetap akan kami tampilkan karena tengkleng Solo itu juga belum ada tandingannya, masih primadona,” katanya.
Pihak panitia dalam gelaran SICF 2019 akan membagikan 7.000 porsi tengkleng, timlo Solo, dan sosis Solo kepada pengunjung. Dinas Pariwisata Solo menargetkan jumlah pengunjung festival ini mencapai 30.000 orang.