Parlemen Tolak Kesepakatan Brexit untuk Ketiga Kalinya
Oleh
MYRNA RATNA
·3 menit baca
LONDON, JUMAT -- Parlemen Inggris untuk ketiga kalinya kembali menolak kesepakatan Brexit yang diajukan Perdana Menteri Theresa May, Jumat (29/3/2019). Voting parlemen menghasilkan 344 suara menolak, berbanding dengan 286 mendukung, terhadap Kesepakatan Perpisahan dari UE setebal 585 halaman.
Penolakan parlemen yang ketiga kalinya itu semakin membuat tidak jelas: bagaimana, kapan, dan bahkan jadi atau tidak Inggris keluar dari UE. Beberapa saat setelah penolakan tersebut, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan, para pemimpin UE akan bersidang pada 10 April mendatang untuk membahas masalah keluarnya Inggris dari UE.
Komisi Eropa, organ eksekutif UE, menyebutkan, "kini skenario \'tanpa kesepakatan\' pada 12 April kemungkinan bakal terjadi." "UE... kini sepenuhnya siap dengan skenario \'tanpa kesepakatan\' pada 12 April tengah malam," kata Komisi Eropa melalui pernyataan tertulis.
Perdana Menteri Inggris Theresa May kembali mengajukan kesepakatan Brexit untuk ketiga kalinya kepada parlemen, Jumat (29/3/2019) malam, pada hari ketika Inggris seharusnya sudah secara resmi keluar dari Uni Eropa.
Hanya saja, kesepakatan yang divoting oleh parlemen adalah hanya 585 halaman kesepakatan Inggris-Uni Eropa yang menetapkan ketentuan perceraian Inggris dari UE, termasuk biaya perceraian dan juga hak warga Inggris dan UE. Parlemen tidak akan memvoting Deklarasi Politik setebal 26 halaman yang akan mengatur masa depan hubungan perdagangan Inggris-UE.
Juru bicara oposisi dari Partai Buruh, Keir Starmer, mengecam pemisahan itu. Menurut dia, mencopot deklarasi politik akan membuat Brexit ”buta”. ”Karena Anda tidak tahu akan pergi ke mana dan sekarang perdana menteri menyatakan akan mundur. Dengan demikian, deklarasi politik, hubungan masa depan dengan UE, akan ditentukan perebutan kekuasaan di Konservatif,” kata Starmer.
Voting di parlemen dilakukan sehari setelah PM May menyatakan dirinya akan mundur asalkan anggota parlemen di Partai Konservatif menyetujui kesepakatan Brexit yang sudah dua kali ditolak parlemen. ”Pada dasarnya, ini merupakan kesempatan terakhir kita memilih Brexit,” kata Menteri Perdagangan Liam Fox yang pro-Brexit.
Jika mayoritas anggota parlemen mendukung kesepakatan Brexit, tenggat Brexit diperpanjang sampai 22 Mei untuk menyinkronkan aturan UE-Inggris. Namun, jika parlemen menolak untuk ketiga kalinya, tenggat Brexit akan diperpanjang hanya sampai 12 April, dan Inggris harus menentukan langkah mana yang akan ditempuh.
Sejumlah pembangkang di Partai Konservatif, seperti Boris Johnson dan Jacob Rees-Mogg, menyambut gembira janji pengunduran diri May dan menyatakan akan mendukung kesepakatan Brexit.
Tetap sulit
Meski demikian, May masih sulit membujuk mitra koalisi Konservatif, Partai Unionis Demokratik (DUP) dari Irlandia Utara yang memiliki 10 kursi di parlemen. DUP, yang sejak awal menolak kesepakatan backstop Irlandia Utara, menyatakan akan menolak kesepakatan itu.
Adapun oposisi Partai Buruh yang mayoritas anggotanya pro-soft Brexit, yaitu ingin tetap berada dalam pabean dan pasar tunggal Eropa, juga menyatakan akan menolak kesepakatan itu. Jika Buruh dan DUP solid menolak, demikian juga Partai Nasional Skotlandia (SNP), ada kemungkinan kesepakatan Brexit ditolak untuk ketiga kalinya. Namun, ditolak ataupun didukung, kemungkinan selisih suara akan lebih tipis dibandingkan dua voting sebelumnya.
Bagi Partai Buruh, pernyataan May yang bersedia mundur semakin memperkuat tekad Buruh menolak kesepakatan Brexit. ”Kita tidak tahu siapa yang akan menjadi perdana menteri dan komitmen seperti apa yang akan mengikatnya. Hal ini membuat Buruh semakin sulit mendukung kesepakatan itu,” kata Lisa Nandy, anggota parlemen asal Buruh, kepada Sky News.
Nandy meyakini, tawaran mundur May tidak akan membuat anggota parlemen berubah sikap dan berbondong-bondong mendukungnya.
(AP/REUTERS/SAM)
---------
Artikel ini telah diperbarui dari tulisan versi cetak, berjudul "Parlemen Memvoting Brexit Ketiga Kalinya", dengan menambahkan hasil voting di parlemen Inggris pada Jumat (29/3/2019), pukul 23.00 WIB. - Redaksi