Warga Tangerang Selatan Berharap Kualitas Air Baku Lebih Baik
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Pemerintah Tangerang Selatan, Banten, sedang membangun instalasi pengolahan air bersih. Warga berharap kualitas air tersebut lebih baik daripada air tanah yang digunakan warga.
Muslim (51), warga Cirendeu, Ciputat Timur, Minggu (31/3/2019), mengatakan, warga Cirendeu sudah didata sejak lima tahun lalu untuk penyediaan air bersih melalui jaringan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Namun, hingga kini belum ada tindak lanjut dari pendataan tersebut.
Oleh sebab itu, Muslim masih menggunakan sumur bor sedalam 12 meter. Air dari sumur itu ditarik dengan pompa. Kualitas air di rumah Muslim keruh. Dia pun menggunakan saringan seharga Rp 1,2 juta untuk menyaring air tersebut.
Berkait rencana pemerintah yang sedang membangun instalasi air bersih, Muslim berharap kualitas air tersebut bisa lebih baik dari air sumur bor. Kalau bisa, air tersebut bisa dijadikan bahan baku air minum.
Selain itu, ia juga butuh kepastian suplai air PDAM tersebut. Itu karena, meskipun keruh, air sumur bor tetap ada saat musim kemarau. ”Kalau air PDAM-nya sehari ngocor dua hari mati, mending saya pakai sumur bor saja,” kata Muslim.
Hal senada disampaikan Mulyani (63). Berbeda dengan Muslim, kualitas air sumur bor di rumah Mulyani jauh lebih baik sebab sumur bor di rumah Mulyani sedalam 25 meter.
Berdasarkan keterangan warga, semakin dalam sumur bor, kualitas air semakin jernih. Mulyani pun harus memindahkan tiga kali titik sumur bornya agar mendapat kualitas air yang lebih baik.
Mulyani mau beralih dari air sumur bor ke PDAM dengan dua catatan, yakni kualitas air dan harga yang harus dibayar. Sebagai gambaran, Mulyani membutuhkan Rp 5 juta untuk membuat sumur bor. Dana itu digunakan untuk biaya pengeboran, biaya pipa, pengadaan pompa air, dan upah tukang.
Setiap bulan tagihan listrik Mulyani sekitar Rp 500.000. Itu sudah termasuk biaya listrik dari pompa air, kulkas, mesin cuci, dan penyejuk ruangan. ”Intinya, airnya lebih baik dan lebih murah. Kalau airnya jelek dan lebih mahal dari biaya sekarang, ngapain pindah?” katanya.
Intinya, airnya lebih baik dan lebih murah. Kalau airnya jelek dan lebih mahal dari biaya sekarang, ngapain pindah?
Penelitian Badan Geologi (2016) menemukan logam berat (Pb) yang melebihi baku mutu di 30 persen dari semua wilayah pemantauan. Kadar timbal mencapai 0,09 miligram per liter ditemukan di selatan dan barat Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta, yang meliputi Jakarta Barat, Depok, Bogor, dan Tangerang Selatan (Kompas.id, 24 Maret 2019).
Kendati demikian, berdasarkan temuan di lapangan, kualitas air sumur bor di Tangerang Selatan berbeda-beda. Di wilayah Pademangan, misalnya, air sumur bor warga tidak keruh.
Sumiati (50), warga Kelurahan Pondok Benda, Pamulang, mengaku sudah 25 tahun menggunakan sumur bor. Air sumur itu jernih. Bahkan, dia menggunakan air itu untuk memasak. Oleh sebab itu, ia tetap ingin menggunakan air sumur bor ketimbang PDAM.
Pada November tahun lalu, Pemerintah Kota Tangerang Selatan membangun instalasi pengolahan air bersih di Kelurahan Benda, Pamulang. Adapun bahan baku instalasi ini berasal dari Kali Angke dengan debit 200 liter per detik. Targetnya, instalasi ini beroperasi akhir tahun 2019 dan menjangkau 33.550 pelanggan dalam tiga tahun.
Instalasi ini dikelola oleh badan usaha milik daerah (BUMD) Tangerang Selatan, PT Pembangunan Investasi Tangerang Selatan (PITS). PITS bekerja sama dengan PT Tirta Tangsel Mandiri menginvestasikan Rp 340 miliar untuk proyek ini (Kompas, 30 November 2018).
Pada Jumat pekan lalu, pengerjaan instalasi tersebut sedang berlangsung. Satu alat berat terlihat sedang meratakan permukaan tanah. Suqma, pekerja proyek, mengatakan, di atas tanah yang diratakan akan dibangun tangki air.
Selama ini, kebutuhan air bersih di Tangerang Selatan disuplai dari PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang sebanyak 7 persen. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tangerang Selatan disebutkan, pada 2021, sebanyak 30 persen warga Tangerang Selatan terlayani air bersih. (Kompas, 20 September 2018).