JAKARTA, KOMPAS – Suplai berlebih karena panen raya membuat harga gabah di tingkat petani semakin tertekan. Di sejumlah sentra, harga tersebut merosot hingga di bawah ongkos produksi.
Berdasarkan laporan yang diterima Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani di Aceh Rp 3.300 per kilogram (kg)-Rp 4.000 per kg, sedangkan di Nusa Tenggara Barat berkisar Rp 3.500 per kg-Rp 3.700 per kg. Harga terendah dialami petani Jember, Jawa Timur, yakni sekitar Rp 2.700 per kg-Rp 2.900 per kg.
Adapun hasil kajian KTNA, rata-rata harga GKP yang sesuai dengan nilai ekonomis di tingkat nasional sebesar Rp 4.200 per kilogram (kg).
“Harga di tingkat petani semakin jatuh, padahal masa panen raya baru dimulai,” ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir saat dihubungi, Jumat (29/3/2019).
Harga di tingkat petani semakin jatuh, padahal masa panen raya baru dimulai.
Oleh sebab itu, lanjut Winarno, petani khawatir jika anjloknya harga ini berlanjut hingga sebulan ke depan. penyerapan dari pemerintah melalui Perum Bulog menjadi salah satu harapan dalam perlindungan terhadap di tingkat petani.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, Jember seharusnya menjadi prioritas penyerapan Bulog. “Saya dengar di sana sampai bakar-bakar padi,” kata dia.
Menurut Sumarjo, Bulog harus lebih aktif lagi menyerap gabah di tingkat petani saat ini karena suplai tengah melimpah. Periode panen raya ini menjadi kesempatan bagi Bulog untuk menyerap sebanyak-banyaknya.
Selain Jember, Bulog dapat menyerap gabah di sejumlah titik di Jawa Timur, seperti Banyuwangi, Tuban, Lamongan, Madiun, dan Nganjuk. Di Jawa Tengah, titik-titik yang perlu disoroti Bulog ialah, Sragen, Demak, dan Karanganyar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada Februari 2019, rata-rata nasional harga GKP Rp 5.114 per kg. Jika melihat tren pada 2018, harga GKP cenderung menurun pada Maret dan April. Harga GKP di tingkat petani pada Februari-April 2018 secara berturut-turut ialah, Rp 5.305 per kg, Rp 4.845 per kg, dan Rp 4.643 per kg.
Tren yang sama terjadi di sejumlah sentra produksi, misalnya Jawa Tengah. Menurut data BPS Jawa Tengah, harga GKP di tingkat petani pada Februari-April 2018 senilai, Rp 4.860 per kg, Rp 4.659 per kg, dan Rp 4.629 per kg.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian mencatat, realisasi serapan gabah pemerintah sejak 1 Januari-23 Maret 2019 mencapai 40.955 ton setara beras. Serapan ini meningkat sekitar lima kali lipat dari posisi pada 28 Februari 2019 yang senilai 8.374 ton.
Secara harian, serapan gabah memang meningkat dari 1.005 ton setara beras pada 208 Februari 2019 menjadi 2.182 ton pada 23 Maret 2019. Akan tetapi, serapan harian itu belum optimal. Sementara itu, angka serapan sebanyak 40.955 ton tersebut masih jauh dari target penyerapan Januari-Maret 2019 yang sebesar 1,45 juta ton.
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) dan juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, mengatakan, pemerintah terkesan membiarkan harga GKP saat ini menekan petani.
“Pembiaran pemerintah itu tampak dari penyerapan oleh Bulog belum optimal dan HPP (harga pembelian pemerintah) yang jauh dari ongkos produksi,” ucapnya.
Pembiaran pemerintah itu tampak dari penyerapan oleh Bulog belum optimal dan HPP (harga pembelian pemerintah) yang jauh dari ongkos produksi.
Berdasarkan perkiraan AB2TI, ongkos produksi di sentra-sentra saat ini berkisar Rp 4.350 per kg-Rp 4.400 per kg GKP. Di sisi lain, HPP yang ditetapkan berdasarkan rapat koordinasi pangan di tingkat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebesar Rp 3.700 per kg dengan fleksibilitas 10 persen menjadi Rp 4.070 per kg.
Data AB2TI menunjukkan, dari 26 kabupaten sentra produksi beras, harga GKP pada Februari-Maret 2018 sebesar 7,85 persen, sedangkan pada Februari-Maret 2019 sebesar 11,92 persen.
“Penurunan pada Februari-Maret 2019 lebih tajam dibanding tahun lalu. Kami masih menyelidiki penyebabnya karena kualitas GKP yang dihasilkan tergolong normal,” ujarnya.