JAKARTA, KOMPAS — Tim atletik Indonesia meraih 2 medali emas, 2 perak, dan 3 perunggu di Singapura Terbuka 2019 pada 28-29 Maret. Hasil itu cukup baik dibandingkan dengan tahun lalu, yakni 2 emas, 2 perak, dan 2 perunggu. Sebagai tahap awal mematangkan atlet jelang SEA Games 2019 Filipina dan Olimpiade Tokyo 2020, tim pelatih menilai capaian atlet di Singapura Terbuka tidak terlalu buruk.
Jika pun masih ada kekurangan, atlet dan pelatih masih memiliki waktu cukup panjang untuk melakukan evaluasi serta perbaikan sebelum SEA Games 2019 dan Olimpiade 2020.
Raihan medali Indonesia di Singapura Terbuka 2019 disumbangkan oleh Agustina Mardika Manik yang meraih emas di nomor 800 meter putri dengan waktu 2 menit 11,88 detik. Satu emas lagi disumbangkan tim estafet 4 x 400 meter putri (Marselina, Sri Mayasari, Agustina Mardika Manik, dan Gusti Ayu Ningsih) dengan waktu 3 menit 56,52 detik.
Perak disumbangkan Eko Rimbawan di nomor 100 meter putra dengan waktu 10,53 detik. Perak lainnya diraih tim estafet 4 x 100 meter putri (Yuliana, Tyas Murtiningsih, Alvin Tehupeory, dan Jeany Nuraini) dengan waktu 46,06 detik.
Perunggu disumbangkan Alvin Tehupeiory di nomor 200 meter putri dengan waktu 24,23 detik. Sri Mayasari meraih perunggu di nomor 400 meter putri dengan waktu 56,48 detik. Tim estafet 4 x 100 meter putra (Mochammad Bisma Diwa, Bayu Kertanegara, Eko Rimbawan, dan Joko Adi Kuncoro) merebut perunggu dengan waktu 40,26 detik.
Manajer tim Indonesia di Singapura Terbuka sekaligus pelatih sprint PB PASI, Agustinus Ngamel, dihubungi dari Jakarta, Sabtu (30/3/2019), mengatakan, raihan para atlet Indonesia kali ini lumayan baik. Semua kelebihan dan kekurangan atlet selama Singapura Terbuka bisa menjadi bekal berharga untuk evaluasi dan perbaikan selanjutnya.
”Hasil di Singapura Terbuka ini tidak bisa kita nilai sebagai tolak ukur atlet menuju SEA Games 2019 ataupun Olimpiade 2020 nanti. Sebab, ini baru kejuaraan pertama yang diikuti atlet tahun ini. Hasil ini lebih sebagai tahap evaluasi awal untuk program pelatihan selanjutnya,” ujar Agustinus.
Pelatih kepala sprint PB PASI, Eni Nuraini, yang sedang mendampingi atlet Indonesia pada Grand Prix Atletik Asia di Kuala Lumpur, Malaysia, mengatakan, hasil yang diraih tim putri sangat positif. Itu menambah daftar tren positif para atlet lari putri pada awal tahun ini.
Sebelumnya, para pelari putri remaja Indonesia menjadi tulang punggung Indonesia dalam mendulang medali pada Kejuaraan Atletik Asia Tenggara Remaja 2019 di Filipina tanggal 2-3 Maret lalu dan Kejuaraan Atletik Asia Remaja 2019 di Hongkong pada 15-17 Maret lalu. ”Mudah-mudahan tim putri kita bisa konsisten hingga SEA Games 2019 nanti,” kata Eni.
Sebelumnya, pelatih tim estafet 4 x 100 meter putri, Nurul Imaniar, menyampaikan, tim estafet 4 x 100 meter putri baru dibentuk pada awal Maret guna berpartisipasi di Singapura Terbuka. Sejatinya, tim itu masih banyak kekurangan, antara lain kekurangan tiga pelari murni atau pelari 100 meter.
