Semakin lama terendam air, semakin kuatlah surian. Selain benar adanya, istilah itu menandai kebanggaan masyarakat Kerinci akan kayu surian atau Toona sureni. Jika ditanya kayu apa yang terkuat, mereka akan menyebut surian, kayu endemik yang melegenda.
Kayu endemik yang tumbuh di dataran tinggi Bukit Barisan Kerinci itu tidak hanya melegenda. Pamornya telah membawa usaha perahu Idris Sabas (60) dikenal luas di kalangan nelayan Kerinci. Mereka tinggal di sekeliling danau itu mulai dari Kecamatan Keliling Danau hingga Kecamatan Danau Kerinci di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Di antara perajin perahu, produk buatan Idris disebut-sebut sebagai yang terbaik. Sebab, perahunya dibuat dari kayu terbaik serta kecermatan yang sempurna.
Nelayan pun rela mengantre demi mendapatkan perahu buatannya. Belakangan, antrean pemesanan di tempatnya sudah penuh untuk dua bulan ke depan. Perlu jauh-jauh hari untuk dapat memesannya.
Produk buatan Idris disebut-sebut sebagai yang terbaik.
Idris menggeluti kerajinan perahu sejak 20 tahun silam. Di masa lalu, sebagian besar wilayah Kerinci masih berupa hutan belantara. Kayu surian pun mudah didapatkan dalam ukuran besar. Setiap perahu bisa dibuat dari satu batang kayu utuh yang diameternya rata-rata lebih dari 1 meter.
Saking beratnya, kayu-kayu bulat berukuran besar itu tak mudah diangkat kecuali beramai-ramai. Pembuatan perahu akhirnya dilangsungkan di tengah hutan. ”Setelah kayu ditebang langsung dipahat di tengah hutan,” ujar Idris, Senin (11/2/2019).
Pembuatan perahu dari satu batang kayu bulat memerlukan proses panjang. Sebab, kayu dipahat manual. Setelah bentuk perahu jadi, ia masih harus memastikan keseimbangan dua sisi perahu. Tak boleh berat sebelah, antara sisi kiri dan kanan, sehingga perahu dapat melaju seimbang di atas air.
Proses pembuatan sebuah perahu bisa memakan waktu dua pekan. Belum termasuk perjalanan keluar masuk hutan yang juga tak mudah ditempuh.
Setelah proses pembuatan selesai, perahu akan diangkut ke sungai terdekat untuk dialirkan menuju Danau Kerinci. Pemesan perahu kebanyakan para nelayan yang tempat tinggalnya di sekeliling danau.
Meskipun pembuatannya rumit dan butuh waktu relatif lama, perahu dari satu kayu utuh dinilai sangat baik kualitasnya. Perahu buatan Idris kerap disebut sebagai perahu seumur hidup. Harganya tentu lebih mahal dibandingkan dengan perahu yang dibuat dari sambungan papan kayu. Satu perahu yang dapat dinaiki 3 hingga 4 orang berharga sekitar Rp 7 juta atau sekitar Rp 2 juta lebih tinggi dibandingkan dengan perahu biasa.
Kayu tropis
Surian sebenarnya tidak hanya tumbuh di Kerinci, tetapi juga di bagian tengah Sumatera. Tumbuh pula di Jawa, Sulawesi, Kalimantan. Karena tumbuh di dataran tinggi wilayah tropis, tanaman itu pun hidup di sejumlah negara. Disebut surian wangi di Malaysia, ye tama di Myanmar, dan danupra di Filipina.
Menurut Idris, kayu surian memiliki keunikan. Saat pertama kali ditebang, batang kayu masih berwarna keputih-putihan, tetapi kemudian berubah menjadi kemerahan. Dengan warna yang menarik serta permukaan yang halus, kayu surian sangat cocok untuk diolah menjadi perahu. Termasuk jika ingin membuat perahu berukir. Tekstur kayunya kuat dan ringan.
Keunggulan lainnya, kayu itu tidak mudah dimakan rayap karena memiliki wangi yang menyengat karena mengandung senyawa dapat bermanfaat sebagai pengusir nyamuk dan serangga lain. Sebagian nelayan akhirnya lebih menyukai perahu dengan warnanya yang alami.
Seiring menyusutnya hutan, populasi surian kian sedikit. Idris pun mulai kesulitan mendapatkan kayu surian, terlebih lagi yang utuh dan berukuran besar. Akhirnya, produksi perahunya mulai beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Perahu dibuat dari sambungan-sambungan papan kayu. Untuk memastikan tak ada kebocoran, tiap sambungan dipaku dan direkatkan dengan getah damar.
Dengan adaptasi ini, produksi perahu pun lebih cepat selesai karena prosesnya lebih mudah. Satu unit perahu bisa diselesaikan dalam tempo tiga hari. Dalam sebulan Idris mendapatkan hasil sekitar Rp 50 juta.
Kini bahan baku masih menjadi tantangan. Idris memilih tetap menggunakan surian karena jenis kayu itu sudah terjamin daya tahannya dibandingkan dengan kayu-kayu lainnya.
Ia pun mendorong agar budidaya surian dapat berkembang luas di wilayahnya. Keberlanjutan usaha perahu sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku. Tanpa hal itu, nelayan bakal kesulitan melaut.