Pemerintah Janji Teliti Penyebab Hilangnya Lemuru di Muncar
Sejumlah nelayan mengeluhkan hilangnya populasi ikan jenis lemuru dari perairan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Pemerintah pun berjanji untuk meneliti persoalan tersebut.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS – Sejumlah nelayan mengeluhkan hilangnya populasi ikan jenis lemuru dari perairan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, yang mendengarkan langsung keluhan tersebut, berjanji akan meneliti persoalan tersebut.
Lemuru (Sardinella lemuru) merupakan ikan yang dahulu banyak ditemukan di perairan Banyuwangi Selatan, terutama di daerah Muncar. Ikan itu menjadi komoditas primadona di Muncar. Namun, sejak 2009, ikan yang dijadikan bahan baku sarden tersebut susah ditemukan.
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mendapat keluhan tersebut ketika hadir dalam Temu Wicara bersama para nelayan di Tempat Pelelangan Ikan Muncar, Banyuwangi, Jumat (29/3/2019). Luhut berjanji segera menyelesaikan permasalahan tersebut dengan mengajak sejumlah ahli untuk meneliti hal itu.
“Kami akan meneliti mengapa lemuru tersebut bisa hilang dan mulai berkurang sejak 2009. Kita akan teliti secara ilmiah, apakah ini pengaruh dari migrasi ikan,” ujar Luhut.
Luhut berencana melibatkan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk meneliti hal itu. Ia berharap penelitian tersebut dapat dilakukan segera.
Hilangnya ikan lemuru dikeluhkan salah satu nelayan, Umar Hasan Zein, yang hadir dalam temu wicara. Ia mengatakan, sebelum tahun 2009, lemuru mudah ditemukan di sekitar perikanan Muncar.
“Namun, sejak tahun 2009, lemuru mulai berkurang. Kadang hanya muncul 2-3 hari lalu 4 bulan hilang. Sekarang justru sama sekali tidak ada,” ujar Umar.
Umar mengatakan, nelayan di Muncar menduga hilangnya lemuru akibat maraknya rumpon-rumpon yang ada di Selat Bali hingga di sepanjang perairan selatan Banyuwangi. Hal itu didasarkan pada pengamatan para nelayan. Saat nelayan tidak mendapatkan lemuru, sejumlah perusahaan masih mendapatkan lemuru.
“Perusahaan-perusahaan ini masih dapat lemuru karena mereka punya rumpon di sepanjang pantai selatan. Ikan lemuru tidak mau ke perairan karena mereka lebih tertarik ke rumpon-rumpon. Rumpon tersebut milik perusahaan milik orang luar Banyuwangi,” ungkap Umar.
Keluhan serupa disampaikan Suhairi, nelayan lain di Muncar. Ia mengaku, sebelum tahun 2009, bisa mendapat 10-15 ton lemuru setiap harinya. Namun, kondisi sekarang jauh berbeda.
“Kalaupun ada, misalnya hari ini dapat 2 ton, tetapi besoknya sudah tidak ada hingga empat bulan ke depan. Kami tidak pernah tahu apa penyebabnya. Kami berharap pemerintah bisa membantu kami untuk mengembalikan kejayaan lemuru Muncar,” kata Suhairi.
Dalam suatu kesempatan, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Banyuwangi Hasan Basri mengatakan, selama ini hampir 70 persen penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan Muncar adalah lemuru. Menurut Hasan, hilangnya ikan lemuru setelah 2009 menjadi tanda tanya besar bagi para nelayan. Sebelumnya, walaupun tidak sedang musim, ikan lemuru tetap ada.
"Banyak nelayan yang mempertanyakan hilangnya ikan lemuru. Namun, tidak ada jawaban yang jelas. Bahkan, dari dinas terkait juga tidak mengetahui apa penyebab hilangnya ikan lemuru di perairan Muncar,” tutur Hasan.
Unit Pelaksana Teknis Pengujian Mutu dan Pengembangan Produk Kelautan dan Perikanan Muncar Banyuwangi mencatat, pada tahun 2008, produksi ikan lemuru mencapai 28.000 ton. Namun, pada tahun 2011, terjadi penurunan drastis hingga menjadi 1.651 ton.
Produksi ikan lemuru sempat naik pada tahun 2015, yaitu 10.267 ton. Namun, jumlah tangkapan kembali menurun pada 2017 yang hanya mencapai 54 ton.