Debat presidensial putaran keempat semakin memberikan gambaran ke arah mana bangsa ini akan dibawa oleh calon presiden. Dibandingkan tiga putaran sebelumnya, debat antara dua capres, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto pada Sabtu (30/3/2019), makin berkualitas dari sisi konten dan penampilan.
Kedua calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, beradu argumen pada empat tema yang dibahas dalam debat semalam, yakni ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional. Dari empat tema tersebut, tema pertahanan dan keamanan, pemerintahan, dan hubungan internasional menjadi yang banyak dikupas kedua kandidat.
Pernyataan berbasis data menjadi senjata kedua capres untuk memperkuat argumennya. Sementara itu, pernyataan yang bersifat kritik atau serangan menjadi tolok ukur bagi publik untuk menguji kemampuan dan kapabilitas capres dalam menghadapi persoalan.
Hasil analisis isi yang dilakukan Litbang Kompas selama debat berlangsung menunjukkan, Prabowo lebih banyak melakukan serangan atau kritik terhadap Jokowi. Sebanyak 13 pernyataan bersifat kritik atau serangan dilancarkan Prabowo kepada Jokowi. Sementara Jokowi hanya tiga kali melakukan kritik atau serangan kepada Prabowo.
Prabowo melakukan ”serangan” di semua tema debat. Pada tema pemerintahan, misalnya, Prabowo mengkritik kebijakan Jokowi soal penggunaan aplikasi teknologi informasi yang dianggap terlalu boros dan terlalu banyaknya jenis kartu untuk masyarakat. Prabowo menyatakan akan menerapkan kartu identitas tunggal yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan masyarakat.
Pada tema pertahanan dan keamanan, Prabowo mengkritik anggaran pertahanan yang terlalu kecil dibandingkan negara lain. Menjawab kritikan itu, Jokowi menyampaikan hasil kerjanya selama menjadi presiden, misalnya investasi di alat utama sistem persenjataan, pembangunan pangkalan militer di Natuna, dan pembentukan satuan militer di Sorong.
Pernyataan berbasis data tak hanya digunakan Jokowi dan Prabowo untuk menjawab pertanyaan atau kritikan, tetapi juga untuk memperkuat program yang mereka sampaikan. Sebanyak 17 pernyataan berbasis data disampaikan Jokowi, sedangkan Prabowo Subianto menyampaikan 9 pernyataan berbasis data.
Menjawab persoalan
Perdebatan yang disajikan di tiap segmen secara umum mampu menjawab persoalan yang ada dan bagaimana menghadapinya. Dalam persoalan ideologi, misalnya, Jokowi memaparkan masalah penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, bagi Prabowo, persoalan ideologi akan mampu diatasi atau diperkuat melalui penguatan nilai-nilai Pancasila melalui dunia pendidikan.
Dalam hal pengelolaan pemerintahan, Jokowi mengemukakan istilah ”digital melayani (dilan)”. Terkait hal itu, diperlukan reformasi dan penyederhanaan kelembagaan berbasis digital.
Pada tema hubungan internasional, Jokowi mengedepankan perlindungan warga negara Indonesia dan pentingnya memperkuat strategi perdagangan luar neger. Sementara Prabowo akan memperkuat diplomasi guna memperkuat hubungan dengan negara lain.
Terkait pengelolaan sejumlah pelabuhan dan bandara dengan negara lain, Jokowi menekankan kerja sama dengan pihak luar untuk transfer pengetahuan, teknologi, manajemen, dan sistem. Sementara itu, Prabowo memandang kerja sama dengan luar negeri lebih menguntungkan pihak luar dan melanggar kedaulatan negara.
Ketatnya debat tergambar dari maksimalnya alokasi waktu yang digunakan kedua capres dan adu argumen yang berlangsung. Dari enam segmen debat, total alokasi waktu yang digunakan Jokowi adalah 34 menit 58 detik. Sementara Prabowo memanfaatkan total waktu 39 menit 7 detik.
Hingga putaran keempat, debat presidensial makin memperlihatkan peningkatan performa kedua capres dalam beradu argumen serta pemaparan visi, misi, dan program. Semoga debat presidensial ini dapat memberikan gambaran bagi masyarakat tentang sosok yang akan dipilih untuk memimpin bangsa Indonesia lima tahun ke depan.
(TOPAN YUNIARTO/Litbang Kompas)