Pemerintah Provinsi Aceh mengikuti pameran wisata halal "Johor International Islamic dan Halal Festival” di Johor Bahru, Malaysia, 28 sampai 31 Maret 2019. Aceh menggenjot promosi wisata ke luar untuk membangun citra sebagai daerah wisata halal yang layak dikunjungi oleh wisatawan dunia.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pemerintah Aceh mengikuti pameran wisata halal Johor International Islamic dan Halal Festival, di Johor Bahru, Malaysia, 28-31 Maret 2019. Aceh menggenjot promosi wisata ke luar untuk membangun citra sebagai daerah wisata halal yang layak dikunjungi wisatawan dunia.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh Jamaluddin, di Banda Aceh, Senin (1/4/2019), menuturkan, meski pernah mendapatkan penghargaan sebagai destinasi budaya terbaik dunia dan bandar udara wisata halal terbaik di Uni Emirat Arab pada 2016, Aceh tetap harus berbenah dan berpromosi ke luar negeri.
”Kehadiran Aceh di forum dunia sangat penting agar wisatawan tahu bahwa kami sekarang lebih siap menerima kunjungan,” kata Jamaluddin.
Kehadiran Aceh di forum dunia sangat penting agar wisatawan tahu bahwa kami sekarang lebih siap menerima kunjungan.
Dalam pameran di Johor Bahru, Malaysia, lanjut Jamaluddin, pihaknya memperkenalkan Aceh sebagai ”Serambi Mekkah” yang merupakan pintu masuk Islam ke Nusantara. Hal ini bagian strategi memperkokoh citra Aceh sebagai destinasi wisata halal dunia.
Selain sejarah keislaman di Aceh, pihaknya juga menawarkan wisata kuliner, pesona alam, dan seni budaya yang semua dibungkus dalam konsep wisata halal.
”Tahun ini kami juga akan mengikuti pameran di Turki dan beberapa negara Muslim lain,” ucap Jamaluddin.
Secara umum, kunjungan wisatawan ke Aceh meningkat. Pada 2016, jumlah kunjungan wisata 2,1 juta orang, naik menjadi 2,3 juta pada 2017. Tahun 2018, kunjungan kembali naik menjadi 2,5 juta. Sementara target pada 2019 sebanyak 3 juta kunjungan.
Perkembangan wisata Aceh juga dapat dilihat dari pertumbuhan hotel di Banda Aceh. Pada 2010, jumlah hotel dan wisma di Banda Aceh hanya 39 unit, pada 2018 naik hampir 100 persen menjadi 77 unit. Pertumbuhan hotel berbanding lurus dengan kenaikan kunjungan wisatawan.
Berdasarkan studi Mastercard-Crescent Rating Global Muslim Travel Index 2016, total jumlah wisatawan Muslim dunia 117 juta pada 2015. Jumlah itu diperkirakan terus bertambah hingga mencapai 168 juta wisatawan pada 2020 dengan pengeluaran di atas 200 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2,6 triliun.
Kepala Badan Pusat Statistik Aceh Wahyuddin menuturkan, wisatawan Malaysia paling tinggi berkunjung ke Aceh. Sejak Januari hingga Februari 2019, dari 4.459 turis asing yang berkunjung ke Aceh, sebanyak 2.067 berasal dari Malaysia.
”Biasanya saat ada acara budaya di Aceh, kunjungan turis asing langsung melonjak,” katanya.
Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Rustam Effendi, mengatakan, potensi wisata yang dimiliki Aceh dapat menjadi tonggak pertumbuhan ekonomi jika dikelola dengan baik dan benar.
Ia menambahkan, wisata akan mendorong pertumbuhan ekonomi warga, seperti bisnis kuliner dan bisnis produk kerajinan tangan.
Namun, kata Rustam, pengelolaan obyek wisata di Aceh belum cukup baik. ”Perlu ada standar agar semua obyek wisata yang dikelola oleh warga memiliki mutu yang sama,” kata Rustam.