Sejauh ini, tim itu baru ada tiga pelari murni dan satu pelari 400 meter. Tiga pelari murni lagi dibutuhkan, yakni satu untuk mengisi tim inti dan dua untuk cadangan. ”Pelari murni itu dibutuhkan segera agar latihan bersama tim bisa dilakukan segera. Apalagi tim estafet 4 x 100 meter butuh latihan peningkatan kecepatan setiap pelari dan kelancaran perpindahan tongkat estafet antarpelari,” ungkapnya.
Untuk tim putra, lanjut Eni, pencapaian perorangan di Singapura Terbuka sudah mencapai 97 persen dari target awal. Sementara untuk tim estafet 4 x 100 meter sudah mencapai 94 persen dari target. ”Masih ada sejumlah kekurangan kecil, tetapi masih bisa dibenahi dengan waktu yang masih panjang sebelum SEA Games 2019 dan Olimpiade 2020, antara lain sesi pertukaran tongkat di tim estafet 4 x 100 meter,” ujarnya.
Mengejar limit Olimpiade
Selain tim yang berlaga di Singapura Terbuka, Indonesia juga mengirimkan tiga atlet ke Grand Prix Atletik Asia 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia, 30-31 Maret ini. Ketiga atlet itu ialah Lalu Muhammad Zohri di nomor 100 meter putra, Emilia Nova di nomor 100 meter gawang putri, dan Sapwaturrahman di lompat jauh. Dua kejuaraan itu sama-sama menjadi pemanasan jelang tim Indonesia tampil pada Kejuaraan Atletik Asia 2019 di Doha, Qatar, 21-24 April.
Kejuaraan Atletik Asia menjadi salah satu kejuaraan dengan grade penilaian cukup tinggi bagi atlet yang mengejar limit waktu dan peringkat dunia agar bisa masuk Olimpiade 2020. Kejuaraan itu berada satu level di bawah seri kejuaraan dunia Asosiasi Internasional Federasi Atletik (IAAF).
Indonesia menargetkan sedikitnya bisa tampil di empat nomor Olimpiade 2020, yakni lewat Lalu Muhammad Zohri, di nomor 100 meter putra, lewat tim estafet 4 x 100 meter putra, Emilia Nova di nomor 100 meter gawang putri, dan Sapwaturrahman di lompat jauh. Empat nomor itu jadi penyumbang medali Indonesia pada Asian Games 2018 dan menjadi andalan untuk lolos ke Olimpiade.
Namun, langkah Indonesia untuk lolos Olimpiade 2020 tak mudah. Itu karena IAAF menerapkan limit waktu dan peringkat dunia yang semakin tinggi bagi atlet yang bisa lolos ke Olimpiade. Untuk 100 meter putra, batas waktunya minimal 10,05 detik dan berada dalam peringkat 56 besar dunia.
Untuk estafet 4 x 100 meter putra, tim Indonesia harus masuk 16 besar dunia. Untuk 100 meter gawang putri, batas waktunya minimal 12,84 detik dan masuk 32 besar dunia. Untuk lompat jauh, batas lompatannya 8,22 meter.
Hingga saat ini belum ada atlet Indonesia yang bisa mencapai batasan syarat tersebut. Contohnya Lalu Muhammad Zohri, waktu tercepatnya masih 10,18 detik. Emilia Nova waktu tercepatnya 13,33 detik. Sapwaturrahman lompatan terjauhnya 8,09 meter.
”Memang berat, tetapi kita masih ada waktu cukup panjang, yakni sekitar 1 tahun 3 bulan sampai batas akhir kualifikasi Olimpiade 2020. Selama waktu itu, kami akan terus berusaha memperbaiki teknik dan kecepatan atlet. Tiada yang tidak mungkin selama kita latihan dengan program yang benar,” ujar Fitri ”Ongky” Haryadi, pelatih lari gawang PB PASI.