SLEMAN, KOMPAS — Calon wakil presiden nomor urut 1, Ma’ruf Amin, mengingatkan para pendukungnya untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa menjelang akhir kontestasi pemilihan presiden. Ia mengatakan, masyarakat tidak perlu terprovokasi dalam menyikapi perbedaan sikap politik.
Hal itu disampaikan Amin saat bicara di depan para santri dan kiai Nahdlatul Ulama dalam acara istigasah dan deklarasi dukungan di Yayasan Nur Iman Mlangi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (28/3/2019). Pesan yang sama juga disampaikannya saat bersilaturahmi dengan kiai-kiai Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DI Yogyakarta di Pondok Pesantren Al Habibiah, Mantrijeron, Yogyakarta.
Amin mengingatkan para santri dan kiai NU yang siap memenangkannya untuk tetap menempuh cara-cara santun dan toleran hingga akhir kontestasi. NU, ujarnya, selalu menyampaikan pandangan dengan sukarela dan toleran. Oleh karena itu, Amin mengatakan, pilpres jangan dipandang sebagai perang. Politik yang dipandang sebagai perang akan semakin mempertajam perpecahan di masyarakat.
Sebagaimana diketahui, kedua kubu sebelumnya beberapa kali menyebut kontestasi pilpres sebagai ajang perang. Amin mendampingi petahana Joko Widodo menghadapi calon presiden-calon wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dalam Pemilihan Presiden 2019.
Lebih lanjut, Amin mengatakan, perbedaan sikap politik di pilpres perlu disikapi secara bijak. Masyarakat tidak perlu terprovokasi jika ada orang yang berbeda pilihan.
”Jangan memaksa kalau orang berbeda pandangan. Berbeda agama saja kita tidak masalah, apalagi berbeda pilihan capres. Lakum diinukum waliyadin. Bagimu agamamu, bagiku agamaku. Begitu juga di pilpres, lakum capresikum walana capresuna. Capresku capresku, capresmu capresmu. Tidak usah bermusuhan. Kita memang mau menang, tetapi tidak boleh merusak persatuan bangsa,” katanya.
Ia menambahkan, Indonesia adalah negara yang dibangun dengan kesepakatan bersama lewat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Jadi, tidak ada gerakan atau ideologi apa pun yang bisa mengubah landasan berbangsa dan bernegara yang berdasarkan toleransi menyikapi perbedaan.
Saat ini, ujarnya, ada pihak-pihak yang ingin mempertentangkan kelompok Islam dengan nasionalis. Namun, Amin menegaskan, hal itu tidak akan berkembang liar di Indonesia karena pilar negara ini adalah kelompok Islam dan nasionalis yang sama-sama saling menghormati.
”Itu sudah final, satu kesepakatan. Kalau antara kamu (kader, santri, kiai NU) dan yang non-Muslim ada kesepakatan untuk hidup berdampingan secara damai, semuanya harus terlindungi. Tidak boleh ada yang dizalimi,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas, yang mendampingi Amin, mengatakan, NU beserta semua organisasi sayapnya siap memenangkan Jokowi-Amin. Salah satunya, membantu menangkal hoaks dan melakukan upaya pemenangan dengan santun.
Ia pun mengajak semua kader yang hadir dalam ajang deklarasi dukungan itu untuk melawan hoaks dan ujaran kebencian di putaran akhir masa kampanye Pemilu 2019.
”Di Indonesia belakangan ini ada sekelompok orang yang ingin menghilangkan kebanggaan negara ini. Mereka membuat hoaks dan ujaran kebencian. Kalau sudah begitu, di antara kita akan saling mencabik, memecah belah sendiri,” katanya.