Celah Kuota Kecil di Bangka Belitung, Dapil Laskar Pelangi
Oleh
YOHANES ADVENT KRISDAMARJATI
·3 menit baca
Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah pemilihan dengan alokasi kursi anggota DPR terkecil dalam Pemilu Legislatif 2019. Bersama dapil NTB 1, Kalimantan Utara, Gorontalo, Maluku Utara, dan Papua Barat, jumlah kursi yang diperebutkan di wilayah pemilihan Kepulauan Bangka Belitung hanya tiga kursi. Alokasi kursi tersebut kurang dari separuh rata-rata semua dapil yang memiliki tujuh kursi di DPR.
Minimnya alokasi kursi yang diperebutkan membuat persaingan politik di dapil ini menarik, setidaknya dilihat dari faktor rasio caleg dan loyalitas pemilih. Pada Pemilu 2019, sejumlah 45 caleg dari 16 partai politik akan bersaing memperebutkan tiga tiket yang tersedia. Dengan komposisi ini, 1 kursi DPR akan diperebutkan 15 caleg.
Ketatnya persaingan caleg di ceruk kursi yang minim ini diramaikan oleh tiga petahana anggota DPR yang maju kembali. Ketiganya adalah Rudianto Tjen (PDI-P), Melda Addriani (Partai Golkar), dan Eko Wijaya (Partai Demokrat).
Rudianto Tjen merupakan petahana anggota DPR sejak 2004. Pada pemilu legislatif lima tahun lalu, Rudianto memperoleh 72.400 suara. Petahana lain adalah Ketua DPD Partai Demokrat Bangka Belitung Eko Wijaya yang memperoleh 35.570 suara dalam Pemilu 2014.
Di luar nama-nama petahana, terdapat beberapa nama caleg yang ikut bersaing, seperti mantan Gubernur Bangka Belitung Rustam Effendi (PDI-P), Ketua DPW Perindo Bangka Belitung Hermanto Phoeng, pengacara senior Yan Juanda Saputra (PPP), dan Ketua DPW Nasdem Bangka Belitung Zuristyo Firmadata.
Keunikan lain dari dapil ini adalah gambaran loyalitas pemilih. Wilayah pemilihan Bangka Belitung lekat dengan loyalitas pemilih terhadap partai. Rekam jejak pada Pemilu 2009 dan 2014 menunjukkan, daerah pemilihan ini berturut-turut didominasi oleh kekuatan PDI-P dan Golkar.
PDI-P menjadi pemenang pada dua pemilu terakhir dengan persentase kemenangan meningkat, dari 21,1 persen menjadi 23,5 persen. Golkar menjadi pemenang kedua setelah PDI-P pada dua kontestasi terakhir. Dalam Pemilu 2014, PDI-P memperoleh 137.085 suara, diikuti Golkar (71.063 suara), Demokrat (62.718 suara), dan PPP (52.370 suara).
Bukan hanya kecilnya kuota kursi, lanskap pemilih yang minim turut menjadi tantangan lain yang harus dihadapi para caleg. Pada Pemilu Legislatif 2019, dapil Bangka Belitung memiliki jumlah pemilih 932.569 orang, terendah kelima se-Indonesia. Tingkat partisipasi di dapil ini juga di bawah rata-rata nasional. Pada Pemilu 2014, tingkat partisipasi pemilih Bangka Belitung sebesar 74,4 persen.
Dari sisi ekonomi, dapil ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang landai. Selama lima tahun terakhir, ekonomi Bangka Belitung mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,5 persen. Namun, laju pertumbuhannya masih di bawah rata-rata 80 dapil yang mencapai 5,63 persen. Dapil ini juga menjadi daerah dengan nilai produk domestik regional bruto tergolong rendah, sebesar Rp 9,25 triliun (peringkat ke-63 dari 80 dapil).
Diperlukan kerja keras para caleg untuk menembus minimnya alokasi kursi parlemen, menghadapi petahana yang sudah memiliki modal kuat suara, dan menghadapi loyalitas pemilih partai. Meyakinkan publik dengan program kesejahteraan ekonomi menjadi peluang meraup dukungan masyarakat Serumpun Sebalai. (LITBANG KOMPAS)