Sterling Katalis “The Citizens”
Musim ini, Raheem Sterling menjelma “nyawa” Manchester City. Pemain yang dulu sering dicaci itu kini memimpin perburuan City dalam upaya meraih empat trofi yang dimulai Sabtu ini di Craven Cottage.
LONDON, JUMAT – Tatkala mayoritas pesepak bola Eropa berlibur sejenak atau menjalani pemulihan fisik dua pekan terakhir, Raheem Sterling terus memburu gol. Bintang Manchester City dan timnas Inggris itu seolah berpacu dengan dirinya sendiri untuk melahirkan identitas baru di mata publik dunia.
Total empat gol ia buat di dua laga terakhirnya bersama Inggris pada kualifikasi Piala Eropa 2020. Tiga dari empat gol itu ia cetak di satu laga, yaitu kontra Ceko, Sabtu lalu. Gol-gol itu menunjukkan, penyerang berusia 24 tahun itu bukan lagi sosok yang sama seperti saat tim “Tiga Singa” dipermalukan Eslandia di Piala Eropa Perancis, 2016 lalu.
Dulu, Sterling kerap dicaci-maki, bahkan dikambing-hitamkan, dalam kegagalan tim-timnya seperti Inggris saat Piala Eropa 2016. Penyerang serba bisa itu memang lincah, cepat, dan punya kemampuan menggiring bola yang menawan. Namun, tidak jarang ia tampil grogi dan membuang peluang gol yang telah di depan mata.
Februari 2018 lalu misalnya, jagat media digemparkan kegagalan Sterling mencetak gol saat City menghadapi Burnley. Ia sebetulnya tinggal menceploskan bola hasil asis matang bek sayap Kyle Walker. Namun, bola melebar daru gawang yang nyaris tidak terkawal. City imbang 1-1, Sterling ramai-ramai diejek di media sosial. “Kegagalan (mencetak gol) terburuk dalam sejarah,” tulis Mancitynews.com saat itu.
Setahun berlalu, Sterling menjelma predator menakutkan. Ia adalah teror bagi bek-bek dan kiper lawan karena nyaris tidak bisa dihentikan ketika berlari di areal penalti. Acapkali ia harus dihentikan lawan dengan dijatuhkan di kotak penalti. Hal lain yang lebih menakutkan adalah ia sulit “ditangkap radar” pertahanan lawan. Tiada orang yang tahu di posisi mana ia bakal bermain, kecuali manajer atau pelatihnya di “The Citizens” serta tim Tiga Singa.
Musim ini, Manajer Manchester City Pep Guardiola acapkali memainkan ia sebagai penyerang sayap kiri. Ketajaman kaki kanannya menjadi alasan ia diplot sebagai inverted winger di posisi itu, seperti halnya Riyad Mahrez (kaki kiri dominan) ketika menjadi andalan tim juara Liga Inggris 2016, Leicester City, di sayap kanan. Namun, akhir-akhir ini, Sterling dikembalikan ke posisi naturalnya, yaitu di sayap kanan, oleh Guardiola.
Apa pun posisinya, pemain yang juga kerap tampil sebagai striker di Tiga Singa pada Piala Dunia Rusia 2018 itu kini sangatlah garang. Total 19 gol dan 16 asis ia buat untuk City di berbagai kompetisi musim ini. Ia seperti bintang Liverpool, Mohamed Salah, musim lalu. Sterling adalah alasan City bisa kembali mengejar “The Reds” setelah sempat tertinggal tujuh poin di klasemen Liga Inggris, Januari lalu.
Ketika ia mencetak gol, asis, atau dijatuhkan di kotak penalti lawan, The Citizens selalu menang di Liga Inggris, yaitu 17 laga. Sebaliknya, jika ia tengah menurun dan tidak berkontribusi ke timnya, City kerap menderita, yaitu empat kali kalah, dua imbang, dan hanya empat kali menang. Tak ayal, Sterling disebut-sebut sebagai katalis, sumber inspirasi City di musim ini.
“Dia masih 24 tahun dan terus berkembang dari tahun ke tahun. Dalam kondisinya (yang tengah berapi-api) seperti saat ini, tiada bek di dunia yang mau menghadapinya. Dia akan mudah menghancurkan Anda. Tiada hal yang tidak bisa dilakukannya. Umpan asisnya bagus, pergerakan tanpa bolanya mematikan, dan ia kini sangat bengis di depan gawang,” tutur Chris Sutton, mantan striker timnas Inggris.
Teror ke Liverpool
Sterling bakal kembali menebar teror saat City bertamu ke markas Fulham di Liga Inggris, Sabtu (29/3/2018) Pukul 19.30 WIB. Gawang Fulham, tim peringkat ke-19 di Liga Inggris, dapat menjadi bulan-bulanan Sterling dan penyerang City lainnya, seperti Sergio Aguero, yang lapar gol seusai jeda internasional. City wajib menang jika ingin menyalip dan menekan Liverpool, pemuncak klasemen Liga Inggris saat ini.
Kemenangan atas Fulham bisa menjadi teror mental bagi The Reds, tim yang bakal menjalani laga sulit, yaitu kontra Tottenham Hotspur, Minggu malam. City, yang memiliki tabungan satu laga, hanya tertinggal dua poin dari Liverpool. Menurut Euro Club Indeks, City punya 59 persen peluang menjuarai Liga Inggris dan 9 persen meraih quadruple (empat trofi semusim).
Peluang itu adalah yang terbesar dalam sejarah dan dibandingkan klub-klub lainnya di Liga Inggris. “Saya hanya bisa melihat City bakal mengalahkan Fulham. Itu menjadi tekanan besar bagi Liverpool, bahkan sebelum mereka bertanding (kontra Spurs). Hanyalah keajaiban jika Fulham melakukan hal sebaliknya,” ujar Paul Merson, pengamat Liga Inggris, di Sky Sports. (AFP)