Bukan untuk Menang, melainkan untuk Terus Berkembang
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kesempatan bermain dan terus berkembang perlu diperoleh pesepak bola belia. Namun, kompetisi sepak bola usia muda di Indonesia tergolong minim. Celah ini dimanfaatkan pihak swasta untuk berperan serta dalam membentuk pesepak bola andal pada masa mendatang.
Sebanyak 600 pesepak bola berusia di bawah 12 tahun menjejali Lapangan Panahan Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (30/3/2019). Mayoritas dari mereka berasal dari kawasan Jakarta dan sekitarnya. Mereka mengantre memasuki lapangan untuk menunjukkan keterampilan mengolah si kulit bundar dalam ajang AIA 100 Talents Go to Phuket.
Tidak hanya laki-laki, di antara ratusan anak itu ada pula perempuan pesepak bola.
Mereka memendam harapan agar terpilih menjadi bagian dari 30 pesepak bola yang akan menimba ilmu di Phuket, Thailand. Di sana, mereka akan dilatih oleh Global Football Development Coach Tottenham Hotspurs, Anton Blackwood.
Anton adalah staf khusus Tottenham Hotspurs di kawasan Asia untuk melihat bakat-bakat muda. Kali ini, ia terlibat langsung dalam proses seleksi di Senayan.
Ditemui seusai memantau proses seleksi, Anton mengemukakan, Indonesia memiliki talenta pesepak bola yang tidak kalah dengan negara lain di Asia Tenggara. Hanya saja, permasalahannya, bagaimana mengembangkan atau memoles bakat-bakat tersebut.
Untuk memoles bakat-bakat muda Indonesia, menurut dia, Indonesia bisa belajar dari cara Tottenham Hotspurs.
Di akademi Tottenham Hotspur, perkembangan pemain adalah tujuan utama. Mereka memiliki filosofi tersendiri dalam menempa pesepak bola muda. Bagi mereka, pembentukan mental menjadi salah satu aspek yang paling dikedepankan.
Pemain muda dibentuk untuk terus belajar dan tidak takut gagal. Orangtua juga diminta untuk terus mendukung tanpa membebani pemain dengan obsesi meraih kemenangan.
Tahun lalu, Tottenham menorehkan sejarah sebagai tim pertama di Liga Inggris yang tidak membeli pemain saat bursa transfer musim panas. Kendati tidak membeli pemain, Pelatih Tottenham Mauricio Pochettino tidak ambil pusing karena bisa mempromosikan sejumlah pemain hasil binaan akademi ke skuat senior, seperti Kazaiah Sterling, Luke Amos, dan Harry Winks.
”Jangan pernah membatasi pemain muda untuk semata-mata mengejar hasil bagus. Kesalahan itu bagian dari proses pembelajaran, tidak perlu menghakimi pesepak bola muda jika mereka gagal,” katanya.
Menurut Anton, usia 12 tahun sangat ideal karena merupakan masa transisi dari anak-anak menuju remaja. Di fase ini, anak sangat mudah menerima materi yang diberikan. Pembinaan terhadap pesepak bola muda hasilnya tidak didapat secara instan, tetapi baru dapat dipanen sekitar 10 tahun mendatang.
Minim kompetisi
Anton juga menyoroti masih minimnya liga atau kompetisi bagi pesepak bola di level bawah atau U-12 di Indonesia.
Untuk itu, PT AIA Financial mencoba mengisi kekosongan tersebut dengan menggelar AIA 100 Talents Go to Phuket.
Head of Brand and Communication PT AIA Financial Kathryn Monika Parapak menambahkan, akan dipilih 30 pesepak bola U-12 untuk menjalani pemusatan latihan di Phuket, Thailand. Pemusatan latihan berlangsung selama lima hari.
Setelah menuntaskan pemusatan latihan, pesepak bola akan terus dipantau perkembangannya. Pihak AIA sewaktu-waktu bisa memanggil mereka kembali apabila ada kegiatan pelatihan.
Selama di Thailand, pesepak bola terpilih memperoleh pelatihan, seperti asupan nutrisi bagi tubuh, pemahaman taktik dan teknik, komunikasi, serta kerja sama tim dan latihan kepemimpinan.
”Di samping itu, mereka mendapatkan pemahaman yang benar terkait waktu pemulihan atau recovery setelah berlatih dan bertanding,” ucapnya.
Alumnus program AIA 100 Talents Go to Phuket 2017, Nathan Fariel Kusuma (13), menjelaskan, pelatih selalu menekankan para pemain muda untuk menjaga sikap dan mengontrol emosi. Selama menjalani pemusatan latihan, hal yang paling ia ingat adalah pesepak bola muda mesti menghargai lawan dan bersikap sopan terhadap semua orang.
”Intinya pada pembentukan karakter pemain, selain materi taktik dan teknik,” kata Nathan.
Sementara itu, psikolog anak Irma Gustiana menyampaikan, peran orangtua sangat vital dalam perkembangan pesepak bola belia. Orangtua yang rajin mendampingi anak-anak ketika berlatih dan berlaga akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan mereka.