Sekeping Hati Catriona Gray
Kemiskinan telah menggugah hati Catriona Gray (25). Ia pun bertekad menjadi bagian dari upaya memupus kemiskinan. Welas asih serta kerelaan berbagi antarsesama manusia adalah kunci yang ia yakini untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Layar hidup Catriona Gray tak pernah suram. Perempuan yang lahir dari rahim seorang ibu berdarah Filipina dan ayah Skotlandia ini kerap menikmati perjalanan hidup indah, nyaris tanpa kesulitan.
Sebagai anak tunggal, Catriona yang hingga lulus SMA menetap di Australia tak pernah kekurangan. Dia bahkan hampir selalu mendapat apa yang dia inginkan. Kedua orangtuanya, meski sejak belia mendidik Catriona untuk mandiri, selalu berupaya memenuhi impiannya.
”Saat aku kecil, ke mana pun aku terlihat punya ketertarikan, orangtuaku akan mendukungku untuk belajar lebih serius. Ikut kelas drama, kelas seni, hingga sains sebagai ekstrakurikuler seusai sekolah. Di sekolah, aku juga ikut kelompok paduan suara, marching band, juga musik,” tutur Cat, panggilannya, dalam wawancara dengan Kompas, Senin (11/3/2019) petang, di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta.
Cat, yang baru saja meraih mahkota Miss Universe 2018, berada di Jakarta untuk menghadiri rangkaian acara Pemilihan Puteri Indonesia 2019.
Tak mengherankan apabila Cat lantas tumbuh menjadi sosok multitalenta. Paduan antara kecantikan, kematangan, dan bakatnya itu memancar sempurna saat Cat mengikuti pemilihan Miss Universe 2018.
Di final panggung pemilihan, Cat sukses mencuri perhatian juri dengan cara berjalan ”lava”-nya yang memikat. Mahkota Miss Universe pun disematkan di atas kepalanya. Cat menjadi perempuan Filipina keempat yang berhasil memenangi gelar Miss Universe sepanjang kontes kecantikan itu digelar.
Ketika berusia 18 tahun, Cat memutuskan pindah dari Australia ke Filipina. Dia ingin menggali akarnya lebih jauh lagi. Ternyata jalan hidup membawanya ke arah lain. Seiring karier model yang meroket, Cat yang lantas kuliah dengan sistem jarak jauh karena pekerjaannya sebagai model akhirnya memutuskan menetap di Filipina.
Babak penting
Ketika usianya menginjak 21 tahun, sebuah peristiwa mengubah hidupnya. Cat yang selama hidupnya nyaris tak pernah merasakan kekurangan, dan tak pernah terpapar kemiskinan, terenyak saat menyaksikan kehidupan orang-orang di kawasan kumuh Tondo, Filipina.
”Saat itulah aku, untuk pertama kalinya, benar-benar melihat kemiskinan dengan mata kepalaku sendiri,” ungkap Cat.
Pengalaman itu berdampak besar bagi hidup Cat, menjadi babak penting dalam hidupnya. Dia lalu memutuskan untuk terlibat dalam kegiatan sosial.
”Aku tidak bisa mengerti kenapa ada orang yang sangat beruntung, lahir dalam kondisi seperti aku misalnya, bisa sekolah, tak pernah kelaparan, dan tak pernah harus berusaha untuk bertahan hidup. Sementara ada anak-anak yang lahir di lingkungan seperti itu. Sungguh tidak adil. Mengapa aku bernasib baik dan mereka tidak.”
Cat lantas memutuskan untuk memulai kegiatan sosialnya bertajuk Paraiso: The Bright Beginnings Project dengan fokus di kawasan Tondo. Dari situ, dia melebarkan sayapnya, menjadi asisten pengajar sekaligus terlibat dalam berbagai kegiatan di organisasi nirlaba Young Focus.
”Aku ikut mengajar agar aku bisa memberi mereka bekal pendidikan sehingga mereka bisa mendapat pekerjaan dan bisa menarik keluarga mereka keluar dari kondisi itu,” kata Cat.
Melakukan kerja sosial seperti itu menjadi pengalaman yang benar-benar mengubah hidup Cat. Baginya, terlibat dalam kegiatan sosial memberinya lebih dari kebahagiaan.
”Ini adalah ’pekerjaan’ yang memberi kepuasan batin. Membuatku sadar, sesukses apa pun karier kita, atau betapapun terpenuhinya seluruh kebutuhan materialistik kita, tidak ada yang akan bisa memuaskan batin seperti ketika kita membantu orang lain,” katanya.
