Revitalisasi situ tak sekadar menekan risiko banjir. Situ yang elok juga menggeliatkan pariwisata. Di tepian situ, pandangan mata kita dijernihkan oleh hamparan air serta pepohonan di sekelilingnya. Jangan lupakan kudapan yang turut menghanyutkan penat.
Oleh
J Galuh Bimantara
·4 menit baca
Revitalisasi situ tidak sekadar menekan risiko banjir. Situ yang elok juga menggeliatkan pariwisata. Di tepian situ, pandangan mata kita dijernihkan oleh hamparan air serta pepohonan di sekelilingnya. Jangan lupakan kudapan yang turut menghanyutkan penat.
Tidak ada ingar-bingar fasilitas hiburan di Situ Bojongsari, kecuali sempadan situ yang nyaman untuk tempat duduk atau jongkok sambil memancing ikan. Hiburan lainnya antara lain saung-saung dan rumah makan apung yang menyediakan camilan, minuman, serta santapan untuk teman menikmati pemandangan. Wahana bebek-bebekan terlihat di salah satu sisi situ, tetapi belum bisa digunakan.
Meski tidak meriah, Situ Bojongsari tetap menawan. Kepolosannya membuat pengunjung situ bisa memusatkan perhatian pada keelokan pemandangan dan kesejukan hawa di sekitarnya.
Situ Bojongsari berlokasi di tiga wilayah kelurahan dalam dua kecamatan, yaitu Kelurahan Kedaung dan Sawangan di Kecamatan Sawangan serta Kelurahan Bojongsari di Kecamatan Bojongsari. Luas areanya 28,25 hektar, berdasarkan data tahun 2012.
Angin membelai lembut di area Situ Bojongsari pada Kamis (21/3/2019) sore. Kendaraan lalu lalang dalam jumlah yang jarang, sebagian besar sepeda motor. Kebisingan yang ditimbulkan amat minim. Suasana yang sungguh menyegarkan, apalagi jika selama ini hanya familiar dengan sisi Depok yang gersang, padat bangunan, dan macet oleh kendaraan, misalnya di bilangan Jalan Margonda Raya.
Sejumlah warga nongkrong dengan tenang di pinggir Situ Bojongsari sambil sesekali menarik tali senar pancing mereka untuk diberi umpan dan dilemparkan lagi ke dalam air. Ikan mujair, patin, dan nilem menunggu tersangkut kail mereka.
Salah satu pemancing, Kodir (37), menuturkan, dirinya sudah dua bulan ini ikut menggemari aktivitas memancing. Pekerja proyek asal Pemalang, Jawa Tengah, itu mengontrak tempat tinggal di daerah Cinangka, Sawangan. ”Sekali memancing paling dapat empat ekor,” ujarnya.
Di tengah situ, nelayan dengan mengendarai rakit menebar jala mereka. Jika para pemancing di pinggir situ mencari ikan terutama untuk hiburan, penjala-penjala ikan ini mencari ikan sebagai sumber nafkah. Salah satu pembeli ikan tangkapan dari situ adalah Rumah Makan Apung Pelayangan.
Tempat kuliner di sisi utara Situ Bojongsari itu bisa memberikan sensasi tambahan bagi wisatawan. Sebab, Pelayangan memiliki dua area makan yang terapung tepat di atas air Situ Bojongsari dengan luas masing-masing 14 meter x 7 meter. Lantai, tiang, dan rangka atap pondok makan ini menggunakan bambu, serasi dengan nuansa alami situ.
Menu favorit di Pelayangan dijamin bakal membuat pengunjung lebih terpikat dengan Situ Bojongsari. Nama menu itu, pecak mujair. ”Mujairnya asli dari Situ Bojongsari,” ucap pramusaji saat Kompas memesan makanan di sana.
Sang pramusaji menambahkan, Pelayangan senantiasa menjaga kesegaran ikan yang akan dihidangkan kepada konsumen. Caranya, stok ikan yang berlebih tidak dimasukkan ke dalam pendingin, tetapi dilepas ke lima keramba berukuran masing-masing 7 meter x 7 meter di pinggir pondok makan. Jika stok ikan di dapur habis, ikan di keramba Pelayangan siap dipancing.
Pemilik Pelayangan, Badru (42) alias Dadu, mengatakan, dirinya bermitra dengan delapan penjala ikan di Situ Bojongsari. Tiap-tiap penjala biasanya menjual 5-10 kilogram ikan mujair per hari dengan harga Rp 15.000-Rp 25.000 per kilogram.
Seporsi pecak mujair dijual kepada pengunjung rumah makan dengan harga Rp 35.000. Namun, ada paket menarik. Dadu menawarkan juga pecak 1 kilogram mujair dengan harga Rp 140.000, lengkap dengan tahu, tempe, sayur asem, kangkung, serta nasi untuk empat orang.
Nah, saatnya menjajal pecak mujair asli Situ Bojongsari di Pelayangan. Ketika disajikan, ikan mujair tertutup potongan cabai, cabai, dan beberapa batang temu kunci, rempah penyedap khas pecak. Begitu sesuap daging ikan masuk, kesegaran dari rasa asam yang berpadu dengan pedas dan gurih memanjakan indera pencecap. Legitnya daging ikan juga meningkatkan selera makan. Akhirnya, masakan yang sedap berkolaborasi dengan desain pondok makan Pelayangan membuat kecantikan Situ Bojongsari bertambah beberapa kali lipat.
Angin segar yang semilir pun semakin nikmat ketika perut telah kenyang. Buktinya, dua pengunjung Pelayangan merebahkan badan sambil sesekali memejamkan mata.
Salah satu konsumen asal Jakarta Timur, Dea (35), mengaku baru pertama kali datang ke Situ Bojongsari sekaligus menjajal menu pecak di Pelayangan. Ia diajak oleh temannya, Sayfullah (38), yang tinggal di Meruyung, Limo, Depok, sekitar 2,5 kilometer dari situ. Keasrian situ dan kesejukannya membuat Dea betah berlama-lama di sana.
Sayfullah mengatakan, dirinya biasa mengajak Dea makan di mal di Depok. Lalu, ia terpikir untuk mengajak teman perempuannya itu merasakan suasana baru. ”Saya baru tahu ada tempat alami seperti ini di Depok. Biasanya ke mal di daerah yang panas, macet, dan penuh mahasiswa,” ujar Dea.
Untuk mencapai situ ini, dari Jalan Raya Bojongsari, berbeloklah ke Jalan Haji Kenan, lalu masuk ke Jalan Abdul Wahab. Sayangnya, tidak ada angkutan umum yang masuk ke jalan di sisi Situ Bojongsari. Jika tidak menggunakan kendaraan pribadi, ojeklah yang bisa diandalkan. Namun, jika sambil berolahraga, bisa juga mengendarai sepeda.