Cakupan Imunisasi Polio di Yahukimo Kurang dari 1 Persen
Cakupan program imunisasi polio secara massal di Kabupaten Yahukimo, Papua, masih sangat minim, yakni baru mencapai 0,15 persen dari target 95 persen.
Oleh
Fabio Costa
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Cakupan program imunisasi polio secara massal di Kabupaten Yahukimo, Papua, masih sangat minim, yaitu baru mencapai 0,15 persen dari target 95 persen. Padahal, di daerah itu telah ditemukan sejumlah kasus polio. Dinas Kesehatan atau Dinkes Provinsi Papua pun berencana mengambil alih pelaksanaan program ini dari kabupaten.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Provinsi Papua Togu Sihombing, di Jayapura, Jumat (29/3/2019), mengatakan, persentase cakupan di Yahukimo terendah dari 27 kabupaten dan 1 kota di Papua yang telah melaksanakan Sub-Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio sejak 11 Maret lalu. Program yang berlangsung hingga April itu menargetkan 1 juta anak di Papua diimunisasi polio.
Berdasarkan data Dinkes Papua, hingga 23 Maret 2019, persentase program Sub-PIN Polio di Papua baru mencapai 23,3 persen. Terdapat satu kabupaten yang belum melaksanakan imunisasi, yaitu Mamberamo Raya, sehingga datanya masih nol. Imunisasi di daerah itu baru akan dilakukan pada April ini.
Persentase cakupan tertinggi saat ini dicapai Kabupaten Keerom, yaitu sebanyak 78,72 persen. Keerom termasuk salah satu dari tiga kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara Papua Niugini yang mengalami kejadian luar biasa polio pada tahun lalu.
Terkait minimnya cakupan imunisasi di Yahukimo, Togu mengatakan, pihaknya tidak mengetahui alasannya. ”Kami tidak tahu mengapa program ini tidak berjalan optimal di Yahukimo. Semua itu adalah tanggung jawab dinas kesehatan beserta tenaga medis di puskesmas di Yahukimo,” katanya.
Dari November 2018 hingga Maret 2019, ditemukan tiga kasus polio yang menyerang anak-anak di Yahukimo. Seorang anak bahkan telah mengalami kelumpuhan akibat penyakit itu.
Karena itu, Togu mengatakan, Dinkes Papua akan mengambil alih pelaksanaan kegiatan Sub-PIN Polio di Yahukimo. Dinkes Papua akan menggandeng tokoh adat dan tokoh agama untuk menyosialisasikan pentingnya imunisasi polio bagi anak.
”Ada sejumlah oknum warga yang menyebarkan informasi bohong bahwa pemberian imunisasi polio dapat membunuh anak. Karena itu, peranan tokoh adat dan tokoh agama dalam sosialisasi imunisasi polio sangat penting,” ujar Togu.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Papua Aaron Rumainum berharap adanya komitmen dari kepala daerah untuk memperhatikan sektor pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Dia mengatakan, tercatat 17 puskesmas di Yahukimo tidak melaksanakan kegiatan imunisasi.
”Bupati harus bertindak tegas dengan mencopot kepala puskesmas tersebut karena tidak memperhatikan nasib anak-anak di sana,” kata Aaron.
Pelaksana Tugas Kepala Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Wilayah Papua Frits Ramandey mengatakan, kasus polio yang terjadi di Yahukimo menunjukkan adanya dugaan kelalaian pemda setempat dalam pelayanan kesehatan bagi anak-anak. Padahal, setiap warga berhak mendapatkan layanan kesehatan dari negara.
”Aparat penegak hukum harus terjun untuk mengecek penyebab kasus polio di Yahukimo. Apakah masalah ini karena pemda tidak memiliki anggaran atau adanya penyalahgunaan kewenangan,” ujar Frits.