Italia tidak bisa terlalu gembira setelah bisa melibas Liechtenstein, 6-0. Mereka belum menghadapi lawan-lawan yang sepadan untuk menjalani ujian yang sebenarnya.
PARMA, RABU — Italia meraih dua kemenangan sempurna pada pekan pertama kualifikasi Piala Eropa 2020. Setelah mengalahkan Finlandia, 2-0, akhir pekan lalu, tim ”Gli Azzurri” berpesta gol 6-0 saat menjamu Liechtenstein di Stadion Ennio-Tardini, Parma, Rabu (27/3/2019) dini hari WIB. Namun, itu belum cukup membuktikan Italia sudah bangkit.
Finlandia dan Liechtenstein dari aspek kualitas jauh di bawah Italia karena tampil di dua kasta terendah Liga Nasional Eropa. Finlandia bermain di Liga C dan Liechtenstein di peringkat dasar Grup 4 di Liga D. Adapun Italia adalah tim yang tampil di Liga A, kasta tertinggi.
Finlandia pernah mengalahkan Yunani dan Swedia sehingga menjadi lawan pertama yang lebih kuat. Ini berbeda dengan Liechtenstein yang dalam 20 laga terakhir baru dua kali menang dan dua kali imbang, selebihnya kalah. Pada kualifikasi Piala Dunia Rusia 2018, Italia mengalahkan Liechtenstein, 5-0. Spanyol bahkan dua kali berturut-turut membantai tim negara kecil itu dengan skor sama, 8-0.
Karena itu, Pelatih Italia Roberto Mancini berani untuk tidak memainkan pemain inti, seperti Ciro Immobile, Gianluigi Donnarumma, dan Giorgio Chiellini. Laga ini menjadi kesempatan terbaik untuk menambah jam terbang pemain muda, seperti Stefano Sensi dan Moise Kean.
Meski sudah menurunkan sebagian pemain muda, Italia tetap bisa mendominasi penguasaan bola hingga 76 persen. Mereka mencatat total 41 tembakan dan 12 tembakan di antaranya tepat mengarah ke gawang.
Sensi memulai pesta gol pada menit ke-17, sementara lima gol lain dicetak oleh Marco Verratti, Fabio Quagliarella (dua gol tendangan penalti), Kean, dan Leonardo Pavoletti. Untuk pertama kalinya sejak 1993, Italia bisa menang dengan enam gol tanpa balas.
Quagliarella yang sudah berusia 36 tahun mencatat sejarah sebagai pemain tertua yang bisa mencetak gol untuk Italia. Pemain Sampdoria itu sampai menangis haru karena malam itu ia kembali bisa mencetak gol untuk tim nasional setelah 8,5 tahun. Para penonton pun memberikan apresiasi dengan bertepuk tangan sambil berdiri.
”Saya tidak merasa sudah tua. Saya merasa sangat baik,” katanya.
Lewat kemenangan atas Liechtenstein, setidaknya kegembiraan kembali menyelimuti Italia yang sempat terluka karena gagal tampil di Piala Dunia 2018. Namun, sekali lagi, awal yang baik di ajang kualifikasi Piala Eropa ini bisa menipu dan Mancini sudah memberikan peringatan.
”Poin yang diraih dari Liechtenstein sebenarnya sudah dapat diprediksi, tetapi kami juga melakukan langkah tepat untuk menghormati lawan dengan tetap bermain maksimal,” kata Mancini, seperti dikutip laman Football-Italia. Mancini kemudian mengingatkan bahwa Italia berada di Grup J yang juga dihuni Bosnia-Herzegovina dan Yunani yang akan menjadi lawan mereka pada Juni.
Bosnia diperkuat para pemain seperti Edin Dzeko (AS Roma), Sead Kolasinac (Arsenal), dan Miralem Pjanic (Juventus). Sementara itu, Yunani merupakan juara Piala Eropa 2004 dan memiliki Sokratis Papastathopoulos (Arsenal), Kostas Manolas (AS Roma), dan Tasos Donis (VfB Stuttgart). Kedua tim itu akan menjadi ujian sebenarnya bagi Italia di grup ini. Adapun Bosnia dan Yunani bermain imbang 2-2 pada laga lain, Rabu.
Balotelli frustrasi
Dari dua laga kontra Finlandia dan Liechtenstein, proyek peremajaan tim Italia semakin memperlihatkan kemajuan. Gol-gol diciptakan para pemain muda, seperti Kean, dan dua debutan, Sensi serta Pavoletti. Skuad Italia tampak sudah siap menghadapi Piala Eropa dan tidak membutuhkan pemain baru lagi. Ini yang membuat Mario Balotelli frustrasi.
Balotelli, striker Italia yang kini bermain untuk klub Marseille, tidak dilirik Mancini. Striker yang menjalani debutnya di Italia pada 2010 itu pun mengungkapkan kekesalannya di akun Instagram karena selama ini merasa diremehkan.
”Mungkin suatu hari saya akan mengatakan ’tidak’ (jika dipanggil ke timnas). Hormatilah saya seperti saya menghormati Italia”, tulis Balotelli. Meski sedang kesal, pemain yang dijuluki ”Super Mario” itu tetap memuji penampilan Kean yang sudah mencetak dua gol dalam dua laga terakhir. Adapun Mancini mengatakan, suatu saat Balotelli akan tetap dibutuhkan.
Berkebalikan dengan Balotelli, penyerang Spanyol, Alvaro Morata, justru bisa membuktikan bahwa kehebatannya belum habis dengan mencetak dua gol dalam laga kontra Malta pada laga lain, Rabu dini hari WIB. Dengan kemenangan 2-0 atas Malta, Spanyol juga mengawali start yang baik setelah pada laga sebelumnya bisa mengalahkan Norwegia, 2-1. (AP/AFP/REUTERS)