JAKARTA, KOMPAS — Potensi Indonesia masih banyak yang bisa dikembangkan. Namun, pengembangannya memerlukan sumber daya kreatif yang bisa menciptakan inovasi. Dengan cara itu, potensi bisa dikelola maksimal dan efisien.
Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong usaha-usaha rintisan agar menjadi unicorn baru. Unicorn memiliki valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS.
”Sudah ada usaha rintisan yang berhasil menjadi pengusaha besar, namanya Aruna. Dia menciptakan teknologi yang bisa mendeteksi keberadaan ikan. Tingkat ketepatannya lebih dari 90 persen. Teknologi ini membuat nelayan efisien dalam mencari ikan. Jika sebelumnya penghasilan nelayan Rp 10.000, kini bisa Rp 500.000,” kata Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan saat membuka Thinkubator Conference dan Startup Competition di Jakarta, Kamis (28/3/2019).
Acara yang digelar bersama Grab, Kantor Staf Kepresidenan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan Badan Ekonomi Kreatif ini diharapkan memunculkan usaha rintisan baru yang bisa didorong menjadi pengusaha sukses.
”Pemerintah berperan mendorong dan menyeimbangkan sehingga tumbuh keseimbangan untuk usaha rintisan bisa berkembang. Kami menyiapkan kredit modal kerja dan membantu mempromosikan,” kata Luhut.
Menurut Luhut, dengan memanfaatkan teknologi digital, usaha-usaha rintisan ini juga menciptakan sistem yang akan mengurangi praktik korupsi.
”Presiden Joko Widodo berulang kali mengingatkan untuk tidak korupsi. Dengan semakin banyak anak muda menciptakan bisnis baru atau sistem baru yang memanfaatkan teknologi, korupsi jadi lebih sulit dilakukan,” ujarnya.
Lebih banyak
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menambahkan, usaha rintisan yang sudah sukses di Indonesia menawarkan solusi paling kreatif untuk masalah yang sudah sekian lama ada.
”Kami berharap dapat menemukan lebih banyak orang kreatif di seluruh negeri yang dapat membantu menyiapkan Indonesia untuk menjadi negara maju pada 2025. Bagi mereka yang mencari inspirasi untuk membuat bisnis mereka sendiri, Thinkubator menawarkan kesempatan dan pengalaman,” ujar Triawan.
Co-Founder Grab Hooi Ling Tan mengatakan, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi industri teknologi di Indonesia dan Asia Tenggara untuk disorot internasional. Sebab, ada banyak inovasi di Indonesia yang didorong untuk bersemangat membuat terobosan.
”Melalui Thinkubator, kami ingin membangun platform terbuka dan inklusif untuk menemukan serta mengembangkan berbagai ide terbaik dari Indonesia. Sebagian besar kesuksesan Grab merupakan hasil dari berbagai pihak yang mendukung kami sehingga saatnya bagi kami untuk berkontribusi kembali melalui kerja sama dengan Pemerintah Indonesia dalam pencarian kisah sukses start up berikutnya di Asia Tenggara,” papar Hooi.
Sebanyak 1.165 usaha rintisan telah mendaftar dalam program ini. Pesertanya bukan hanya dari kota-kota besar, melainkan juga dari Indonesia bagian timur dan provinsi-provinsi lain. Dari jumlah itu, 150 usaha rintisan telah terpilih dan akan bergabung dalam konferensi. (ARN/CAS)