JAKARTA, KOMPAS – Minimnya peringkat dunia membuat tim tenis putra Indonesia kesulitan mengikuti turnamen internasional di bawah bendera Asosiasi Pemain Tenis Profesional (ATP). Oleh karena itu, mereka diarahkan mengikuti turnamen terbuka di dalam negeri dan luar negeri.
Wakil Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti) Deddy Prasetyo mengatakan, bagaimana pun juga kejuaraan dibutuhkan untuk melatih skill dan mental bertanding atlet. “Kami ingin mengikutsertakan mereka ke turnamen ATP, tetapi petenis-petenis Indonesia belum mempunyai peringkat dunia yang cukup. Jadi, sementara ini mereka ikut turnamen terbuka,” ujar Deddy di Jakarta, Jumat (29/3/2019).
Pekan ini, PP Pelti mengundang sepuluh petenis putra untuk menjalani latihan bersama di lapangan tenis Wisma Sanita, Pejompongan Jakarta. Mereka terdiri dari David Agung Susanto, Anthony Susanto, Rifki Sukma Ramadhan, M Rifqi Fitriadi, Hendrawan Susanto, Jeremy Nahor, Odeda Arazza, M Ali Akbar, Ali Fahrezi dan Nauvaldo Jati Agatra.
Petenis-petenis Indonesia menjalani latihan bersama di bawah bimbingan Direktur Teknik asal Belanda, Frank van Fraiijenhoven. David Agung Susanto dan kawan-kawan dijadwalkan uji tanding di turnamen Piala Gubernur Kalimantan Timur di Samarinda, 1–7 April 2019. Keikutsertaan atlet di Samarinda merupakan lanjutan dari uji coba pertandingan di Malaysia dan Thailand.
Di turnamen tenis Sirkuit Nasional Malaysia 2019 di Kuala Lumpur, 20-24 Maret, David tampil sebagai juara setelah petenis tunggal putra tuan rumah Ahmed Deedat memutuskan mundur di babak final karena cedera. Adapun di Thailand National Series, yang bergulir di Bangkok, 12-17 Maret, David mencapai babak 16 besar.
Deddy mengatakan, petenis profesional seharunya mengikuti minimal 25 turnamen per tahun. Dalam menentukan turnamen, tim pelatih harus mempertimbangkan kemampuan para pemain juga persaingan dengan lawan. “Hasil dari turnamen akan meningkatkan rasa percaya diri mereka. Karena itulah, kami tidak bisa sembarangan memilih turnamen,” kata Deddy.
Posisi Christo
Kemarin, PB Pelti mengumumkan bahwa petenis Christopher "Christo" Rungkat tidak akan bermain di nomor tunggal putra SEA Games 2019. Peraih medali emas tunggal putra SEA Games 2011 dan 2017 itu, akan tampil di nomor ganda putra dan ganda campuran.
Deddy menjelaskan, keputusan itu diambil berdasarkan kemauan atlet dan pertimbangan peluang medali emas. Christo, yang kini menempati peringkat ganda dunia ke-77, kemungkinan akan dipasangkan dengan Aldila Sutjiadi. Mereka menyelamatkan wajah Indonesia dengan menjadi satu-satunya penyumbang emas tenis ganda campuran. Christo juga akan berpasangan dengan David.
“Christo/Aldila pasangan yang sesuai karena keduanya matang secara permainan. Dalam situasi-situasi kritis, mereka bisa mengembalikan bola. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh petenis dengan pengalaman yang cukup dalam pertandingan,” ujar Deddy.
Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti), Rildo Ananda Anwar mengatakan, keputusan untuk memainkan Christo di nomor ganda juga sekaligus bagian dari proses regenerasi petenis.“Tahun lalu, kami telah memberi kesempatan kepada dua petenis muda, Muhammad Althaf dan Anthony Susanto sebagai tunggal Piala Davis. Tahun ini, kami telah memilih Rifqi Fitriadi untuk mengemban tanggung jawab tersebut hingga SEA Games di Manila, akhir tahun nanti,” tuturnya.
Sementara itu, David Agung mengatakan, dirinya menjalani latihan yang cukup efektif di bawah bimbingan Direktur Tehnik asal Belanda, Frank van Fraiijenhoven. “Pelatih bisa mengubah pola pikir saya menjadi lebih positif di lapangan,” katanya.