JAKARTA, KOMPAS - Masa operasional komersial Moda Raya Terpadu atau MRT dimulai Senin (1/4/2019). Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PT MRT perlu mengantisipasi potensi kepadatan lalu lintas di sekitar stasiun.
Kepadatan di sekitar stasiun MRT terlihat di hari akhir masa operasional tidak berbayar, Minggu (31/3/2019). Di bawah Stasiun MRT Lebak Bulus Jakarta Selatan, angkutan kota (Angkot) 106 Parung-Lebak Bulus dan 08 Bintaro-Lebak Bulus menunggu penumpang di titik masuk Stasiun MRT Lebak Bulus yang berbatasan dengan Halte Transjakarta.
Meskipun terpasang larangan berhenti di sekitar stasiun, angkot-angkot itu menunggu penumpang selama 5-10 menit. Dampaknya, laju kendaraan dari arah Jakarta Selatan menuju Tangerang Selatan menjadi terhambat, termasuk bus Transjakarta yang hendak berhenti di Halte.
Selain itu, sejumlah ojek dalam jaringan (daring) dan taksi memarkir kendaraan di sisi kanan dan kiri jalan sekitar stasiun. Terlihat pula pedagang minuman di sisi utara stasiun. Para pedagang itu memarkirkan gerobak di tepi jalan. Kondisi itu membuat ruas jalan bertambah sempit.
Beranjak ke Stasiun MRT Blok M, terdapat sekitar 10 motor ojek daring terparkir di sisi selatan stasiun. Beberapa gerobak pedagang asongan juga terlihat berhenti di bawah stasiun layang.
Potensi kepadatan juga terlihat di sisi barat Plaza Blok M yang berbatasan langsung dengan stasiun MRT. Terdapat bajaj yang menunggu penumpang di tepi jalan, sekitar 200 meter dari titik naik-turun penumpang Bus Transjakarta.
Keramaian di kawasan Transit Oriented Development (TOD) di Stasiun MRT Dukuh Atas membuat pedagang keliling dan pedagang asongan menjajakan dagangan di sekitar kawasan itu. Mereka menjajakan dagangan di tepi Jalan Blora dan di trotoar Jalan Jenderal Soedirman. Hal itu membuat ruas jalan semakin sempit. Apalagi Jalan Blora hanya cukup untuk dua mobil berpapasan.
Trisno (53), pedagang tahu goreng, mengatakan, sejak Stasiun MRT Dukuh Atas Beroperasi, kawasan itu menjadi ramai. "Kalau hari Minggu begini, jadi ramai sekali. Dagangan saya bisa habis sebelum malam," katanya.
Stasiun MRT Dukuh Atas terintegrasi dengan Stasiun KRL Sudirman dan Stasiun Kereta Api Bandara BNI City. Peluang menjaring banyak penumpang dimanfaatkan oleh ojek daring dan taksi yang terlihat menunggu penumpang di tepi Jalan Blora.
Akhir pekan
Sebagai transportasi publik baru, banyak masyarakat ingin mencoba MRT, terutama di akhir pekan. Kepadatan di Stasiun Bundaran HI juga perlu diantisipasi, mengingat stasiun itu terletak di wilayah car free day.
Pantauan pukul 12.00 WIB di Stasiun MRT Bundaran HI, puluhan pedagang terlihat masih berjualan di trotoar sepanjang Jalan MH Thamrin. Padahal, jalan itu sudah dibuka untuk kendaraan pukul 11.00 WIB.
"Seharusnya pukul 11.00 WIB sudah tidak boleh berjualan, tetapi karena masih ramai orang mau naik MRT, saya tetap jualan," kata Sanusi (58), pedagang es krim.
Selain itu, ojek daring, taksi daring, dan kopaja terlihat menaik-turunkan penumpang di sekitar pintu masuk dan keluar stasiun. Hal itu membuat arus lalu lintas tersendat.
Perbanyak angkutan publik
Peneliti Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu tegas dalam menata kawasan stasiun MRT. Selain itu, pembatasan kendaraan pribadi dan memperbanyak angkutan publik bisa menjadi pertimbangan mengatasi kepadatan di sekitar stasiun.
Djoko menilai, Dinas Perhubungan DKI Jakarta punya hak menutup izin operasional untuk angkutan perkotaan yang masih menaik-turunkan penumpang di sekitar stasiun. Tindakan tegas bagi pengemudi bandel juga dinilai bisa membuat efek jera.
Memperbanyak angkutan publik untuk menunjang mobilitas masyarakat di sekitar Stasiun MRT juga bisa menjadi antisipasi membludaknya penumpang di hari libur.
"Saya pernah memperhatikan keadaan di sekitar Stasiun Bundaran HI. Itu sudah seperti di kota-kota Eropa, semua terintegrasi. Saat penumpang membludak, Bus Transjakarta bisa diperbanyak," kata Djoko ketika dihubungi dari Jakarta.
Menurut pengamatan Djoko, kawasan di Stasiun MRT Dukuh Atas memiliki banyak persoalan. Untuk mengurangi kepadatan kendaraan di sekitar Jalan Jenderal Sudirman, kebijakan ganjil-genap satu hari penuh bisa menjadi opsi. Ia menilai, hal itu bisa berdampak signifikan terhadap kepadatan kendaraan.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Sigit Wijatmoko, saat dihubungi beberapa hari lalu, mengatakan, kawasan di sekitar stasiun MRT dalam radius 200 meter akan disterilkan dari ojek daring dan angkot. Dishub DKI Jakarta telah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Tangerang Selatan untuk penataan angkot.
Sigit mengatakan, tempat untuk menaikturunkan penumpang di sekitar stasiun sudah ditentukan. Namun, ojek daring kerap tidak mematuhinya.
Dalam paparan persiapan operasi MRT Jakarta, Jumat (22/3/2019) lalu, Direktur Utama PT MRT William Sabandar, mengatakan, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan perusahaan pengelola aplikasi ojek daring. Titik antar dan jemput di sekitar stasiun akan disesuaikan dengan shelter yang sudah disepakati.
Sementara ini, shelter itu masih berupa titik antar-jemput. Pada masa mendatang akan dibangun shelter permanen yang direncanakan selesai dibangun pada kuartal tiga tahun 2019.