Pembangunan Pabrik Kereta Api Terbesar se-Asia Tenggara Dimulai
PT Industri Kereta Api resmi memulai pembangunan pabrik baru mereka di Banyuwangi. Pabrik yang akan dibangun di lahan seluas 83 hektar tersebut diklaim sebagai yang terbesar di Asia Tenggara.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS – PT Industri Kereta Api resmi memulai pembangunan pabrik baru mereka di Banyuwangi. Pabrik yang akan dibangun di lahan seluas 83 hektar tersebut diklaim sebagai yang terbesar di Asia Tenggara.
Pabrik Kereta Api milik PT Industri Kereta Api (INKA) dibangun bersama investor asing Stadler Rail asal Swiss dan Progress Rail asal Amerika Serikat. Untuk tahap pertama, investasi yang ditanamkan mencapai Rp 600 miliar dan dapat ditambah tambah lagi sesuai kebutuhan hingga Rp 1,6 triliun.
“Saat ini pabrik kami di Madiun sudah mencapai kapasitas maksimal dengan kemampuan produksi 1 hingga 1,5 kereta per hari. Padahal permintaan terhadap kereta produksi PT INKA terus tumbuh,” ujar Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro dalam groundbreaking Pabrik Kereta Api PT INKA di Banyuwangi, Minggu (31/3/2019).
Atas dasar itulah, PT INKA membuka pabrik baru di lahan seluas 83 hektar yang dibeli dari PT Perkebunan Nusantara XII. Lahan yang semula merupakan perkebunan tebu, akan dijadikan pabrik yang mampu memproduksi dua kereta per hari.
Saat ini pabrik kami di Madiun sudah mencapai kapasitas maksimal dengan kemampuan produksi 1 hingga 1,5 kereta per hari. Padahal permintaan terhadap kereta produksi PT INKA terus tumbuh
Tak hanya pabrik, lahan kompleks perkantoran dan juga museum kereta api juga akan dibangun di sana. Untuk tahap pertama, pembangunan pabrik menjadi fokus.
“Kami menargetkan pertengahan 2020 pabrik sudah rampung dan siap berproduksi. Bila pabrik di sini beroperasi, maka pabrik kami di Madiun akan fokus pada pembuatan kereta penumpang dan kereta barang untuk pasar lokal, sedangkan pabrik di Banyuwangi akan memproduksi kereta untuk pasar ekspor,” ungkapnya.
Salah satu spesialisasi produk Pabrik PT INKA di Banyuwangi ialah kereta Electric Multiple Unit (EMU). Kereta tersebut berbahan dasar alumunium menyerupai Kereta Rel Listrik yang kini melayani pengguna di Jabodetabek.
Pabrik yang minimal dapat mempekerjakan 2.000 orang tersebut dibangun bersama dengan investor asing Stadler Rail asal Swiss dan Progress Rail asal Amerika Serikat. Perusahaan Progress Rail nantinya bersama PT INKA akan fokus pada produksi lokomotif.
“Sedangkan kerjasama dengan Stadler Rail, mereka akan membawa brand, pasar, teknologi dan sejumlah peralatan. Dengan adanya kerjasma dengan Stadler Rail, kami optimistis bisa masuk ke pasar Australia dan Afrika Barat,” tutur Budi.
Budi mengatakan, Stadler Rail tertarik berinvestasi karena mereka lebih efesien bila dibanding harus mengirim kereta dari Swiss ke Afrika Barat dan Australia. Kerjasama dengan Stadler Rail juga akan memperkokoh posisi PT INKA di pasar Asia Tenggara.
Sekretaris Menteri Badan Usaha Milik Negara Imam Apriyanto Putro yang hadir dalam groundbreaking pabrik PT INKA di Banyuwangi menuturkan, pabrik tersebut merupakan wujud nyata sinergitas BUMN. Selain lahan yang didapat dari PTPN XII, kontraktor pembagunan juga akan dilakukan oleh PT Adhikarya.
“Sedangkan pendanaan, sebagian didapat dari pinjaman perbankan yang tergabung dalam Himbara (Himpunan Bank Milik Negara). Pendanaan sebagian lainnya juga didapat dari Penanaman Modal Negara,” tuturnya.
Keberadaan pabrik kereta di Banywangi juga dinilai akan lebih efisien dibandingkan dengan di Madiun. Saat di Madiun, kereta yang akan diekspor dikirim terlebih dahulu ke Tanjung Perak, Surabaya melalui jalur laut. Di Banyuwangi, Pabrik INKA dibangun tak jauh dari pelabuhan Tanjung Wangi.
Lokasi pabrik PT INKA di Banyuwangi hanya berjarak sekitar 7 km bila ditarik garis lurus ke Pelabuhan Tanjung Wangi. Jarak tersebut jauh lebih dekat bila dibandingkan dengan jarak Madiun-Surabaya yang mencapai 165 km.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas juga menyambut baik keberadaan Pabrik Kereta Api milik PT INKA di Banyuwangi. Terlebih INKA juga bersedia membangun Museum Kereta Api di Banyuwangi.
“Keberadaan PT INKA di Banyuwangi tidak hanya melulu soal lapangan pekerjaan, tetapi juga ada edukasi karena Museum Kereta Api yang juga akan dibangun. Museum tidak hanya menyuguhan sejarah perkeretaapian tetapi juga pendidikan tentang pentingnya transportasi umum massal di negara-negara berkembang dan negara maju,” tuturnya.
Anas menambahkan, pihaknya juga telah mendapat izin dari Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi untuk membuka Jurusan Teknik Perkeretaapian di Politeknik Negeri Banyuwangi. Ia berharap banyak pelajar Banyuwangi yang dapat memanfaatkan fasilias pendidikan tersebut untuk kemudian bekerja di Pabrik PT INKA sebagai tenaga ahli.