Pencarian Korban Banjir Bandang Jayapura Resmi Dihentikan
Pencarian korban banjir bandang di 12 distrik di Kabupaten Jayapura, Papua, resmi dihentikan pada Sabtu (30/3/2019). Selanjutnya, pemerintah daerah akan fokus menata hidup warga terdampak banjir yang rumahnya rusak berat.
Oleh
Fabio Costa
·2 menit baca
SENTANI, KOMPAS-Pencarian korban banjir bandang di 12 distrik di Kabupaten Jayapura, Papua, resmi dihentikan pada Sabtu (30/3/2019). Selanjutnya, pemerintah daerah akan fokus menata hidup warga terdampak banjir yang rumahnya rusak berat.
Hal ini disampaikan Kepala Kepolisian Resor Jayapura yang juga Ketua Tim Penanggulangan Bencana Banjir Bandang Ajun Komisaris Besar Viktor Mackbon di Sentani, Sabtu (30/3/2019). Saat ini, status transisi darurat ditetapkan di lokasi terdampak banjir bandang.
Banjir bandang terjadi pada 16 Maret 2019. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Papua, korban meninggal dunia mencapai 105 orang. Selain itu, tercatat 808 luka ringan dan luka berat (107 orang), Sedangkan, 82 orang lainnya belum diketahui keberadaannya hingga kini.
Rumah warga juga terdampak kejadian ini. Sebanyak 291 unit rumah warga rusak berat. Selain itu, 2.217 unit rumah di pinggiran Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, masih tergenang air.
Viktor mengatakan, pemerintah selanjutnya bakal membantu hidup pengungsi di empat posko dan 16 sub posko pengungsian. Total pengungsi sebanyak 7.617 orang. Ia menghimbau pengungsi yang rumahnya tidak rusak kembali ke kediamannya masing-masing. Nantinya, tim penanggulangan bencana akan tetap memberikan bantuan berupa makanan, pakaian, layanan kesehatan, hingga alat membersihkan rumahnya dari sedimen lumpur.
"Dalam masa tradisi darurat, penanganan lebih difokuskan kepada pengungsi yang rumahnya rusak berat," kata Viktor.
Bupati Jayapura Matius Awoitauw menuturkan, telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebelum menetapkan peralihan status menjadi transisi darurat. "BNPB menyatakan status tanggap darurat sejak 16 Maret lalu bisa dihentikan karena upaya penanggulangan bencana yang berjalan cepat, " tutur Matius.
Ia pun menegaskan tengah fokus menyediakan hunian sementara bagi pengungsi yang rumahnya rusak berat. Warga di pinggiran Danau Sentani yang rumahnya tergenang air juga akan mendapat perhatian utama.
"Tim masih mendata jumlah pengungsi yang membutuhkan hunian sementara baik di Sentani dan pinggiran Danau Sentani. Kami berjanji pembangunan hunian sementara akan terlaksana dalam waktu dekat, " tambahnya.