Kelas Internasional Tingkatkan Daya Saing Pariwisata
Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung dan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali membuka kelas internasional melalui kerja sama dengan Victoria University, Melbourne, Australia. Kelas itu diharapkan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sektor pariwisata sehingga dapat bersaing di tingkat global.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung dan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali membuka kelas internasional melalui kerja sama dengan Victoria University, Melbourne, Australia. Kelas itu diharapkan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sektor pariwisata sehingga dapat bersaing di tingkat global.
Lima mahasiswa STP NHI Bandung dan lima mahasiswa STP Nusa Dua Bali akan diberangkatkan ke Australia pada Agustus. Mereka berkesempatan belajar selama setahun di Victoria University sekaligus magang di industri pariwisata, seperti hotel dan rumah makan, di negara itu.
”Dibutuhkan SDM dengan kompetensi global untuk meningkatkan daya saing. Jadi, lulusan kelas internasional juga dapat bekerja di industri pariwisata luar negeri,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya saat meluncurkan program kelas internasional itu di Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (29/3/2019).
Setelah belajar setahun di Victoria University, ke-10 mahasiswa itu diwajibkan kembali ke Indonesia terlebih dahulu. Mereka akan menjadi instruktur bagi adik-adik kelas di STP NHI Bandung dan STP Nusa Dua Bali.
”Ilmu yang diperoleh harus dibagikan. Jika satu orang menjadi instruktur untuk tiga mahasiswa, maka sudah ada 30 orang yang mendapat materi kelas internasional,” ujarnya.
Arief mengatakan, kelas internasional akan terus dikembangkan. Jumlah mahasiswa dan STP yang menerapkan program itu akan ditambah. Saat ini terdapat enam lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Kementerian Pariwisata. Selain STP NHI Bandung dan STP Nusa Dua Bali, ada juga Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Medan, Poltekpar Makassar, Poltekpar Palembang, dan Poltekpar Lombok.
Setelah belajar setahun di Victoria University, ke-10 mahasiswa itu diwajibkan kembali ke Indonesia terlebih dahulu. Mereka akan menjadi instruktur bagi adik-adik kelas.
”Tahun depan bisa 15 orang dan terus meningkat. Saya berharap keenam STP bisa membuka kelas internasional,” ujarnya.
Arief menyadari, tidak semua SDM sektor pariwisata lulusan STP. Sebab, terdapat 110 perguruan tinggi di Indonesia yang mempunyai program studi pariwisata. Namun, perguruan tinggi itu tidak berada di bawah Kemenpar.
Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama dalam menerapkan kurikulum dan sertifikat keahlian internasional. Dengan begitu, lulusan perguruan tinggi juga memiliki standar kompetensi dan tersertifikasi global.
Arief mengatakan, pihaknya telah menerapkan kurikulum internasional, yaitu tourism education quality, dari Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO). Untuk sertifikasi, Kemenpar mempunyai standar Mutual Recognition Arrangement on Tourism Professional.
”Kami bersedia membantu. Dengan standar itu, lulusannya bisa bekerja di industri pariwisata di negara-negara Asia Tenggara,” ujarnya.
Ketua STP NHI Bandung Faisal berharap kelas internasional menjadi solusi menghasilkan SDM unggul dan berdaya saing global. Pihaknya akan menambah peserta kelas itu menjadi 15 mahasiswa pada tahun depan.
Untuk saat ini, kelas internasional diterapkan dalam kompetensi bidang perhotelan. ”Ke depan diharapkan dibuka untuk studi lainnya, seperti kepariwisataan dan perjalanan serta program pascasarjana,” ucapnya.