Hasil Panen untuk Bibit, Bawang untuk Konsumsi Andalkan Impor
Seluruh hasil produksi bawang putih dalam negeri tahun ini, tidak akan dijual sebagai bawang putih konsumsi. Hasil panen akan dioptimalkan memenuhi kebutuhan benih petani. Upaya ini untuk mendukung swasembada bawang putih pada 2021.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS — Seluruh hasil produksi bawang putih dalam negeri pada tahun ini tidak akan dijual sebagai bawang putih konsumsi. Hasil panen akan dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan benih petani. Upaya ini untuk mendukung swasembada bawang putih pada 2021.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan, produksi bibit harus terus digenjot karena perluasan tanam menjadi salah satu cara mencapai target swasembada bawang putih.
”Tahun 2021, kami menargetkan mencapai swasembada bawang putih dengan ketersediaan luas areal bawang putih 90.000-100.000 hektar,” ujarnya saat ditemui setelah panen raya bawang putih di Desa Petarangan, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (28/3/2019).
Tahun 2021, kami menargetkan mencapai swasembada bawang putih dengan ketersediaan luas areal bawang putih 90.000-100.000 hektar.
Swasembada sebenarnya bisa tercapai dengan mengandalkan produksi dari lahan bawang putih sekitar 70.000 hektar. Namun, agar produksi benar-benar berlimpah, Kementerian Pertanian berupaya menambahnya hingga melebihi estimasi minimal.
Suwandi mengatakan, dengan bibit bawang putih yang diproduksi pada 2018, areal tanaman yang semula hanya sekitar 10.000 hektar, ditargetkan meningkat menjadi 30.000 hektar. Adapun kebutuhan benih bawang putih berkisar 600-900 kilogram per hektar.
Oleh karena seluruh hasil panen digunakan memenuhi stok bibit, konsekuensinya kebutuhan bawang putih dalam negeri akan dicukupi dengan produk impor. Kebutuhan bawang putih konsumsi di Indonesia berkisar 550.000-600.000 ton per tahun.
Kebijakan pemerintah untuk menahan produksi bawang putih tidak dijual sebagai bawang konsumsi ini, menurut Suwandi, akan mudah diikuti petani. Mereka justru akan banyak diuntungkan karena harga jual bibit jauh lebih tinggi daripada harga bawang putih konsumsi.
Oleh karena seluruh hasil panen digunakan memenuhi stok bibit, konsekuensinya kebutuhan bawang putih dalam negeri akan dicukupi produk impor.
”Harga bawang putih konsumsi hanya berkisar Rp 20.000-Rp 30.000 per kg, sedangkan harga bibit berkisar Rp 40.000-Rp 60.000 per kg,” ujar Suwandi.
Demi mencapai target swasembada, bawang putih akan terus ditanam di banyak tempat. Jika sebelumnya hanya ditanam di 80 kabupaten, pemerintah menargetkan pada tahun ini bisa ditanam setidaknya di 110 kabupaten.
Sementara itu, Bupati Temanggung M Al Khadziq mengatakan, mengikuti kebijakan Kementerian Pertanian, petani diminta menjual hasil panen sebagai bawang putih konsumsi saat Kabupaten Temanggung sudah bisa memenuhi kebutuhan bibit sendiri.
Kabupaten Temanggung, menurut Khadziq, bakal mampu memenuhi kebutuhan konsumsi bawang putihnya saat areal tanaman mencapai 10.000 hektar. Temanggung merupakan sentra produksi bawang putih nomor dua setelah kawasan Sembalun di Nusa Tenggara Barat. Areal pertanian bawang putih tersebar di 17 kecamatan dari 20 kecamatan.
Lima tahun terakhir, luas area tanaman bawang putih di Kabupaten Temanggung terus bertambah signifikan. Jika pada 2014 hanya sekitar 298 hektar, pada 2018 luasannya mencapai 1.748 hektar. Pada Maret 2019, luas areal panen bawang putih diperkirakan sekitar 3.300 hektar dengan produktivitas lebih dari 7 ton per hektar.