Mahasiswa didorong agar bisa memajukan masyarakat dengan ilmu yang dikuasai masing-masing. Hal itu menjadi penting agar ilmu yang mereka pelajari berguna karena mampu membantu kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Selain itu, perguruan tinggi juga harus bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi supaya terus memberikan bekal ilmu yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswanya.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS—Mahasiswa didorong agar bisa memajukan masyarakat dengan ilmu yang dikuasai masing-masing. Hal itu menjadi penting agar ilmu yang mereka pelajari berguna karena mampu membantu kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Selain itu, perguruan tinggi juga harus bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi supaya terus memberikan bekal ilmu yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswanya.
Hal tersebut terungkap dalam acara pelantikan Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (1/4/2019). Yoyong Arfiadi, Guru Besar dari Fakultas Teknik UAJY, terpilih untuk menjabat rektor dari universitas tersebut pada periode 2019-2023. Ia menggantikan Gregorius Sri Nurhartanto yang menjabat pada periode 2015-2019.
Dalam upacara pelantikan itu, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Yogyakarta Bambang Supriyadi berpesan agar perguruan tinggi tidak sekadar meningkatkan kualitasnya saja. Tetapi, setelah kualitas pendidikannya meningkat, hendaknya ada ilmu-ilmu yang bisa digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat.
“Kualitas memang harus dijaga. Tetapi, bagaimana kita memberikan pengetahuan dan cara atau metode supaya lulusan-lulusan itu benar-benar bisa mengimplementasikan ilmunya. Tidak hanya bagi diri sendiri sewaktu bekerja, tetapi bagi bangsa Indonesia,” kata Bambang.
Kualitas memang harus dijaga. Tetapi, bagaimana kita memberikan pengetahuan dan cara atau metode supaya lulusan-lulusan itu benar-benar bisa mengimplementasikan ilmunya. Tidak hanya bagi diri sendiri sewaktu bekerja, tetapi bagi bangsa Indonesia
Bambang menambahkan, mahasiswa juga jangan hanya berorientasi kepada perolehan nilai di dalam kelas. Menurut dia, nilai akademik tidak ada artinya jika tidak memberikan dampak atau bisa membantu masyarakat luas. Tantangan itu yang harus dijawab oleh perguruan tinggi manapun.
Terkait hal itu, Rekotr UAJY Periode 2019-2023 Yoyong Supriadi menyebutkan, dalam kepemimpinannya, peningkatan keterampilan mahasiswa akan turut didorong. Sebab, mahasiswa tidak bisa hanya mengandalkan kecerdasan akademiknya. Harus ada keahlian-keahlian lain yang dikuasainya agar bisa bersaing seusai menyelesaikan pendidikannya.
Yoyong mengatakan, hal tersebut coba dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi unit kegiatan mahasiswa demi meningkatkan keahlian dari para mahasiswanya dari segi non-akademik. Ia juga coba untuk menghubungkan mahasiswa dengan berbagai kegiatan di dalam dan luar kampus. Perguruan tinggi tersebut juga menjalin kerja sama dengan dunia industri dalam bentuk magang demi menyiapkan lulusannya agar lebih siap terjun ke dunia kerja.
Selain itu, guna meningkatkan kualitas pendidikan, Yoyong berencana menambah jumlah dosen atau pengajar yang menyandang gelar doktor. Hal itu ditempuh dengan merekrut pengajar dari luar atau mendorong pengajar-pengajar yang sudah ada untuk melanjutkan studinya.
“Saya kira sekarang SDM (sumber daya manusia) adalah hal yang penting bagi universitas. Kami akan mendorong dosen untuk meningkatkan kemampuannya, khususnya mengambil studi lagi sampai jenjang S3,” kata Yoyong.
Saat ini, jumlah dosen atau pengajar yang sudah bertitel doktor di UAJY, baru mencapai 30 persen. Ia menargetkan, di masa kepemimpinannya, bisa menaikkan jumlah dosen bergelar doktor hingga 40 persen.
Sementara itu, Ketua Pengurus Yayasan Slamet Riyadi Yogyakarta Y Andi Trisyono mengatakan, saat ini, perguruan tinggi harus mampu beradaptasi dengan cepat. Tantangan perguruan tinggi di masa mendatang bakal semakin banyak dan sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus menyiapkan segala hal demi menghadapi zaman yang begitu cepat berubah.
“Kita harus optimistis untuk selalu bisa menjadi lebih baik dengan berbagai tantangan yang ada. Belum tentu yang besar yang bisa bertahan, tetapi yang paling adaptif terhadap tekanan yang kita hadapi,” kata Andi.