JAKARTA, KOMPAS — Gejolak yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan dalam beberapa waktu terakhir dipicu sikap pelaku pasar yang cenderung menunggu hasil Pemilihan Umum 2019. Namun, sejumlah analis optimistis IHSG akan kembali terkonsolidasi setelah hasil pemilihan umum itu keluar.
Wakil Presiden Riset Artha Sekuritas Frederik Rasali mengatakan, berdasarkan data historis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung bergejolak pada tiga bulan menjelang pemilihan umum (pemilu). Pada pemilu tahun ini, tren yang sama akan kembali terulang.
”Volatilitas pasar terlihat pada periode Januari-Maret 2019 menjelang pemilu yang dijadwalkan berlangsung 17 April 2019. Dalam sehari, IHSG bisa naik lebih dari 1 persen dan bisa turun lebih dari 1 persen,” kata Frederik di Jakarta, Senin (1/4/2019).
Pada periode pemilu-pemilu sebelumnya, IHSG cenderung bergejolak pada tiga bulan menjelang pemilu. Pada pemilu tahun ini, tren yang sama akan kembali terulang.
Setelah melewati periode volatilitas sepanjang triwulan I-2019, lanjut Frederik, IHSG akan cenderung menguat setelah pemilu. Hal ini bisa terjadi akibat sudah ada kepastian tentang pemimpin terpilih yang baru.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG sepanjang pekan lalu menurun 0,87 persen ke level 6.468,75 pada Jumat (29/3/2019) dari pekan sebelumnya di level 6.525,27. Sementara apabila melihat performa sejak awal tahun, IHSG menguat 4,38 persen.
Penurunan IHSG berdampak juga pada penurunan nilai kapitalisasi pasar sebesar 0,86 persen dari Rp 7.420,5 triliun menjadi Rp 7.356,38 triliun. Rata-rata nilai transaksi harian BEI sekitar Rp 8,175 triliun per hari. Adapun rata-rata volume transaksi harian sebesar 13,54 miliar lembar saham.
Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengemukakan, pelaku pasar cenderung menunggu dan mencermati hasil akhir pemilu sehingga IHSG cenderung baru akan terkonsolidasi pada triwulan II-2019. Meski bergejolak, sepanjang triwulan I-2019 IHSG masih aman bergerak di zona hijau.
Nafan menjelaskan, pada kuartal pertama tahun ini, pergerakan IHSG didukung aliran dana asing yang mencapai Rp 12,13 triliun. ”Investor asing percaya diri bahwa faktor-faktor makro domestik Indonesia memang benar-benar terpelihara efektif,” katanya.
Investor asing percaya diri bahwa faktor-faktor makro domestik Indonesia memang benar-benar terpelihara efektif.
Sejumlah indikator perekonomian yang menopang persepsi baik pelaku pasar modal Tanah Air di antaranya pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 persen pada 2018, inflasi terjaga, nilai tukar stabil, neraca perdagangan surplus, dan posisi cadangan devisa yang aman.
Selain itu, kondisi eksternal yang mulai kondusif pada awal tahun ini juga turut menjadi angin segar bagi pergerakan indeks. ”Misalnya terkait perang dagang antara AS dan China yang mereda,” ujarnya.
Sikap dan pernyataan dari bank sentral AS, The Fed, yang melunak dalam menaikkan suku bunga acuan juga mendorong aliran dana ke pasar keuangan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.