Cat bahagia bisa menemukan pelajaran penting dalam hidupnya di usia relatif muda. ”Aku senang berada di antara anak-anak, karena sebagai anak tunggal, aku tak punya saudara. Seperti itulah anak-anak itu bagiku.”
Dari anak-anak itu, Cat mendapat imbal balik. Dia belajar menemukan kebahagiaan, meski hanya dari hal-hal kecil. ”Anak-anak tak pernah membuat suatu hal menjadi rumit. Apa pun bisa membuat mereka bahagia. Sementara orang dewasa kerap harus berurusan dengan hal-hal rumit,” katanya.
Tak hanya soal kemiskinan dan pendidikan, Cat juga terlibat dalam organisasi Love Yourself yang berfokus pada penanggulangan HIV/AIDS. Cat kerap menjadi pembicara di kampus-kampus karena kelompok paling rentan terpapar HIV/AIDS ada di rentang usia 15-20 tahun.
”Sejak menjadi sukarelawan, aku menyadari bagaimana masifnya HIV/AIDS di Filipina. Banyak informasi yang salah. Begitu juga dengan stigma. Aku berusaha mengedukasi mereka dari sisi kesehatan, bukan mengedepankan hal-hal yang mengerikan,” tuturnya.
Kepuasan batin
Dengan berbagai aktivitas yang digelutinya, tak pernah sekalipun Cat merasa jenuh atau lelah. ”Aku bahagia melakukannya. Semua ini sungguh memberiku kepuasan batin,” kata Cat berulang-ulang.
Sepanjang wawancara selama lebih kurang 30 menit, Cat penuh perhatian dan antusias. Dia menjawab semua pertanyaan dengan telaten. Sikap yang hangat terasa dalam setiap gerak-geriknya. Kebaikan dan ketulusan hati memancar kuat dari sosok perempuan muda ini.
Tampilan glamor sepertinya hanya untuk keperluan panggung belaka. Seperti halnya riasan. Saat berada di luar panggung, Cat lebih senang menanggalkan riasan dan sepatu hak tingginya, lalu memilih menghabiskan waktu untuk membaca, mendengarkan musik, dan makan. ”Kalau ada waktu, aku juga senang jalan-jalan menikmati alam,” ujarnya.
Dia juga tak terlihat canggung berinteraksi dengan orang baru. Pengalamannya tumbuh dalam dua budaya yang berbeda menjadikan Cat sosok yang berpikiran terbuka.
”Orangtuaku membawaku pada pemahaman tentang dua budaya. Jadi, ketika dewasa, aku sadar bagaimana dua budaya bisa berbeda, tetapi tidak berarti kita tidak bisa menghargai perbedaan. Sebagai Miss Universe, saat (tugas) mengharuskan aku berkunjung ke negara lain dan mengalami budaya yang berbeda, aku melihatnya dengan penuh pemahaman karena aku tumbuh dengan perbedaan budaya seperti itu,” katanya.
Tentang posisinya sebagai Miss Universe, Cat jelas amat mensyukurinya. Namun, ia juga sadar, ada tanggung jawab besar yang menyertainya. Selama satu tahun ke depan, Cat berjanji akan bekerja sekuat tenaga, memberi yang terbaik.
”Aku akan memaksimalkan apa yang bisa kulakukan. Saat aku berkeliling ke banyak negara dan bekerja dengan banyak orang serta banyak organisasi, aku akan berusaha mendapatkan sebanyak mungkin yang aku bisa dan memberi kembali sebanyak mungkin yang aku bisa kepada komunitas,” kata Cat.
Kelak, apabila tugasnya berakhir, Cat masih punya mimpi untuk dikejar, meniti karier di dunia musik. Dia bercita-cita membuat album. Sebelumnya, ia sudah merilis singel pertama, ”We’re in This Together”.
”Lagu ini berkorelasi dengan kegiatan amal yang kulakukan. Liriknya bercerita tentang saling tolong antarmanusia. Lebih untuk membangun simpati sesama manusia,” ujarnya.
Menurut dia, agar dunia menjadi tempat yang lebih baik bagi setiap manusia, tidak ada hal lain yang lebih penting selain welas asih, rasa saling menyayangi antarmanusia.
”Jika kita bisa melihat sesama kita dengan level kemanusiaan yang sama, serta memahami bagaimana mereka menjalani hidup mereka, kita akan terhubung satu sama lain. Dan kita hanya berhasil menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik apabila kita mau saling membantu,” ujar Cat.
Ah, Cat, cantik parasmu, cantik pula hatimu.
Catriona Elisa Magnayon Gray
Lahir: Queensland, Australia, 6 Januari 1994
Orangtua: Ian Gray (ayah), Normita Magnayon (ibu)
Pendidikan: Berklee College of Music, Boston (Music Theory)